Atalanta Si Monster Gol, Terbaik dalam Sejarah Serie A?
INDOSPORT.COM - Raihan 10 laga beruntun tanpa terkalahkan serta rekor produktivitas gol yang sangat gila membuat Atalanta di ambang rekor terbaik dalam sejarah Serie A Italia.
Klub Serie A Italia, Atalanta, seakan tak mau berhenti untuk terus tampil impresif musim ini. La Dea alias Sang Dewi terus melanjutkan tren positif dengan meraih sembilan kemenangan beruntun.
Kemenangan 2-0 yang mereka raih atas Sampdoria dini hari tadi menjadi kemenangan ke-20 Atalanta musim ini sekaligus mengantar mereka naik ke posisi tiga klasemen menggeser Inter Milan.
Perolehan ini semakin mempertegas Atalanta sebagai tim paling ganas di Serie A Italia. Julukan 'Monster Serie A' mungkin paling tepat untuk disematkan pada Atalanta musim ini. Bagaimana tidak, 85 gol sudah berhasil mereka ceploskan dari 31 laga Serie A sejauh ini.
Jumlah ini adalah yang terbaik jauh melebihi Lazio (67 gol) dan Juventus (65 gol) pesaing terdekat mereka. Maka tak heran Atalanta mampu bertengger di posisi ketiga klasemen sementara saat ini berjarak dua angka dari Lazio (68) dan 9 angka dari Juventus (75 poin).
Monster Serie A
Julukan ini tak main-main, Atalanta menjadi tim yang paling sering meraih kemenangan besar di antara klub-klub lain di Serie A Italia.
Capaian ini membuat mereka menjadi yang paling mengerikan di Serie A Italia sejak rekor AC Milan tahun 1959. Di masa itu AC Milan menjadi tim yang paling banyak menang dengan menceploskan lima atau lebih gol dalam satu pertandingan.
Rossoneri mampu mencetak lebih dari lima gol dalam enam pertandingan di bawah kepemimpinan Cesare Maldini. Milan sukses membekuk Alessandria (5-1), Juventus (5-4), Torino (5-1), Lazio (5-0), Napoli (6-1), dan Udinese (7-0).
Capaian itu sanggup didekati oleh Atalanta musim ini. Bahkan, dengan tujuh laga tersisa, skuat asuhan Gian Piero Gasperini berpotensi menyamai atau bahkan melebihi rekor Milan di tahun 1959.
Statistik menunjukkan Atalanta sudah lima kali sukses mencetak lima gol atau lebih dalam satu pertandingan musim ini. Udinese jadi korban pertama mereka pada pekan ke-9 saat dihabisi dengan skor 7-1.
Kemudian disusul oleh AC Milan (5-0), Parma (5-0), Torino (7-0), dan teranyar Lecce dengan skor 2-7. Bahkan, kemenangan 5-0 atas Milan dan Parma diraih secara beruntun.
Di atas kertas, Atalanta relatif lebih mengerikan dibanding AC Milan tahun 1959. Meski memiliki satu pertandingan lebih sedikit, namun lima laga yang mereka menangkan semua terjadi dengan marjin skor sangat mencolok.
Kengerian yang ditimbulkan Atalanta ini makin lengkap dengan diimbangi performa impresif mereka dengan belum terkalahkan sejak pekan ke-21 lalu sampai dini hari tadi ketika membekuk Sampdoria di pekan ke-31.
1. Resep Sukses La Dea di Bawah Gasperini
Sosok kunci yang berperan dalam bangkitnya Atalanta tak lain adalah Gian Piero Gasperini, pelatih mereka. Sejak datang pada tahun 2016, ia sukses mengangkat derajat Atalanta.
Di musim pertamanya, eks allenatore Inter Milan ini membawa La Dea ke posisi keempat klasemen akhir. Sayang, saat itu Italia cuma dapat tiga jatah Liga Champions.
Atalanta akhirnya baru benar-benar meraih tiket ke Liga Champions pada musim 2018-2019 lalu. Capaian ini membuat Gasperini semakin betah dan tak tergoyahkan.
Gasperini memang bukan pelatih kacangan. Walau lebih sering melatih tim-tim gurem, ia memiliki segudang pengalaman yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini.
Salah satu kehebatan Gasperini adalah kemampuannya untuk mengadaptasi taktik bermain lawan. Seorang Jose Mourinho pernah mengakui kehebatan Gasperini yang satu ini.
"Dia adalah pelatih yang paling membuatku kesulitan. Setiap kali aku mengubah taktik, dia selalu bisa beradaptasi. Ini adalah salah satu hasil 0-0 paling spektakuler, khususnya bagi mereka yang mencintai sepak bola," ujar Mou kala itu saat masih membesut Inter Milan.
Gasperini adalah pelatih yang gemar dengan pakem formasi 3-4-3 dan beragam variasinya. Dengan formasi ini Gasperini menerapkan sepak bola bertahan sekaligus menyerang.
Jika melihat Atalanta bermain, maka akan terlihat bagaimana pressing-pressing ketat yang dimainkan anak asuhnya. Ya, Gasperini memang tak ingin memberikan kesempatan pada lawan untuk berkembang.
Strategi pressing dan marking ketat ini ditunjang dengan fleksibilitas. Biasanya tiga pemain Atalanta ditugaskan Gasperini untuk terus menekan bek lawan ketika sedang menguasai bola atau pun hendak melakukan operan.
Di tim Gasperini tak terlihat perbedaan antara bertahan dan menyerang. Dengan pressing ketat ketika bertahan, Atalanta bisa langsung menyulapnya menjadi tekanan yang agresif ke pertahanan lawan.
Kasarnya, untuk bertahan, mereka harus bermain agresif layaknya menyerang. Hal ini yang sering membuat pemain-pemain lawan kerepotan ketika Atalanta memegang bola.
Para pemain Atalanta selalu siap untuk menyerang kapan pun itu. Maka tak heran mereka menjadi tim paling produktif di musim lalu dan musim ini.
Kehebatan Gasperini dalam menerapkan taktiknya ini pun berkontribusi besar terhadap hasil gemilang Atalanta baik itu di Serie A Italia maupun Liga Champions musim ini. La Dea (Sang Dewi) kini hendak menembus level baru, yakni jalur elit Eropa.