Melihat Keurgensian Timnas Indonesia Akan Penggunaan Pemain Keturunan
INOSPORT.COM - Melihat tingkat keurgensian yang dirasakan Timnas Indonesia untuk menggunakan jasa para pemain keturunan di Eropa saat ini.
Seperti diketahui bahwa Indonesia memiliki banyak pemain muda dan bintang sepak bola keturunan yang tengah berkarier di luar negeri, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyatakan siap untuk memperkuat Timnas.
Beberapa pemain bintang Eropa yang sejak setahun silam sudah menyatakan kesiapannya membela Timnas Indonesia antara lain Sandy Walsh, Navarone Foor, hingga Keziah Veendorp.
Khusus nama terakhir, bek dari klub FC Emmen yang tampil di Eredivisie (kasta teratas Liga Belanda) tersebut mengaku sedang berusaha keras untuk bisa memperoleh paspor Indonesia sejak November tahun lalu.
"Saya ingin menjadi warga negara Indonesia dan membela Timnas. Tetapi saya masih harus mengurusi paspor saya terlebih dahulu," ucap Keziah kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Tidak cuma pemain senior, sejumlah wonderkid yang tengah naik daun pun beberapa kali melempar harapan agar PSSI maupun pelatih Timnas mau memberikan mereka kesempatan untuk ikuti TC.
Salah satunya adalah Elkan Baggot, bek berusia 17 tahun dan kini tengah menjadi rebutan Thailand serta Indonesia itu berkali-kali menyatakan kesetiaannya untuk membela Merah-Putih.
Kehadiran Elkan Baggot diprediksi bisa menambah kekuatan lini pertahanan, selain tampil gemilang di Liga Inggris ia juga punya postur tinggi sehingga tidak mengherankan jika FAT (federasi sepak bola Thailand) bersikukuh ingin mendapatkannya.
Lantas dengan banyaknya opsi pemain keturunan yang tampil gemilang di Eropa dan ingin membela Timnas Indonesia tersebut, apakah kekuatan mereka benar-benar diperlukan saat ini?
Hal ini bisa menjadi problema, pasalnya jika terlalu bergantung terhadap pemain keturunan Eropa bakal mencerminkan betapa rendahnya kualitas para pemain lokal serta mendiskreditkan bintang-bintang Tanah Air.
Padahal banyak talenta di pelosok nusantara yang jauh lebih mentereng, dan mungkin dengan sedikit polesan bakal menyaingi para pesepakbola top dunia.
Namun jika tidak mencoba memberi kesempatan para pemain keturunan tersebut, rasanya tidak adil lantaran mereka juga memiliki darah Indonesia dan berhak diberi peluang untuk membela negara mereka.
Lagi pun, banyak negara top Eropa yang juga ramai menggunakan pemain keturunan bahkan Prancis hampir 70 persen memainkan pemain berdarah campuran saat menjuarai Piala Dunia 2018.
Lalu jika melihat kondisi Timnas Indonesia saat ini terutama pasca dilanda pandemi Corona, apakah penggunaan pemain keturunan yang berkarier di Eropa sudah sangat dibutuhkan?
1. Peluang Pemain keturunan Menuju Timnas
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari lihat terlebih dahulu beberapa jadwal Timnas Indonesia pada berbagai jenjang umur di tahun 2020 ini.
Di mulai dari level senior, mereka harus bersiap tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Sedangkan U 16 dan U 19 bakal menghadapi gelaran Piala Asia.
Dengan tiga event besar yang bakal dihadapi, jajaran pelatih Timnas Indonesia harus bergerak cepat mengumpulkan pemain serta melakukan pemusatan latihan jelang kompetisi berlangsung.
Tugas tersebut cukup berat, pasalnya kompetisi Liga Indonesia sempat terhenti sejak Maret lalu akibat pandemi Corona. Imbasnya, para pemain kemungkinan tidak dalam kondisi prima karena minimnya latihan.
Apalagi sejak Maret lalu terdapat peraturan PSBB dan tetap di rumah, sehingga memperbesar kemungkinan jika para pemain bakal kehilangan setengah bentuk tubuh ideal dan stamina terbaik mereka.
Berbekal fakta tersebut ditambah minimnya catatan penampilan di musim ini, membuat pelatih tentu sulit menemukan pemain yang tengah dalam performa top.
Untuk mengatasi kesulitan itu, tidak ada salahnya jika tim pelatih mencoba memanggil para pemain keturunan di Eropa lantaran sebelum pandemi terjadi mereka sudah memainkan setengah kompetisi.
Berbeda dengan Liga Indonesia yang mulai sejak Februari 2020, sebagian kompetisi di Eropa telah bergulir sejak Agustus atau September tahun lalu sehingga banyak Liga yang telah memainkan paruh pertamanya.
Tim pelatih bisa melihat trek rekor para pemain keturunan saat tampil di paruh pertama, dengan begitu mereka bisa menemukan strategi serta komposisi yang pas untuk skuat Timnas.
Jika melihat situasi Timnas Indonesia yang para pemain lokalnya saat ini minim jam terbang akibat pandemi, serta berpeluang kehilang peak perform maka keputusan menggunakan jasa para bintang keturunan sangatlah tepat.
Terlebih penggunaan pemain keturunan jauh lebih baik ketimbang naturalisasi, lantaran program naturalisasi biasanya menggunakan pemain yang tidak ada hubungan darah dengan Indonesia namun mendapat status WNI karena lama menetap di Tanah Air.
Pemain naturalisasi pun umumnya berusia uzur dan menjadi pilihan jangka pendek, berbeda dengan penggunaan pemain keturunan yang rata-rata sedang top perform dan bisa bertahan lama untuk kelangsungan Timnas Indonesia.
Langkah ini pun mendapat dukungan penuh dari pengamat sepak bola Tanah Air, Timo Scheunemann. Menurut mantan pelatih Persiba itu, PSSI harusnya tetap memantau para pemain keturunan di luar negeri, terlebih jika para pemain tersebut punya kemampuan, punya akar budaya Indonesia yang kuat dan layak masuk Timnas.
"Pemain keturunan harus dong dipantau. Mereka punya kelebihan pembinaan yg lebih baik, jadi kalau memang layak timnas kenapa tidak, kan (mereka) keturunan," ucap Timo kepada INDOSPORT.
Lantas dengan sisa waktu yang cukup singkat menuju gelaran tiga event besar di tahun 2020 ini, langkah apakah yang bakal diterapkan jajaran pelatih Timnas indonesia serta federasi sepak bola nasional?
Akankah mereka tetap memaksakan menggunakan pemain lokal yang sempat vakum beberapa bulan? Atau mencoba memanggil bintang keturunan sebagai alternatif dalam komposisi skuat mereka.