Liga 1 Dihentikan Permanen, PSSI Wajib Penuhi 3 Syarat Ini
INDOSPORT.COM - Demi meminimalisir dampak kerugian, PSSI perlu memenuhi setidaknya tiga syarat terlebih dahulu andai ingin menghentikan Liga 1 2020 secara permanen.
Pandemi virus corona yang belum pulih di Indonesia memaksa kompetisi sepak bola Tanah Air terhenti lebih lama. Baik PSSI maupun klub-klub kini makin tak yakin kompetisi Liga 1 2020 bisa dilanjutkan.
Kondisi ini akhirnya memunculkan wacana soal kompetisi pengganti Liga 1. PT LIB baru-baru ini menyiapkan opsi turnamen pengganti Liga 1 2020.
Namun PSSI sebaiknya tidak terburu-terburu dalam mengambil keputusan. Sebab, keputusan penghentian permanen Liga 1 2020 akan memiliki sejumlah risiko.
Demi meminimalisir dampak kerugian, PSSI perlu memenuhi setidaknya tiga syarat terlebih dahulu andai ingin menghentikan Liga 1 2020 secara permanen. Apa saja itu? Berikut ulasannya.
1. Lanjutkan Kontrak Pemain
Liga 1 2020 boleh saja dihentikan permanen, namun PSSI dan PT LIB harus memastikan agar kontrak pemain tetap dilanjutkan. Banyak pemain baik lokal maupun asing di Indonesia yang dikontrak dalam jangka pendek.
Andai Liga 1 2020 dihentikan, itu artinya para pemain yang dikontrak awal tahun ini praktis tak memiliki kegiatan sepanjang tahun. Sangat tidak adil rasanya jika kontrak mereka harus dihentikan atau tidak diperpanjang sementara mereka tak mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya di lapangan.
"Kalau menurut saya jika dihentikan, itu akan membuat kita susah, semua pelaku sepak bola di Indonesia akan dirugikan dan kehilangan pekerjaan sementara waktu dan tidak bisa membantu keluarga mereka. Jadi saya pikir mungkin kita harus menunggu setidaknya sampai Mei," ujar bek asing Persipura, Arthur Cunha, Selasa (14/04/20) lalu.
2. Sepak Bola Harus Tetap Hidup
Hal ini penting demi menjaga kebugaran pemain serta membantu keuangan tim. Hal penting lainnya adalah tetap memberikan hiburan di tengah masyarakat Indonesia.
3. Ganti Rugi Klub
Banyak pihak harus merugi akibat pandemi Corona. Namun di sepak bola tak ada yang lebih merugi dibandingkan klub-klub.
Bak perusahaan, pemasukan klub sepak bola mandek karena terhentinya kompetisi. Pemasukan dari tiket, sponsorship, hak siar televisi, merchandise, dipastikan akan amblas.
Hal ini berdampak pada penggajian pemain yang terpaksa harus dipotong. Meski begitu angka 75 persen di Liga 1 dinilai terlalu besar dan 'tak manusiawi'.
Itu artinya, PSSI dan PT LIB entah bagaimana harus menyiasati cara untuk mengganti rugi klub-klub semaksimal mungkin. Setidaknya PSSI tak lagi menunda-nunda subsidi yang sudah dijanjikan sejak sebelum kick-off.
Belum lama ini FIFA juga memberikan bantuan sekitar Rp8 miliar kepada sepak bola indonesia. Pergunakan ini dengan sebaik-baiknya.
PSSI dan PT LIB harus bertanggung jawab dengan memberikan dukungan-dukungan lainnya yang diperlukan untuk pemulihan kerugian klub-klub secepatnya.