Sheffield United dan Bukti Kekuatan Timur Tengah Bisa Kuasai Liga Inggris
INDOSPORT.COM - Mengenal kisah Sheffield United yang menjadi bukti baru bahwa kekuatan uang Timur Tengah bisa menguasai kompetisi Liga Inggris.
Sheffield United sendiri bakal menjalani partai cukup sulit di pertandingan pekan ke-31 Liga Inggris pada Kamis (24/06/20) dini hari WIB, dengan menghadapi raksasa tidur Manchester United.
Laga yang cukup berat lantaran bakal berlangsung di stadion Old Trafford atau markas dari Manchester United, selain itu Sheffield United juga tengah dalam tren negatif usai kalah telak 3-0 dari Newcastle di pertandingan terakhir.
Meski begitu, Sheffield United tetap tidak boleh dipandang sebelah mata terlebih fakta menyebut jika tim besutan Chris Wilder tersebut merupakan klub promosi yang paling sukses musim ini ketimbang dua tim lain.
Pada musim 2019/20, tiga tim yang mendapat jatah promosi ke kasta teratas Liga Inggris adalah Aston Villa, Norwich City serta Sheffield United. Selain nama terakhir, dua tim lainnya sedang berjuang lolos dari zona degradasi saat ini.
Terdapat beberapa kisah menarik dari Sheffield United, mulai perjuangan berdarah yang mereka lakukan untuk bisa kembali ke kasta teratas Liga Inggris serta campur tangan miliarder Arab Saudi yang menjadikan fakta bahwa Liga Inggris ramah terhadap konsorsium Timur Tengah.
Dalam sejarah, nama Sheffield United sendiri bukanlah klub sembarangan di Inggris lantaran mereka pernah menjuarai kompetisi tertinggi Liga Inggris serta meraih trofi di ajang domestik.
Pada tahun 1897/98, klub yang bermarkas di stadion Bramall Lane ini berhasil menjuarai First Division atau kasta tertinggi Liga Inggris sebelum era Premier League saat ini.
Sheffield United juga sempat empat kali meraih gelar juara FA Cup pada tahun 1898/99, 1901/02, 1914/15, dan 1924/25. Sebuah catatan yang tidak layak dianggap enteng.
Meski punya sejarah cukup mentereng, namun Sheffield United sempat mengalami fase sulit yakni terdampar hingga kasta ketiga Liga Inggris bahkan terkena krisis keuangan parah.
Tepatnya pada musim 2010/11, dengan dana yang terbatas manajemen klub malah mempekerjakan tiga manajer dalam rentang waktu satu musim, diantaranya adalah Kevin Blackwell, Gary Speed dan Micky Adams.
Dengan berganti pelatih sebanyak tiga kali, membuat pengeluaran Sheffield United membengkak. Performa tim pun jadi tidak konsisten sehingga harus finish di peringkat 23 atau degradasi ke kasta ketiga Liga Inggris untuk pertama kalinya sejak 1989.
Masa surut Sheffield United yang membutuhkan bantuan dana akhirnya menemui titik terang, setelah di musim 2013 Pangeran Abdullah bin Musa'ad bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi resmi membeli saham The Blades.
Pada 3 September 2013, Pangeran Abdullah bin Musa'ad membeli 50% saham Blades Leisure Ltd, dan berjanji bakal membawa Sheffield United kembali ke Liga Premier League dalam jangka waktu lima tahun.
1. Kekuatan Pangeran Arab Saudi di Skuat Sheffield United
Hanya butuh satu tahun, manajemen yang dikomandoi Pangeran Abdullah bin Musa'ad bin Abdulaziz Al Saud berhasil merubah citra Sheffield United bahkan di tahun yang sama The Blades mendapat julukan Giant Killer.
Bukan tanpa sebab julukan tersebut diberikan, lantaran pada tahun 2014 lalu skuad Sheffield United yang masih berada di Liga 3 Inggris berhasil melangkah ke babak semi-finals FA Cup.
Pada musim selanjutnya, mereka kembali tampil gemilang dengan mencapai babak perempat final the FA Cup serta semifinals Piala Liga, dan mendapat jatah play off ke divisi Championship usai finis di peringkat kelima klasemen.
Kebangkitan Sheffield United akhirnya terjadi pada musim 2016/17, dimana mereka sukses menjuarai League One dengan poin 100 serta promosi ke kasta kedua Liga Inggris.
Hanya dua musim di Championship, akhirnya para pendukung Blades bisa kembali merasakan atmosfer Liga Primer Inggris usai meraih tiket promosi dengan status runner up divisi Championship.
Pasca kembali ke kasta teratas Liga Inggris, kekuatan uang Pangeran Abdullah bin Musa'ad benar-benar ditampilkan yang membuat perubahan signifikan buat klub.
Di musim 2019/20, dua pembelian langsung memecahkan rekor transfer termahal sepanjang sejarah klub yakni saat Sheffield United membeli Oli McBurnie dari Swansea City dengan mahar 20 juta pounds, serta Sander Berge dari Genk dengan biaya 22 juta pounds.
Selain itu, Lys Mousset dan Luke Freeman juga didatangkan dengan total biaya mencapai 15 juta pounds. Meski cukup banyak menguras biaya, namun perjudian tersebut terbilang berhasil.
Pasalnya hingga memasuki pekan ke-30 musim ini, Sheffield United berhasil bertengger di peringkat delapan dengan 44 angka atau selisih satu poin dari Tottenham Hotspur sebagai batas lolos babak play off Liga Europa musim depan.
Kesuksesan Sheffield United bersama manajemen Pangeran Abdullah bin Musa'ad, semakin memperjelas betapa dahsyatnya pengaruh pengusaha Timur Tengah dalam menguasai kompetisi Liga Inggris.
Selain Pangeran Abdullah bin Musa'ad, seperti diketahui bahwa beberapa tim Liga Inggris saat ini juga dikuasai oleh pengusaha berdarah Timur Tengah.
Dimulai dari Manchester City dengan Sheikh Mansour yang merupakan keluarga Kerajaan Uni Emirat Arab. Bersama Sheikh Mansour, The Citizen berhasil menjelma menjadi salah satu raksasa Inggris bahkan Eropa.
Kemudian ada Everton yang dimiliki Farhad Moshiri, pengusaha yang lahir di Iran dan punya kewarganegaraan Inggris tersebut menguasai saham mayoritas The Toffees sejak tahun 2018 lalu.
Lantas dengan kehadiran Pangeran Abdullah bin Musa'ad di kasta teratas Liga Inggris, akankah memunculkan tim kuda hitam atau bahkan juara baru dengan nuansa Timur Tengah?