Cerita di Balik Empat Bintang Spesial di Logo Jersey Timnas Uruguay
INDOSPORT.COM - Merujuk dari aturan FIFA soal lambang bintang di atas logo tim, mengharuskan sebuah negara menjadi juara Piala Dunia lebih dahulu. Namun Uruguay unik, baru dua kali juara bintang mereka ada empat, kenapa?
Bagi sebuah negara, menaruh lambang berbentuk bintang di atas logo jersey merupakan sebuah hal yang sakral. Sebab, bintang tersebut menandakan mereka pernah menjadi juara dunia, yang tentu tidak mudah diwujudkan,
Hal itu tertuang dalam regulasi perlengkapan FIFA pasal 18 bagian 2, yang berbunyi "setiap anggota asosiasi yang telah menjuarai Piala Dunia dapat menaruh bintang pada jerseynya, sebagai representasi atas pencapaian tertinggi mereka,"
Jadi setiap satu bintang yang ditambahkan di atas logo kesebelasan, adalah satu gelar Piala Dunia. Pasalnya, ajang empat tahunan itu merupakan turnamen sepak bola tertinggi yang harus dimenangkan dalam olahraga ini.
Brasil menjadi negara terbanyak pengoleksi trofi Piala Dunia, yakni lima kali. Maka mereka berhak menambahkan hiasan lima bintang di atas logo federasi sepak bola mereka, CBF.
Di bawah Brasil, Jerman dan Italia mengoleksi empat trofi Piala Dunia. Kedua negara tersebut juga mencantumkan empat bintang di jersey mereka.
Begitu juga jersey timnas Prancis, yang semula satu bertambah menjadi dua setelah mereka keluar sebagai yang terbaik di Piala Dunia 2018 lalu. Simbol bintang juga berlaku bagi setiap tim yang baru satu kali merebut Piala Dunia, seperti Spanyol.
Namun ada satu negara yang cukup unik dalam menyematkan lambang bintang di atas logo tim, yakni Uruguay. Ada empat bintang yang mereka gunakan.
Padahal sejak pertama kali Piala Dunia digelar, mereka baru memenangkannya sebanyak dua kali. Jika merujuk dari aturan FIFA sudah seharusnya federasi sepak bola Uruguay, AUF, hanya boleh menaruh dua bintang.
Olimpiade Setara Piala Dunia
Gagasan penyelenggaraan turnamen sepak bola antarnegara sejatinya sudah ada sejak FIFA dibentuk pada tahun 1904.
Pertemuan demi pertemuan rutin digelar oleh para para petinggi FIFA, untuk mewujudkan agar turnamen yang saat ini dikenal Piala Dunia bisa digelar.
Namun karena pada saat itu FIFA masih organisasi kecil dengan kas minim, maka menggelar turnamen secara mendiri bukanlah keputusan yang tepat.
Akhirnya sampai pada sebuah solusi yakni konsep turnamen 'Piala Dunia' hasil gagasan Jules Rimet ini, bisa digelar dengan menggandeng pihak penyelenggara pesta olahraga multi event yaitu Olimpiade.
Solusi itu dicetuskan pada sebuah kongres FIFA di Amberes (sekarang Antwerp), Belgia, tahun 1914. Kendati digelar dalam balutan Olimpiade, Jules Rimet meminta agar ketentuan penyelenggaraan harus berdasarkan peraturan mereka.
Sehingga turnamen tersebut akan diakui sebagai kejuaraan FIFA. Pada akhirnya disepakati, dan cabang olahraga sepak bola Olimpiade berada di bawah naungan FIFA sejak 1924.
Saat itu ada 23 negara yang berpartisipasi di cabor sepak bola. Mayoritas diisi oleh negara-negara Eropa, dan hanya ada tiga negara dari benua lain yang ambil bagian yakni Mesir (Afrika), Amerika Serikat dan Uruguay (Amerika).
Peserta sendiri seharusnya ada 24 negara namun Portugal mengundurkan diri beberapa sebelum turnamen digelar. Sedangkan untuk format kompetisi, FIFA menggunakan sistem gugur bukan fase grup.
Kiprah Uruguay di Olimpiade
Sebanyak 14 negara saling berhadapan lebih dahulu, sementara 9 sisanya menanti di putaran berikutnya. Pada putaran pertama ini, Uruguay tampil meyakinkan dengan menghantam Yugoslavia tujuh gol tanpa balas.
Di putaran selanjutnya, Uruguay masih perkasa karena mampu mengalahkan Amerika Serikat dengan skor 3-0. Hasil tersebut membuat anak asuh Ernesto Figoli berhak melaju ke babak 8 besar.
Dan menjadi negara benua Amerika satu-satunya yang masih bertahan. Di babak perempatfinal, Uruguay bertemu dengan Prancis.
Tampil sebagai tim tamu tidak membuat mereka gentar. Pedro Petrone dan kawan-kawan tampil trengginas mengalahkan Prancis dengan skor 5-1.
Di semifinal, giliran Belanda yang bertekuk lutut oleh Uruguay dengan skor akhir 2-1 pada 6 Juni 1924. Mereka pun melaju ke partai puncak berhadapa dengan Swiss, setelah mampu mengalahkan Swedia dengan skor sama.
Tiga hari berselang, finalpun digelar di Stadion de Olimpique de Colombes, Paris, pada 09 Juni 1924 dengan jumlah penonton sebanyak 40.522 orang.
La Celeste unggul cepat pada menit ke-9 melalui gol Petrone. Skor ini kemudian bertambah di babak kedua lewat gol Pedro Cea dan Angel Romano. Swiss tak berdaya dan harus mengakui keunggulan Uruguay dengan skor 3-0.
Hari itu, Uruguay menjadi juara cabang olahraga sepakbola Olimpiade 1924 sekaligus kampiun turnamen sepakbola dunia FIFA. Kesuksesan Uruguay adalah kesuksesan FIFA, setidaknya dalam penyelenggaraan turnamen.
Tanpa basa-basi mereka kembali bekerja sama dengan Komite Olimpiade untuk menggelar turnamen sepak bola berlandaskan aturan FIFA. Edisi Olimpiade 1928 di Amsterdam jadi target mereka selanjutnya.
Jumlah peserta cabang olahraga sepakbola di Olimpiade 1928 lebih sedikit—18 negara. Eropa masih mendominasi, namun negara non-Eropa pun jumlahnya meningkat.
Bersama Uruguay, lima negara non-Eropa lain ambil bagian: Argentina, Chile, Mesir, Meksiko, dan Amerika Serikat. Kehadiran Argentina sendiri tentu membuat tim lain ketar-ketir.
Sebab, mereka adalah salah satu tim terkuat di Olimpiade 1928. Hal itu dibuktikan ketika menang 11-2 atas Amerika Serikat di pertandingan perdana.
Sedangkan Uruguay sendiri yang merupakan juara bertahan, tidak banyak melakukan perombakan tim. Hanya pelatih kepala yang diganti, dari Ernesto Figoli ke Primo Giannotti .
Beban berat menggelayuti pundak Giannotti. Namun, ia berhasil mengatasi tekanan karena membawa Uruguay tetap tampil gemilang.
Masih mengandalkan Pedro Petrone sang top skor Olimpiade 1924, Uruguay jadi satu-satunya negara yang mampu menghentikan laju Argentina.
Saat itu Tim Tanggo perkasa dengan melibas lawan-lawannya dengan mencetak total 25 gol dalam lima pertandingan saja.
Kedua tim bertemu di final. Sama-sama tim kuat, pertandingan puncak sampai harus digelar dalam dua leg, karena pertandingan pertama Uruguay dan Argentina hanya bisa bermain imbang 1-1.
Laga ulangan partai final yang digelar di Olympisch Stadion di Amsterdam itu akhirnya dimenangi oleh Uruguay dengan skor 2-1.
Dua Bintang Lain untuk Uruguay
Dengan hasil itu, Uruguay berhak atas gelar kedua mereka secara berturut-turut. Selebrasi masyarakat Uruguay menjadi kebahagiaan FIFA, yang sukses menggelar dua turnamen sepak bola berkelas dunia.
Sekaligus menjadi blueprint untuk FIFA menggelar turnamen sepak bola Piala Dunia secara independen, tanpa bantuan Komite Olimpiade, yang pertama kali digelar pada tahun 1930.
Karena Olimpiade 1924 dan 1928 adalah tonggak penting dalam sejarah FIFA untuk menggelar turnamen sepak bola antarnegara, maka mereka menganggap dua event itu sebagai pengganti Piala Dunia.
Sekaligus mengakui Uruguay sebagai juara dunia, dan berhak atas penghargaan berupa lambang bintang di atas logo tim dilansir dari Talksport.
Sedangkan dua bintang lainnya, didapat oleh Uruguay saat menjadi juara dunia di ajang Piala Dunia 1930, dan edisi tahun 1950.