Yandi Sofyan, Striker Indonesia yang Tenggelam dalam Bayang Sang Kakak
INDOSPORT.COM – Yandi Sofyan. Striker masa depan Timnas Indonesia yang sayang harus tenggelam dalam bayang sang kakak.
Masih ingat dengan Yandi Sofyan Munawar? Adik striker ganas Timnas Indonesia, Zaenal Arif itu lahir pada 28 tahun yang lalu. Saat masih junior, Yandi Sofyan menunjukan bakat kalau dirinya bakal berkembang melebihi apa yang dicapai oleh sang kakak.
Buktinya, sejak Timnas Indonesia U-17, nama Yandi Sofyan selalu tak pernah absen untuk menghiasi lini serang merah putih. Melihat pemuda kelahiran Garut itu memiliki bakat terpendam, ia pun terpilih untuk mengikuti program SAD pada tahun 2009 hingga 2011.
Belajar banyak di Uruguay, Yandi Sofyan ternyata mendapatkan kesempatan lagi untuk bergabung dengan klub Belgia, CS Vise bersama Alfin Tuasalamony, Syamsir Alam, dan Yericho Christiantoko pada 2011-2012. Saat itu, Yandi Sofyan dilatih oleh Loris Dominissini, asal Italia.
Meski tampil di divisi 2 Liga Belgia, pengalaman yang dapat dipetik oleh keempat pemuda Indonesia itu begitu banyak. Terutama Yandi Sofyan yang ternyata mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk tampil.
Semua begitu indah bagi Yandi Sofyan karena lebih banyak tampil, tapi itu berubah ketika memasuki musim 2012/13. Ketika itu, CS Vise mengganti pelatih Dominissini dengan Manuele Domenicali yang juga berasal dari Italia.
Pergantian pelatih rupanya berdampak pada jarangnya Yandi Sofyan tampil membela klub CS Vise. Hingga akhirnya pada akhir musim, keempat pemain masa depan Timnas Indonesia itu, termasuk Yandi Sofyan harus pulang kampung ke Indonesia.
Selama bermain di CS Vise, Yandi Sofyan yang cukup sering tampil tercatat telah tampil dalam 21 pertandingan dengan torehan 1 assists. Meski tak terlalu impresif, tetapi Yandi Sofyan tetap merasa pengalamannya di Eropa bakal membantu kariernya ke depan.
Sementara itu, sembari bermain di Eropa, Yandi Sofyan pun juga mendapat panggilan untuk membela Timnas Indonesia U-23 di ajang SEA Games 2013. Meski hanya menggondol medali perak, Yandi Sofyan sempat mencetak 1 gol ke gawang Kamboja.
Berbekal pengalaman menimba ilmu sepak bola di Uruguay dan Belgia, serta sudah menjadi andalan Timnas Indonesia junior, Yandi Sofyan pun pulang kampung dengan harapan bisa unjuk kemampuan. Namun sayang, semuanya seakan seperti jauh panggang dari api.
1. Melempem di Indonesia
Sekembalinya dari Belgia, Yandi Sofyan langsung bergabung Arema untuk musim 2013/14. Di luar dugaan, pengalaman yang telah ia punya selama di Belgia dan Uruguay ternyata tak mampu membuat Yandi Sofyan menembus skuat inti Arema.
Untungnya, Yandi Sofyan tak dibiarkan duduk manis di bangku cadangan karena ia langsung dipinjamkan ke klub Australia, Brisbane Roar. Selama kurang lebih setahun, Yandi Sofyan menjadi pemain inti di tim junior Brisbane Roar, sebelum akhirnya pulang ke Indonesia pada 2014.
Kembali lagi ke Indonesia, Yandi Sofyan ternyata sudah ditunggu untuk diajak bergabung oleh Persib Bandung. Bergabung dengan Persib Bandung sendiri merupakan salah satu mimpi yang jadi kenyataan mengingat Garut masuk dalam wilayah Jawa Barat.
Jangan lupa juga, sang kakak, Zaenal Arif juga memiliki banyak penggemar selama membela Persib Bandung. Pada akhirnya Persib bandung memang berhasil menjadi juara Liga Indonesia 2014 dan Piala Presiden 2015, tapi Yandi Sofyan lebih banyak berperan sebagai pemain pelapis saja.
Selama dua musim membela Persib Bandung, Yandi Sofyan nyatanya hanya tampil dalam 13 laga dengan catatan 2 gol saja. Gagal mendapatkan menit lebih untuk bermain, Yandi Sofyan pun memutuskan hengkang dari Persib Bandung.
Melihat sang adik tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya, Zaenal Arif pun mengungkapkan kalau Yandi Sofyan belum bisa menemukan jati dirinya. Yandi Sofyan dianggap masih tenggelam dalam bayang-bayang dirinya (Zaenal Arif).
Meski begitu, Zaenal Arif saat itu percaya asal bisa menemukan klub yang tepat, potensi Yandi Sofyan bakal meledak. Benar saja, Bali United saat itu langsung mengontrak Yandi Sofyan hingga musim 2018 mendatang.
Berkali-kali mendapatkan kesempatan bertanding, Yandi Sofyan akhirnya berhasil mencetak gol perdananya untuk Bali United. Tepat 22 April 2018, Yandi Sofyan berhasil mencetak gol ke gawang Barito Putera yang dikawal Aditya Harlan.
Mendapatkan umpan manis dari manis dari Stefano Lilipaly, Yandi Sofyan dengan tenang memanfaatkan peluang emas menjadi gol. Sayangnya, itu adalah satu-satunya gol di sepanjang 2 musim membela Bali United hingga dirinya berpisah dengan tim pada 2018.
Memasuki tahun 2019, Yandi Sofyan dikabarkan telah sepakat untuk bergabung untuk memperkuat PSM Makassar. Akan tetapi, karena alasan keluarga, Yandi Sofyan memutuskan mundur dari PSM Makassar meski telah sepakat bergabung 2 hari yang lalu.
Ironis bagi Yandi Sofyan karena ternyata setelah itu ia tak memiliki klub hingga musim 2019 berakhir. Memasuki awal tahun ini, Yandi Sofyan diketahui mengikuti seleksi Barito Putera, tapi ternyata ia dinyatakan tak memenuhi keinginan tim.
Kini dengan situasi sepak bola Indonesia yang dihentikan akibat pandemi virus corona, tampak Yandi Sofyan masih begitu bahagia bersama keluarga kecilnya. Di sisi lain, sepertinya anggapan Zaenal Arif kalau Yandi Sofyan belum mampu keluar dari bayang-bayang dirinya mungkin ada benarnya.
Kini di usia 28 tahun, agaknya semoga saja Yandi Sofyan segera menemukan klub baru agar bisa menunjukan kalau ia mampu keluar dari bayang-bayang sang kakak, Zaenal Arif sebagai striker Timnas Indonesia.