3 Alasan PSSI Tak Perlu Hapus Aturan Degradasi di Liga 1 2020
INDOSPORT.COM - PSSI menurunkan opsi untuk penghapusan aturan degradasi untuk lanjutan kompetisi Liga 1 musim ini, meski jika ditelaah lebih jauh tak ada urgensi yang benar-benar memaksa.
Liga 1 2020 harus terhenti sementara waktu akibat pandemi COVID-19 yang melanda sebagian wilayah Indonesia. PSSI memutuskan untuk menghentikan kompetisi setelah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait demi keamanan bersama.
Namun, setelah hampir tiga bulan vakum, PSSI memutuskan untuk kembali melanjutkan liga. Keputusan ini diambil dalam rapat virtual dengan perwakilan klub-klub peserta Liga 1 2020.
Liga 1 2020 diputuskan akan digelar pada bulan Oktober mendatang, tetapi dengan sejumlah perubahan. Salah satu yang paling mencolok adalah dihapuskannya sistem degradasi.
Aturan baru ini pun mengundang pro-kontra dari sejumlah pihak. Banyak yang menilai dihapuskannya aturan degradasi mengurangi sisi kompetitif liga.
Terlepas dari itu, sebetulnya PSSI sendiri tidak memiliki alasan yang cukup urgent untuk meniadakan aturan degradasi. Mengapa? Berikut ulasannya.
1. Liga Baru Mulai
Berbeda dengan sebagian besar liga di Eropa yang sudah memasuki setengah lebih kompetisi, di Indonesia Liga 1 2020 baru berjalan selama tiga pekan.
Bisa dibilang, perjalanan liga masih sangat panjang. Baik tim juara maupun mereka yang terdegradasi masih sangat sulit untuk diramalkan.
Untuk itu, dari sisi fairness, sebetulnya tak ada tim yang benar-benar dirugikan jika aturan degradasi dilakukan.
Kecuali, jika liga telah berjalan selama 27-30 pekan di mana tim-tim yang telah terdegradasi sudah mulai terbaca. Maka cukup fair jika aturan degradasi ditiadakan sebagai respons atas menurunnya kualitas klub sebelum dan sesudah masa jeda pandemi.
2. Ada Aturan Pendamping
Penghapusan aturan degradasi musim ini sendiri terkesan percuma mengingat adanya aturan lain yang juga mengiringi.
Seperti diketahui, alasan PSSI meniadakan degradasi adalah agar tidak merugikan tim-tim dari daerah yang terdampak COVID-19 sehingga menghindarkan mereka dari turun kasta.
Namun, PSSI sendiri menawarkan opsi sentralisasi kompetissi di Pulau Jawa. Dengan sistem sentralisasi ini, tiap tim bakal berkompetisi seadil mungkin. Apalagi pertandingan tidak boleh dihadiri suporter di stadion.
Maka dari itu, tak ada urgensi yang sungguh-sungguh untuk PSSI meniadakan aturan degradasi. Apalagi, sejumlah pemain dan pelatih klub peserta pun menganggap penghapusan aturan degradasi bisa mengurangi sisi kompetitif Liga 1 2020.
1. 3. 'Beban' Musim Depan
Dengan tidak adanya degradasi musim ini, maka terpaksa di musim depan jumlah peserta akan ditambah menjadi total 20 klub. Dua tim tambahan datang dari dua klub yang promosi dari Liga 2 musim ini.
Hal ini sesungguhnya menjadi sebuah perubahan besar yang berpotensi merepotkan PSSI dan PT LIB. Seperti diketahui, sesungguhnya tak sampai setengah klub Liga 1 yang mendapatkan lisensi profesional dari AFC saat ini.
Untuk itu, menambah jumlah peserta menjadi 20 tim berpotensi menimbulkan masalah. Liga tetangga seperti Thailand dan Vietnam saja hanya dihuni 16 tim. Begitu pun dengan Malaysia yang hanya 12 tim.
Asalkan PT LIB dan PSSI bisa berkomitmen tinggi untuk mencari sponsor bernilai besar serta penjadwalan yang matang serta verifikasi yang ketat terhadap klub peserta Liga1, maka penambahan menjadi 20 tim baru masuk akal.