Unai Emery vs Ralf Rangnick, Siapa Lebih Pantas untuk AC Milan?
INDOSPORT.COM - Membandingkan kehebatan melatih Unai Emery dan Ralf Rangnick, siapa yang lebih pantas untuk AC Milan?
Stefano Pioli kini tengah dilanda ketidakpastian karena raksasa Serie A Liga, AC Milan, berencana untuk menggantikan dirinya. Dua nama kandidat pelatih anyar pun mencuat yakni, Unai Emery dan Ralf Rangnick.
Dari dua nama itu, Ralf Rangnick pun menjadi yang pertama kali muncul. Rangnick disebut-sebut sebagai pilihan utama CEO Milan, Ivan Gazidis.
Kabar kedatangan Ralf Rangnick sangat nyata. Jurnalis Sky Sports Italia, Di Marzio, mengabarkan Rangnick segera datang ke San Siro untuk menempati dua peran sekaligus, yakni sebagai pelatih dan direktur pengembangan olahraga.
Selain Rangnick, nama eks pelatih Arsenal, Unai Emery juga digadang-gadang bakal menjadi pelatih anyar AC Milan. Ivan Gazidis selaku CEO klub disebut sudah berminat dengan juru taktik asal Spanyol itu sejak tahun 2018 lalu.
Lalu, dari dua nama itu, siapa kira-kira yang paling cocok menangani AC Milan?
AC Milan Rasa Red Bull
Ralf Rangnick tiba di RB Leipzig pada musim 2012-2013. Menariknya, ia datang bukan sebagai pelatih kepala, melainkan ditunjuk sebagai direktur olahraga.
Ternyata, Rangnick juga memiliki kemampuan mumpuni sebagai seorang pencari bakat. Kejeliannya dalam mencari pemain-pemain yang tepat guna di Hoffenheim rupanya membuat Leipzig tertarik untuk menyodorinya peran sebagai direktur olahraga.
Hasilnya, RB Leipzig yang di masa itu dikenal sebagai tim kasta bawah, mulai mencuri perhatian dengan promosi ke Bundesliga 2 pada musim 2014-2015.
Siapa lagi otak kesuksesan itu kalau bukan karena buah pengamatan jeli seorang Ralf Rangnick. Menariknya, di musim 2015-2016 itu, RB Leipzig dilatih langsung oleh Ralf Rangnick yang turun gunung dari jabatan direktur olahraga.
Walau menjadi pelatih kepala, Rangnick juga menjalani peran bayangan sebagai pencari bakat pemain. Leipzig pun sempat dibawanya ke peringkat ketiga Bundesliga musim 2018/19.
Hal inilah yang ingin juga diterapkan di tim AC Milan. Rangnick dianggap mampu mempercepat kebangkitan Milan yang selama ini terus terhambat.
Hebatnya, Rangnick bisa membangkitkan sebuah tim tanpa uang belanja transfer yang besar. Tentu hal ini sesuai dengan misi Milan untuk menghemat pengeluaran demi terhindar sanksi Financial Fair Play.
Bayangkan, dengan kejelian Rangnick, Milan bisa mendapatkan talenta-talenta tersembunyi di dunia dengan harga murah. Di tangan Rangnick, pemain-pemain ini akan menjadi pemain besar yang bisa berkontribusi banyak untuk klub.
From Zero to Hero. Deretan pemain-pemain biasa-biasa yang berhasil diorbitkan menjadi bintang di bawah Rangnick di antaranya adalah Roberto Firmino, Naby Keita, Sadio Mane, dan Joel Matip.
Ralf Rangnick adalah pelatih yang terbiasa bermain dengan para pemain muda. AC Milan sendiri menjadi tim dengan rataan usia termuda di Serie A, yakni 24,1 tahun.
AC Milan merekrut pemain-pemain muda berusia di bawah 25 tahun seperti Rafael Leao (20), Theo Hernandez (21), Ismael Bennacer (21), Leo Duarte (23). Rade Krunic (25), dan Ante Rebic (25).
AC Milan bahkan bisa membuat starting XI dengan rata-rata usia di bawah 23 tahun dengan ditambah nama-nama seperti Gianluigi Donnarumma (20), Davide Calabria (22), Alessio Romagnoli (24), Franck Kessie (22), sampai Lucas Paqueta (22).
Keputusan Ivan Gazidis untuk mendatangkan Ralf Rangnick pun dinilai banyak pihak tepat. Selain mampu menyulap pemain-pemain muda menjadi bintang, Rangnick juga jeli dalam membeli pemain-pemain murah berkualitas.
AC Milan pun bisa mengikuti jejak RB Leipzig. Tim tanpa belanja besar namun mampu bersaing di tangga juara Bundesliga dan tembus ke Liga Champions Eropa.
Sepak Bola Menghibur ala Unai Emery
Satu hal yang pasti Unai Emery merupakan pelatih berpengalaman. Tak cuma berpengalaman, ia juga dilabeli sebagai pelatih juara. Kedatangannya ke Milan diyakini bakal mengangkat mental juara tim.
Kemampuan Unai Emery mulai dikenal luas saat membawa kejayaan kepada klub LaLiga Spanyol, Sevilla. Bersama klub dari Andalusia tersebut Emery mencetak rekor dengan menjuarai Liga Europa tiga musim beruntun (2013–14, 2014–15, 2015–16).
Tak cuma berpengalaman di level Eropa, ia juga mampu mempersembahkan gelar Ligue 1 untuk Paris Saint-Germain. Bersama PSG ia memenangkan tujuh dari delapan gelar domestik yang diikuti selama dua musim.
Unai Emery terkenal akan permainan sepak bola yang menghibur. Berbeda dengan Jose Mourinho yang pragmatis, Emery terbiasa memainkan sepak bola indah tak peduli sebesar dan sepenting apa laga yang dihadapi.
Gaya ini sudah ia terapkan kala melatih klub divisi dua Spanyol, Lorca musim 2006-2007 silam. Lorca dibawa Emery menjadi salah satu tim paling atraktif di kompetisi tersebut.
Filosofi ini pun terus terbawa saat menukangi Sevilla sampai terakhir berlabuh di Arsenal. Menghibur dalam artian di sini adalah permainan sepak bola yang menyerang.
Tentu ini kabar baik buat AC Milan. Pasalnya, di tangan Marco Giampaolo dan Stefano Pioli, AC Milan memiliki lini serang yang sangat buruk. Walau memiliki pemain-pemain seperti Ante Rebic, Krzysztof Piatek, dan teranyar Ibrahimovic, Milan cuma sanggup mencetak 28 gol dari 26 laga Serie A Italia musim ini.
Milan tertinggal jauh dari Napoli (41 gol), Atalanta (70), Roma (51), Lazio (60), Juventus (50), dan Inter (49) dalam periode pertandingan yang sama.
Apalagi, saat ini AC Milan tengah dikait-kaitkan dengan tiga pemain bintang Eropa, yakni Mario Gotze (Dortmund), David Silva (Man City), dan Mauro Icardi (PSG). Andai bisa mendapatkan dua dari tiga pemain di atas, Milan sudah cukup mengerikan di lini depan.
Namun, ada satu hal yang membebani pada diri Unai Emery. Emery dikritik habis-habisan saat menukangi PSG.
Alasan mengapa ia hanya dipertahankan selama dua musim saja tak lain adalah kegagalannya membawa PSG berprestasi di Liga Champions.
Di masa kepemimpinannya PSG mendatangkan pemain termahal dunia, Neymar Jr. PSG juga kala itu memiliki sederet bintang dunia seperti Edinson Cavani, Kylian Mbappe, Marco Veratti sampai Thiago Silva.
Akan tetapi, tetap saja PSG selalu gagal melewati babak perempatfinal Liga Champions. Setengah lusin lebih trofi domestik seakan tak cukup untuk memuaskan manajemen klub.
Selain itu, Unai Emery dikabarkan memiliki jiwa kepemimpinan yang kurang bagus. Walau mumpuni secara taktik, ia bukan tipe pelatih yang mampu menyatukan tim.
Tak heran ketika di Arsenal ia sering dicibir oleh fans dengan pernyataan-pernyataan kontroversialnya. Hal ini bisa jadi bumerang bagi AC Milan.
Siapa yang Pantas untuk Milan Saat Ini?
Kedua pelatih menawarkan pendekatan yang fantastis. Keduanya juga memiliki kelebihan masing-masing.
Namun, di balik kelebihan, akan selalu ada kekurangan. Hal tersebut pun tak luput dari dua pelatih ini.
Walau memiliki kemampuan manajerial yang sangat baik serta terbiasa bermain dengan pemain muda, Rangnick nyatanya belum betul-betul teruji dalam persaingan juara.
Dibanding Emery, rekam jejak Rangnick terbilang inferior. Selain itu, kedatangan Rangnick pun berpotensi memperpanjang masa puasa gelar AC Milan.
Rangnick adalah pelatih yang terbiasa mengangkat performa tim minim bintang. Tentu hal itu membutuhkan waktu lama. Bukan tak mungkin hal serupa bakal diterapkan di AC Milan.
Sebaliknya, Unai Emery bisa jadi solusi AC Milan untuk secepatnya meraih trofi juara. Akan tetapi, Unai Emery bukanlah seorang manajer sebaik Rangnick.
Saat di Arsenal, Unai Emery memiliki peran kecil di bursa transfer. Dirinya didapuk hanya sebatas pelatih kepala saja. Berbeda dengan Rangnick yang bisa merangkap sebagai direktur teknik.
Akan tetapi, jika harus memilih, Unai Emery harusnya jadi pilihan yang lebih masuk akal bagi AC Milan. Saat ini Milan sudah terlampau lelah bereksperimen dengan pelatih non-juara.
Unai Emery sudah terbukti mampu membawa kesuksesan di Sevilla dan PSG. Bahkan, saat di Arsenal ia sanggup membawa tim itu ke partai final Liga Europa.
Dengan catatan Milan mempertahankan Ibrahimovic dan mendatangkan setidaknya dua dari tiga incaran mereka saat ini (Gotze, Silva, dan Icardi), Milan pun tak akan butuh waktu lama kembali ke persaingan juara. Biar bagaimanapun, uang dan pelatih kelas dunialah yang membawa kesuksesan kepada sebuah klub.