Kenangan Sahari Gultom Bersama PSMS di Semifinal Liga 1998/99
INDOSPORT.COM - PSMS Medan menjadi salah satu klub legendaris di Indonesia karena memiliki prestasi yang cukup mentereng di kancah persepakbolaan tanah air terutama pada era kompetisi Perserikatan dengan 6 gelar juara.
Sejak kompetisi masuk era profesional pada musim edisi pertama Liga Indonesia 1994/95, PSMS sampai saat ini belum pernah sekalipun menjadi juara sampai saat ini dan kini terbenam di kompetisi kasta kedua, Liga 2.
Prestasi terbaik mereka di era profesional ini hanya menjadi runner-up pada liga edisi 2007/08 silam. Namun sebelum final tersebut, PSMS nyaris hampir melangkah ke partai puncak pada edisi 1998/99.
Namun tim berjuluk Ayam Kinantan itu terhenti di babak semifinal setelah takluk dari Persebaya Surabaya, lewat drama adu penalti 2-4 setelah bermain imbang 1-1 di waktu normal dan perpanjangan waktu.
Kala itu PSMS datang sebagai tim underground, karena bukan sebagai tim unggulan. Hal itu disampaikan langsung oleh salah satu pemain PSMS saat itu, Sahari Gultom.
"Target kami saat itu hanya sampai 10 besar. Karena rata-rata pemain semua mimpinya seperti itu. Tapi kami berhasil lewati 10 besar. Sedangkan Persebaya adalah juara bertahan," kenang Sahari Gultom Gultom, mengawali ceritanya, Jumat (1/5/20).
"Selain itu Persebaya di musim itu banyak pemain Timnas, sehingga diunggulkan sebagai juara kala itu. Tapi kami main fight saja tanpa beban," lanjutnya.
Di laga semifinal itu, PSMS sempat tertinggal lebih dulu lewat gol Yusuf Ekodono di menit ke-70. Namun berhasil disamakan legiun asing PSMS, Jean-Michel Baboaken, di menit ke-83, sehingga skor 1- 1 bertahan hingga babak kedua berakhir dan hingga extra time dan dilanjutkan sampai adu tos-tosan.
Pria yang akrab disapa Ucok ini mengaku dirinya mampu menepis tendangan bintang Persebaya kala itu, Aji Santoso, yang saat ini menjadi pelatih Persebaya di Liga 1 2020. Sayang dua eksekutor PSMS kala itu gagal.
"Tapi ada berkahnya juga. Sebab usai itu saya dipanggil Timnas untuk seleksi yang dipersiapkan Pra Olimpiade. Saat itu usia saya masih 21 tahun," pungkas pria yang kini menjadi staf pelatih kiper Timnas Indonesia tersebut.
Meski melenggang ke final, Persebaya harus mengubur mimpi mempertahankan gelar juara usai kalah tipis 0-1 atas PSIS Semarang di Stadion Klabat Manado, lewat gol Tugiyo jelang peluit akhir dibunyikan ('89).