Lulusannya Moncer di Liga 1, Bukti PSMP Mojokerto Tumbal dan Korban Persekusi
INDOSPORT.COM - Kompetisi Liga 1 2019 telah selesai. Bali United keluar sebagai juara usai tak terkejar bahkan saat masih menyisakan empat laga. Namun ada fakta menarik di luar Bali United yang keluar sebagai juara yakni penampilan impresif para alumni klub PSMP Mojokerto yang sempat terjerat skandal pengaturan skor di Liga 2 beberapa waktu lalu.
Berbagai fakta unik dan menarik mewarnai perjalanan kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia sepanjang musim. Mulai rekor juara Bali United di pekan ke-30, dua tim promosi Semen Padang dan Kalteng Putra yang harus terdegradasi.
Kisah heorik Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura yang bangkit dan akhirnya menembus papan atas, hingga para pemain berstatus rookie atau debutan yang mampu bersaing dan menampilkan konsistensi permainan sepanjang kompetisi.
Soal moncernya pemain debutan, INDOSPORT mencoba mengulas empat pemain lulusan PSMP Mojokerto yakni Haris Tuharea, Derry Rachman Noor, Ricky Kambuaya (PSS Sleman) dan Finky Pasamba (PSIS Semarang) yang tampil menawan sepanjang musim Liga 1 lalu. Ya, jika bicara PSMP, tim Laskar Mojopahit harus menelan pil pahit dihukum tiga tahun karena tuduhan kasus match fixing.
Sebagai pengingat, Komdis PSSI menjatuhi sanksi larangan tampil bagi PSMP di Liga 2 selama 3 tahun karena terlibat pengaturan skor atau match-fixing. Berdasarkan penyelidikan komite disiplin PSSI, PSMP terbukti melakukan praktik match fixing pada Liga 2 tahun 2018.
Selain klub, salah satu pemain Krisna Adi Darma juga dijatuhi larangan beraktivitas dalam kegiatan sepak bola di lingkungan PSSI seumur hidup. Hukuman tiga tahun bagi PSMP itu dijatuhkan setelah dinyatakan bersalah dalam match fixing saat bermain dengan Aceh United.
Lalu bagaimana statistik mentereng keempatnya? Berikut ulasan INDOSPORT.
Haris Tuharea
Pemain kelahiran Ambon itu jadi salah satu pembelian terbaik PSS Sleman musim ini. Beroperasi di sektor sayap, Haris mampu menunjukkan eksplosivitas permaian di Liga 1.
Performa apiknya selama dua musim di PSMP membuat pelatih Seto Nurdiyantoro kepincut. Apalagi Haris mampu mencetak 10 gol di Liga 2 2018 dan jadi salah satu gelandang produktif kala itu.
Total pemain bernomor punggung 12 itu menjalani 23 kali bermain sepanjang kompetisi Liga 1. Kontribusinya semakin nyata dengan donasi enam gol dan tiga assist. Winger berambut kriwil itu masuk salah satu pemain yang direkomendasikan Seto.
Derry Rachman
Energik dan punya kecepatan jadi salah satu ciri khas Derry Rachman. Pemain berusia 25 tahun itu pemilik utama posisi bek kiri tim Super Elang Jawa.
Meski berstatus debutan, pemain asal Bontang, Kalimantan Timur itu jadi pemain inti dengan total memainkan 21 laga. Dia mampu bersaing dengan bek-bek berpengalaman seperti Jajang Sukmara dan wing back muda Samuel Christianson.
Ricky Kambuaya
Meski tak jadi pilihan utama, namun Ricky mencatatkan jumlah bermain yang cukup tinggi bersama PSS. Total gelandang berusia 23 tahun tersebut sudah bermain sebanyak 18 kali di semua ajang dan menyumbang satu assist.
Pemain bernama lengkap Ricky Richardo Kambuaya itu merupakan gelandang bertipe stylish namun lihai dalam membawa bola. Penetrasinya beberapa kali mampu mengundang decak kagum kala diturunkan pelatih Seto.
Nama mantan pemain Produta FC U-19 memang melejit bersama PSMP selama beberapa tahun silam. Bahkan Ricky sejatinya layak ke Liga 1 sejak dua musim yang lalu.
"Ricky itu kemampuannya di atas rata-rata. Dia sudah saatnya naik kasta ke Liga 1 karena memang sudah banyak tawaran," kata mantan pelatih PSMP, Redi Supriyanto kala berbincang dengan INDOSPORT di Sidoarjo, 2017 silam.
Finky Pasamba
Datang di pertengahan musim dari Borneo FC, Finky Pasamba menjelma sebagai gelandang bertahan tangguh PSIS Semarang. Tak hanya sebagai filter serangan pertama, gelandang berusia 26 tahun itu juga rajin membantu serangan tim Laskar Mahesa Jenar.
Finky tak tergantikan dan sudah memainkan 15 laga bersama PSIS di putaran kedua. Sementara di putaran pertama, dia bermain sebanyak tujuh laga bersama tim Pesut Etam.
Performa apik dan konsisten memang sudah ditunjukkan sang pemain sejak berseragam PSMP. Penampilan apiknya itu membuat manajemen Borneo FC kepincut sebelum akhirnya giliran PSIS yang kesengsem di pertengahan musim.
Pelatih PSIS, Bambang Nurdiyansyah alias Bamnur bahkan menilai pentingnya sosok Finky ada di lapangan. Dia merasakan betul hilangnya dinamo lini tengah saat Finky absen dan kalah 2-3 dari Madura United di Stadion Moch Soebroto, Magelang, 17 Desember lalu.
"Absennya Finky berpengaruh sekali terhadap permainan PSIS. Karena biasanya di situ dia sangat kuat," ungkap Bamnur usai laga.
Performa apik Haris, Derry, Ricky dan Finky seakan jadi sebuah cahaya akan kelayakan tim yang bermarkas di Stadion Gelora Gajahmada, Mojosari tampil hingga 8 besar Liga 2 2018 silam. Apalagi kini mereka jadi incaran tim-tim Liga 1 lainnya.
Belum lagi beberapa pihak menilai PSMP hanya korban persekusi Komdis PSSI dan ditumbalkan untuk menutupi kasus yang lebih besar. Padahal hingga saat inipun, banyak laporan masyarakat akan praktik haram dengan pelaku yang ditangkap Satgas Antimafia Bola.
Paling hangat tentu saat Satgas Antimafia Bola Polri meringkus enam orang terkait pertandingan sepak bola Liga 3 antara kesebelasan Perses Sumedang) melawan Persikasi di Stadion Ahmad Yani, Sumedang, 6 November silam. Satgas menduga adanya tindak pidana pengaturan skor dalam laga tersebut.
Namun juga pantas ditunggu, seberapa besar konsistensi permainan mereka di Liga 2020 mendatang. Apalagi secara permainan tentu saja performa keempatnya terus meningkat.