Kisah Para Minoritas di Balik Keberhasilan Liverpool Menjuarai Liga Inggris
INDOSPORT.COM - Mengintip kisah para minoritas yang menjadi sosok sentral di balik keberhasilan Liverpool menjuarai Liga Inggris musim 1989/90 dan 2019/20.
Liverpool sendiri telah memastikan diri sebagai juara Liga Inggris musim 2019/20 sejak Jumat (26/06/20) silam, bahkan tanpa harus mengeluarkan keringat sedikit pun.
Pasalnya, kekalahan tips 1-2 yang menimpa rival terdekat mereka, Manchester City saat menghadapi Chelsea Jumat lalu sudah cukup untuk menuntaskan dahaga gelar liga The Reds yang sempat berjalan selama 30 tahun.
Atas hasil pertandingan Chelsea vs Manchester City itu, Liverpool kini mengemas 86 poin hingga pekan ke-31 Liga Inggris. Mereka berjarak 23 angka dari The Citizens, sehingga secara matematis tak akan bisa dikejar.
Beberapa rekor bahkan ditorehkan Liverpool usai menjadi juara Liga Inggris musim ini, salah satunya sebagai tim dengan pertandingan tersedikit untuk menyegel gelar.
Tercatat, Liverpool cuma membutuhkan 31 pertandingan buat mengamankan gelar. Dengan masih menyisakan tujuh pekan, catatan itu merupakan tersedikit sepanjang sejarah kompetisi, mengalahkan Manchester United pada 2000/01 yang juara dengan menyisakan lima pertandingan.
Selain rekor, beberapa fakta menarik juga tersaji di balik gelar juara Liverpool Liga Inggris musim 2019/20. Di antaranya peran pemain yang dianggap minoritas, namun malah menjadi tulang punggung bahkan kunci keberhasilan.
Pada gelaran Liga Inggris 2019/20, Liverpool bertumpu pada ketajaman Mohamed Salah dan Sadio Mane sebagai mesin gol. Penyerang asal Mesir dan Senegal tersebut terbukti mampu menjadi penyelamat tim lewat gol-gol ajaibnya.
Di musim 2018/19 lalu, Salah dan Mane bahkan sukses menjadi top skor Liga Inggris dengan raihan 22 gol. Keduanya juga berperan penting dalam membantu Liverpool meraih gelar UEFA Champions League, UEFA Super Cup dan FIFA Club World Cup musim lalu.
Meski bersinar dan menjadi bintang keberhasilan Liverpool saat menjuarai Liga Inggris, namun Mohamed Salah dan Sadio Mane kerap mendapat tindakan rasisme lantaran dianggap sebagai minoritas dan tidak cocok tampil di Inggris.
Mohamed Salah dan Sadio Mane yang beragama Islam, beberapa kali mendapat ejekan rasisme apalagi masyarakat Inggris masih dihantui oleh islamofobia yang dirasakan sejak beberapa dekade terakhir.
Pada 2018 lalu, sebuah tangkapan visual menunjukkan nyanyian oknum fans Chelsea yang menyebut Salah sebagai seorang pelaku pemboman. Hal yang sangat miris, lantaran Chelsea adalah klub Inggris pertama yang diperkuat Salah.
Walau terus mendapat perlakuan rasisme, namun Mohamed Salah dan Mane berhasil membalas aksi tersebut dengan gelar juara buat Liverpool. Bahkan keduanya sejauh ini telah berkontribusi dalam 48 gol Liverpool di semua ajang.
Tidak cuma sekali, pemain minoritas Liverpool juga berperan besar dalam keberhasilan The Reds menjuarai Liga Inggris pada musim 1989/90 silam.
1. Rasisme yang Hantarkan Liverpool Juara
Pada musim tersebut, Liverpool bertumpu pada sosok John Barnes, penyerang Inggris yang berdarah Afrika. Jika di abad 20 ini Inggris terkena sindrom islamofobia, maka di masa lalu negeri Britania Raya mengalami diskriminasi terhadap kulit hitam.
Sehingga banyak para atlet atau pesepakbola kulit hitam kerap mendapat aksis rasisme, tak terkecuali John Barnes yang memang berkulit hitam bahkan lahir di Jamaika.
Menandatangani kontrak bersama Liverpool pada tahun 1987 silam, John Barnes sering mengalami pelecehan ras bai oleh pendukung lawan bahkan rekan setimnya sendiri.
Pada salah satu penampilan pertamanya di Anfield, Barnes mengatakan bahwa salah satu suporter wanita menyajikan teh untuk semua pemain di lounge, kecuali dirinya.
Barnes pun membuat lelucon tentang hal itu dengan bertanya, "Apakah itu karena aku hitam? " ucapnya saat itu.
Bahkan salah satu pendukung Liverpool sempat menulis surat kepadanya untuk tidak bergabung dengan klub. Sebelum Barnes, ada satu pemain kulit hitam lain yang lebih dulu tampil untuk Liverpool bernama Howard Gayle.
Namun sayang, penyerang kelahiran asli Liverpool ini hanya bisa bermain lima pertandingan untuk The Reds pada awal 1980-an dan cuma bisa mencetak satu gol.
Walau sering mendapat aksi rasisme, namun John Barnes tetap bermain profesional bahkan dirinya menjadi sosok penting dalam keberhasilan Liverpool menjuarai Liga Inggris di musim 1989/90 silam.
Dalam gelaran tersebut, John Barnes menjadi top skor klub dengan torehan 28 gol di semua ajang. Bahkan, satu golnya saat menghadapi Queens Park Rangers memastikan Liverpool angkat trofi lebih cepat, meski liga saat itu masih menyisakan dua pertandingan.