Beitar Jerusalem, Klub Israel yang Kental dengan Rasisme Anti Arab
INDOSPORT.COM – Klub asal Israel, Beitar Jerusalem FC dan suporter La Familia adalah representasi nyata bahwa rasisme masih dengan mudah ditemui di kancah sepak bola.
Seperti dalam kehidupan sosial bermasyarakat yang masih kerap ditemukannya berbagai tindakan rasisme. Di dunia sepak bola, ujaran kebencian akan suku, ras dan agama itu juga masih terus terjadi secara berulang.
Bahkan di salah satu klub asal Israel, Beitar Jerusalem FC, perbuatan rasisme itu seakan diagungkan dan menjadi ideologi klub yang dipegang teguh secara turun temurun.
Beitar Jerusalem
Dari namanya, Beitar Jerusalem adalah klub yang berasal dari kota suci tiga Agama di dunia (Islam, Nasrani dan Yahudi), yakni di Jerusalem, Israel.
Berdiri pada tahun 1936, Beitar Jerusalem sudah kental dengan nuasa politik, yang erat kaitannya dengan afiliasi mereka dengan organisasi yang sejak tahun 1930-an lantang menyuarakan pendirian negara Israel di tanah Palestina, BETAR (Berit Trumpeldor).
Dengan Haluan sayap kanan, yang mendukung penuh Zionisme di tanah Jerusalem, lebih parahnya lagi Beitar juga begitu mengharamkan keberadaan pemain Muslim dan keturunan Arab ada dalam skuatnya.
Komitmen tersebut dipegang teguh klub sejak pertama berdiri, sampai akhirnya manajemen klub membuka diri untuk pemain dari luar Israel, demi kebutuhan strategi pelatih.
Seperti ketika pada Januari tahun 2013 manajemen klub mendatangkan pemain beragama Islam, Zaur Sadaev dan Szhabrail Kadaev asal Republik Chechnya, dengan status pemain pinjaman. Hal itu sontak mendapatkan tentangan dari berbagai pihak, khususnya suporter garis keras mereka, La Familia.
"Konferensi pers kali ini untuk memperkenalkan dua pemain baru kami yang berasal dari Republik Chechnya. Hal ini menjadi persoalan besar di luaran sana meskipun begitu ini hanyalah bagian transfer pamain sepak bola," kata Itzik Korenfine, Presiden Klub Beitar kala itu, saat memperkenalkan dua pemain barunya yang beragama Islam, dikutip dari BBC.
Tentangan keras dari La Familia pada akhirnya memang membuat manajemen dan pelatih Beitar Jerusalem ketika itu, Eli Cohen, tak kuasa untuk mengalah.
Meski sempat mencetak gol, Zaur Sadaev hanya enam kali dimainkan Eli Cohen. Sementara Szhabrail Kadaev hanya satu kali mendapatkan kesempatan. Sebelum keduanya dilepas (dikembalikan ke klubnya) pada pertengahan tahun 2013.
1. Garis Keras La Familia
Sikap toleran dengan mendatangkan pemain Islam, Arab dan luar Israel yang dilakukan manajemen Beitar Jerusalem, pada akhirnya memang masih sangat sulit untuk berjalan dengan mulus.
Hal itu tak lepas dari keberadaan suporter garis keras mereka, La Familia. Sejak terbentuk pada tahun 2005, La Familia menjadi kelompok garis depan yang mencoba menjaga nilai-nilai Beitar Jerusalem yang murni hanya harus diisi pemain asal Israel.
Tak salah memang untuk menegakan nlai-nilai seperti itu. Sebab di beberapa negara lain ada sejumlah klub yang memegang teguh nilai untuk memakai pemain asli dari suku di mana mereka berada, seperti yang dilakukan Athletic Bilbao yang menggunakan pemain asli Basque.
Namun yang menjadi salah dari La Familia, mereka mencoba menegakan nilai tersebut dengan cara-cara yang tak seharusnya. Seperti mulai dari melakukan ejekan dengan siulan, cemoohan kata-kata kasar, ancaman pembunuhan, hingga tindakan brutal lainnya.
Lebih dari itu, mereka tak pandang bulu. Semua teror dilakukan kepada pemain muslim, Arab dan non Israel. Sekalipun sang pemain merupakan bagian dari klub mereka. Hal ini juga mereka lakukan kepada pemain lawan saat laga berlangsung.
Yang terbaru misalnya, La Familia melakukuan terror kepada pemain Beitar Jerusalem, Ali Mohamed yang sebenarnya beragama Kristen dan berasal dari Nigeria. Namun lantaran namanya yang berbau Islam, tindakan rasisme hingga ancaman pembunuhan masih juga dilontarkan kepada Ali Mohamed.