Mengenal Fernando Redondo, Legenda Argentina yang Jadi Korban Ketamakan Real Madrid
INDOSPORT.COM - Mengenal Fernando Redondo, salah satu legenda Argentina yang jadi korban ketamakan Real Madrid hingga akhirnya hengkang dari Bernabeu.
Jauh sebelum kedatangan Luka Modric dan Toni Kroos, raksasa Spanyol Real Madrid pernah memiliki sosok gelandang bertalenta yang menyumbangkan beberapa gelar bergengsi buat Los Blancos.
Adalah Fernando Redondo, pemain kelahiran Argentina tersebut merupakan roh permainan serta jendral lini tengah Real Madrid pada era 94 hingga akhir 2000 an.
Berposisi gelandang bertahan, Fernando Redondo mampu menghabiskan enam musim yang cukup sukses bersama Real Madrid dengan meraih masing-masing dua gelar La Liga dan Liga Champions.
Didatangkan pada musim 1994/1995 dari Tenerife, Fernando Redondo harus bersaing dengan gelandang-gelandang kelas dunia lainnya di skuat Madrid yang saat itu diisi Michael Laudrup, Luis Enrique, Michel, hingga Luis Milla.
Namun dengan kapasitasnya yang mumpuni serta gaya bermain cukup unik dan anti-mainstream saat itu, Redondo berhasil menembus skuat utama El Real.
Sedikit gambaran tentang gaya permainan Fernando Redondo, meski berposisi sebagai gelandang bertahan namun ia tidak melulu mengandalkan fisik dan tekel keras.
Redondo lebih mengedepankan visi bermain layaknya playmaker, namun menempati posisi sebagai gelandang bertahan. Berbekal kecerdasan dalam pembacaan pergerakan lawan, sang pemain jarang melakukan tekel dan lebih sering intersep.
Salah satu penampilan terbaik Redondo terjadi pada musim 1999/00, tepatnya saat Real Madrid berhadapan dengan Manchester United di babak perempatfinal Liga Champions.
Berposisi sebagai gelandang bertahan, Fernando Redondo sukses mengobrak-abrik lini pertahanan Manchester United yang saat itu bertindak sebagai tuan rumah leg kedua.
Satu momen yang membuat pelatih Alex Ferguson 'murka', Fernando yang harusnya menahan bola di tengah lapangan malah berhasil melakukan akselerasi hingga sisi kiri daerah pertahan United, bahkan melakukan backheel yang membuat bola melewati sela kaki Henning Berg, untuk kemudian memberikan umpan matang kepada Raul Gonzalez.
Imbasnya, bola disambar Raul dan berbuah gol. Real Madrid semakin jauh unggul dari Manchester United dengan skor 0-3. Meski sempat bangkit, namun tim tamu sukses menjaga keunggulan 2-3.
“Backheel Redondo merupakan salah satu hal terindah yang pernah saya saksikan di atas lapangan,” ucap Pierluigi Collina, wasit yang memimpin jalannya pertandingan Manchester United vs Real Madrid saat itu.
Penampilan gemilang Redondo berhasil menyihir publik Santiago Bernabeu, bahkan para fans memberikan julukan El Principe atau “Sang Pangeran” untuk pria kelahiran Adrogue ini.
Namun meski menjadi bintang dan pujaan para fans, romansa Redondo di Real Madrid tidak berjalan mulus bahkan terhenti di tengah jalan lantaran 'ketamakan' sang presiden klub.
Pada tahun 2000, Real Madrid yang sebelumnya berada dibawah kekuasan presiden Lorenzo Sanz, memulai lembaran baru bersama Florentino Perez.
Florentino Perez mulai membangun skuad Galacticos dengan menghabiskan 151 juta Euro untuk belanja, dan untuk mengimbangi neraca keuangan ia menjual para pemain yang dianggap tua serta tidak berkontribusi.
Redondo menjadi salah satu korbannya, dirinya dilepas ke Milan dengan banderol 18 juta euro demi mewujudkan hasrat Florentino Perez untuk membeli Luis Figo dari Barcelona.
"Florentino [Perez] berkomitmen untuk mendatangkan [Luis] Figo yang menghabiskan banyak uang. Sedangkan Milan menawarkan 18 juta euro untuk saya." kata Redondo seperti dikutip Marca.
Pembelian tersebut sempat ditentang sebagian fans, bahkan terdapat salah satu banner terpampang jelas yang bertuliskan: “Kami tidak akan menukar Figo demi Redondo, belajarlah Perez!”
Menurut salah satu sumber, penjualan Redondo bukan cuma karena faktor uang melainkan juga politik. Sebab Redondo dikenal sebagai pendukung garis keras Lorenzo Sanz, mantan presiden Real Madrid yang kalah di pemilihan umum dari Perez.
Berdasarkan hal tersebut, Perez melihat bahwa Redondo dapat menjadi ancaman bagi masa awal kepemimpinannya di Real Madrid.
Pasca pindah ke AC Milan, karier Redondo terbilang biasa saja meski dirinya sukses menghantarkan I Rossoneri meraih masing-masing satu gelar Serie A, Coppa Italia serta Liga Champions League.
Cedera jadi penyebab utama Redondo gagal bersinar, terbukti hanya 33 penampilan yang berhasil ia buat selama empat musim di San Siro, bahkan Redondo harus absen penuh di dua musim awal bersama AC Milan.