3 Alasan Sriwijaya FC Tak Perlu Tunjuk Eks Sekjen PSSI Ratu Tisha Jadi Manajer
INDOSPORT.COM - Berikut ini merupakan 3 alasan bagi klub Liga 2 2020 Sriwijaya FC tak perlu tunjuk eks Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria jadi manajer.
Ratu Tisha baru saja meletakan jabatan sebagai Sekjen PSSI pada Senin (13/04/20) lalu. Hal itu diumumkan langsung lewat unggahan di akun media sosial Instagram pribadinya.
"Dear friends, hari ini (kemarin), Senin, 13 April 2020, melalui surat, saya telah resmi mengundurkan diri dari posisi Sekretaris Jenderal PSSI," tulis Tisha.
Dalam pesan perpisahannya itu berisikan rasa terima kasih yang sangat mendalam karena bisa berkontribusi penuh terhadap kemajuan sepak bola Indonesia.
"Pada suatu kesempatan dengan para sahabat, saya pernah berkata; "Hati saya, kalau dibelah, isinya hanya sepak bola"," pungkas Tisha.
Keputusan Tisha mundur dari Sekjen PSSI pun menjadi perbincangan panas di manapun. Beberapa ada yang mendukung ataupun menyayangkan kepergiannya dari PSSI.
Lalu, tiba-tiba peserta Liga 2 2020 Sriwijaya FC menawarkan kursi manajer untuk diduduki oleh Ratu Tisha. Manajemen Laskar Wong Kito pun buka suara.
Wakil Direktur Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) Hendri Zainuddin menilai kalau ada potensi besar dalam sosok Ratu Tisha karena sangat memahami sepak bola.
"Saya tawarkan jabatan manajer Sriwijaya FC kepada ibu Ratu Tisha. Semoga saja bersedia. Sudah saya instruksikan pengurus klub untuk menghubunginya," kata Hendri dalam rilis yang diterima INDOSPORT, Selasa (14/03/20).
Hendri mengaku kalau sampai saat ini Sriwijaya FC masih kesulitan dalam mencari sosok untuk mengisi jabatan manajer karena keberatan.
Hingga saat ini, Ratu Tisha masih bungkam atas apa yang ditawarkan Sriwijaya FC. Sehingga menarik ke mana Ratu Tisha akan berlabuh.
Meski demikian diprediksi kalau Sriwijaya FC memiliki sejumlah alasan untuk tak merekrut Ratu Tisha sebagai manajer baru. Berikut perkiraannya.
1. Banyak Jabatan
Manajemen klub Liga 2 2020 Sriwijaya FC tampaknya harus berpikir ulang dalam menawarkan jabatan manajer ke mantan Sekjen PSSI Ratu Tisha.
Bukan tanpa sebab, pasalnya Tisha saat ini masih menjabat sebagai Wakil Presiden AFF 2019-23 dan juga ditunjuk menjadi anggota Komite Kompetisi AFC.
Dua pekerjaan tersebut tampaknya membuat beban Tisha sudah cukup berat karena menyangkut ASEAN dan Asia. Diprediksi kalau resmi jadi manajer akan menjadi banyak jabatan.
Diperkirakan dengan jabatan-jabatan yang diemban Ratu Tisha itu bisa berdampak dalam mengelola Sriwijaya FC juga ke depannya nanti.
2. Bayaran Tinggi
Alasan berikutnya agar Sriwijaya FC mengurungkan niatnya yang serius dalam menawarkan jabatan manajer ke Ratu Tisha ialah bayaran yang tinggi.
Pasalnya Ratu Tisha, selama menjabat sebagai Sekjen PSSI tiga tahun lamanya, dikenal dengan sosok yang profesional dan berdedikasi tinggi.
Kemungkinan besarnya ialah, Tisha memiliki bayaran yang tinggi dalam mengelola sebuah klub. Maka bisa saja finansial Sriwijaya FC ikut goyah.
Sebagaimana diketahui kalau menjalankan sebuah klub yang ikut kompetisi semusim penuh perlu biaya tak sedikit. Sehingga hal ini patut diperhitungkan.
3. Tak Ada Jaminan Instan
Alasan terakhir menjelaskan kalau tak ada jaminan instan jika Ratu Tisha, misalnya, resmi menduduki kursi jabatan manajer Sriwijaya FC.
Sebab, Sriwijaya FC pada musim ini mematok untuk segera bisa kembali promosi ke Liga 1 2021 usai pada edisi 2019 lalu finis sebagai posisi keempat.
Terlebih kepala pelatih Sriwijaya FC Budiardjo Thalib berharap kehadiran Tisha, jika resmi, dapat membawa klub ini kembali mentas di Liga 1.
"Membantu dalam arti membawa Sriwijaya FC lebih baik dan profesional dalam pengelolaan menghadapi kompetisi Liga 2," kata Budiardjo kepada INDOSPORT, Selasa (14/04/20).
Artinya, Tisha tak bisa hanya sekejap saja mampu membawa Sriwijaya FC berprestasi. Sehingga harus melalui proses bertahap dan tak instan.
Hal itu bisa dilihat bagaimana Tisha membawa PSSI menelurkan sejumlah kompetisi kelompok usia, sepak bola putri, hingga puncaknya Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.