Persija, Bukti Nyata Jakarta Tak Bisa Diremehkan soal Sepak Bola
INDOSPORT.COM - Sejarah Jakarta juga tak bisa dilepaskan dari eksistensi klub sepak bola Persija Jakarta. Keduanya telah menyatu dalam mengarungi masa-masa sulit dan bahagia.
Tepat hari ini, 22 Juni 2020, Kota Jakarta merayakan haru jadinya yang ke-493. Tentu ini usia yang cukup lama untuk suatu kota.
Hari jadi kota Jakarta diawali ketika Kerajaan Demak merebut kawasan Sunda Kelapa yang kala itu diduduki Portugis. Peristiwa itu terjadi pada 22 Juni 1527.
Setelah perebutan ini, wilayah Jakarta terus berevolusi melintasi zaman, termasuk ketika jatuh ke tangan kolonial dan menjadi Batavia.
Sejarah panjang Jakarta ternyata tak luput dari sepak bola. Sebagai salah satu alat perjuangan melawan penjajahan di masa silam, sepak bola juga begitu kental di Jakarta.
Pada tahun 1928, di Batavia berdiri sebuah klub sepak bola dalam negeri bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ). Klub ini menjadi salah satu pemrakasa berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia pada 1930.
VIJ pun terus berkembang hingga akhirnya dikenal sebagai Persatuan Sepak bola Indonesia Jakarta (Persija). Dalam perjalanannya, Persija Jakarta sukses mengangkat pamor Kota Jakarta di percaturan sepak bola nasional.
1. Jakarta adalah Persija
Sepak Bola merupakan olahraga yang paling digemari di Nusantara. Sejak sebelum era kemerdekaan, tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki klub sepak bola kebanggaan sendiri.
Sejak dulu, Pulau Jawa dikenal sebagai pusat sepak bola nasional dengan hadirnya klub-klub kuat seperti Persebaya Surabaya, Persib Bandung, PSIS, PSIM, Persis, dan lainnya.
Mereka saling berebut gengsi dengan membawa embel-embel nama kota. Jakarta, sebagai ibu kota negara, pun memiliki tim kebanggaan bernama Persija Jakarta.
Beruntung, sebagai klub ibu kota, Persija Jakarta, tampil sebagai salah satu raksasa di sepak bola nasional. Beragam prestasi diraih mereka sekaligus membuktikan bahwa Jakarta tidak kalah dengan klub dari Jawa Tengah, Timur, dan belahan Nusantara lainnya.
Persija Jakarta telah mampu berprestasi sejak tahun 1930-an ketika kompetisi Perserikatan pertama kali digelar. Pada dekade ini, Persija berhasil memenangi empat gelar perserikatan.
Prestasi ini dilanjutkan di dekade-dekade selanjutnya ketika mereka sukses meraih juara perserikatan pada 1954 dan 1964. Tahun 70-an bisa dibilang sebagai periode terbaik Persija Jakarta.
Pada dekade ini mereka sukses merengkuh tiga gelar perserikatan (1973, 1975, 1979) dan tim yang terbanyak tampil di final. Kiblat sepak bola nasional pun pindah ke Jakarta.
Meski begitu, Tim Macan Kemayoran juga mengalami pasang-surut. Mereka mengalami penurunan prestasi di dekade 80-an, hingga akhirnya kembali menggeliat di tahun 2000.
Pada tahun 2000, Persija berhasil merebut gelar Liga Indonesia pertama mereka. Di dekade 2000-an, mereka juga menjadi salah satu tim elite karena selalu difavoritkan tiap musimnya.
Setelah puasa gelar dalam waktu cukup lama, bendera Persija Jakarta kembali berkibar ketika merebut gelar juara Liga 1 2018 dan Piala Presiden 2018.
Total, Persija Jakarta telah merengkuh 11 gelar nasional (termasuk 2 Liga Indonesia) dan menjadi salah satu tim yang paling sering nangkring di papan atas. Rekor 11 juara nasional ini adalah yang terbaik di Indonesia melebihi Persebaya (8), Persib (7), PSM (6), PSMS (5), dan Persipura (4).
Fakta ini menjadi bukti bahwa Persija Jakarta adalah kebanggaan warga Kota Jakarta. Persija kini menyatu dengan Jakarta dan menjadi simbol. Keberadaan The Jakmania juga menjadi bagian penting dalam perjalanan kesuksesan Persija di jajaran elite sepak bola Indonesia.
Jangan lupakan pula salah satu kunci kebangkitan Persija di pengujung 90-an, yakni jasa Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, Sebagai pembina Persija, ia sukses menjadikan Tim Macan Kemayoran sebagai salah satu tim tim terkaya di Tanah Air.
Macan Kemayoran nyatanya juga tak cuma berkontribusi bagi Kota Jakarta, tetapi juga bagi Indonesia. Lusinan pemain bintang Persija selalu menghiasi skuat Timnas Indonesia dari generasi ke generasi.
The Jakmania dan Persija Jakarta pun selalu merindukan lautan merah dan oranye yang membanjiri Kota Jakarta dalam pesta juara di masa-masa yang akan mendatang.