Sikap Meremehkan Jurgen Klopp yang Bunuh Liverpool Pelan-pelan
INDOSPORT.COM - Kebiasaan pelatih Jurgen Klopp yang kerap meremehkan banyak hal berpotensi membahayakan tim Liverpool.
Bintang Liverpool, Sadio Mane dirumorkan ingin meninggalkan Anfield usai diketahui kesal kepada sang pelatih, Jurgen Klopp.
Dilansir dari DailyMail, Sadio Mane dilaporkan sedang mencari jalan keluar dari Liverpool. Hal ini dipicu pernyataan Jurgen Klopp yang dianggap telah menyinggung Sadio Mane.
Persoalan ini terjadi ketika Klopp mengomentari kegagalan Virgil Van Dijk memenangkan Ballon d'Or beberapa waktu lalu. Klopp menilai tak ada pemain lain yang tampil lebih mengesankan dari Van Dijk.
“Tapi, musim lalu, saya tidak bisa mengingat ada seorang bek yang tampil lebih mengesankan dibandingkan yang lain," ujar Klopp.
Padahal, musim lalu Sadio Mane jadi elemen penting Liverpool dalam memenangkan gelar Liga Champions dan bersaing dengan Man City di Liga Inggris. Pemain Senegal itu mencetak 26 gol dan lima assist di semua kompetisi.
Musim ini pun ia telah membuat 18 gol. Secara total, selama memperkuat Liverpool, Sadio Mane telah mencetak 77 gol dalam 161 laga.
Kekesalan Sadio Mane ini sejatinya cukup beralasan. Sebab, Jurgen Klopp memiliki reputasi sebagai pelatih yang kerap meremehkan.
Entah pemain atau kompetisi, Klopp pernah melontarkan sejumlah pernyataan yang terkesan menganggap enteng.
Remehkan Piala FA Sampai Barcelona
Keinginan Liverpool untuk mendominasi Liga Inggris musim ini membuat Jurgen Klopp 'meremehkan' kompetisi Piala FA. Hal ini pun membuatnya mendapat kritik karena dianggap takut kalah.
Klopp secara terang-terangan pernah mengancam ingin mundur dari kompetisi Piala FA pada pertandingan ulang melawan Shrewsbury Town dan ingin menurunkan tim U-23.
Langkah ini diambil Klopp sebagai upaya mengistirahatkan skuat utama jelang kompetisi besar seperti Liga Inggris dan Liga Champions.
Namun, keputusan ini dianggap tidak menghormati kompetisi Piala FA. Sebab, selama ini Piala FA memiliki daya magisnya tersendiri yang jadi rebutan tim-tim besar Inggris. Apalagi Liverpool sudah lama tak memenangkannya.
Mantan pemain sekaligus pandit Martin Keown menuding Klopp ingin menutup fakta bahwa di leg pertama timnya kerepotan melawan Shrewsbury saat memainkan tim inti.
"Saya kira ancaman Klopp itu tidak lebih sebagai kedok agar Liverpool tidak kehilangan muka jika kalah," ujar Keown.
Tak berhenti di situ, Klopp juga pernah terlibat psywar dengan Barcelona. Sebelum laga semifinal kedua tim di Liga Champions 2018-2019, Klopp menyebut Camp Nou adalah stadion biasa, bukan kuil sepak bola.
Meski bertujuan untuk menebalkan mental para pemainnya, namun pernyataan itu cukup menyinggung pemain dan superter Barcelona. Terbukti, di laga leg pertama di Camp Nou, Liverpool dihancurkan 4-1.
Sikap meremehkan kembali ditunjukkan Klopp di ajang Piala Liga musim ini. Pada pertandingan melawan Aston Villa, Liverpool sengaja menurunkan tim U-23.
Namun untuk keputusan satu ini didasarkan pada buruknya penjadwalan yang membuat pertandingan Liverpool di Piala Dunia Antarklub tumpang tindih dengan Piala Liga.
Teranyar, Jurgen Klopp juga melakukan blunder dengan melontarkan pernyataan yang terkesan terlalu percaya diri sebelum leg kedua perempatfinal Liga Champions menghadapi Atletico Madrid.
Klopp mengritik sikap terlalu percaya diri Diego Simeone ketika menang dengan skor tipis 1-0 di Madrid. Namun, alih-alih merendah, Klopp malah tak mau mengalah dan menyebut wakil Spanyol itu akan tersingkir di hadapan ribuan suporter Anfield.
Namun, kebanggaan Klopp akan magis Anfield berujung pahit karena timnya dikalahkan secara menyakitkan di menit-menit akhir karena kesalahan kiper pelapis mereka.
Menanti Kejatuhan Liverpool
Sikap Klopp yang tak segan-segan meremehkan berpotensi menjadi bumerang untuk tim Liverpool. Jangan terkejut jika Sadio Mane betul-betul hengkang di akhir musim ini.
Keputusan Liverpool yang memandang remeh Piala FA dan liga pun berujung pada hilangnya dua gelar itu dari genggaman. Padahal, ini kesempatan emas bagi Liverpool untuk meraih gelar sebanyak mungkin dengan skuat mumpuni yang mereka miliki musim ini.
Belum lagi kegagalan menyakitkan ketika disingkirkan Atletico Madrid masih membekas di ingatan puluhan ribu suporter yang memadati Anfield.
Tanda-tanda kejatuhan Liverpool pun sudah mulai tercium ketika kompetisi Liga Primer Inggris dihentikan saat mereka tinggal dua kemenangan untuk meraih juara.
Perjuangan antiklimaks seperti ini bisa memaksa para pemain mereka untuk hengkang dengan tim yang lebih stabil dan menjanjikan seperti Real Madrid, Bayern Munchen, atau Juventus.