Apa Kabar Dasrul Bahri? 'Kijang' Penentu Prestasi Barito di Ligina 1994/95
INDOSPORT.COM - Apa kabar Dasrul Bahri? Si Kijang yang menjadi penentu prestasi Barito Putera di Liga Indonesia 1994/95, bahkan melaju ke semifinal dan dijuluki sebagai juara tanpa mahkota.
Memasuki bulan Juli 2020, rasanya cukup tepat untuk membahas kiprah Barito Putera 25 tahun lalu, saat masih berjuang di babak penyisihan grup hingga memastikan lolos ke babak delapan besar Ligina 1994/95.
Barito Putera menjalani laga tunda kontra PSM Makassar di tempat netral, di Stadion Tri Dharma Gresik, 17 Juli 1995, atau Senin malam dan tanpa penonton. Meski Laskar Antasari sudah unggul 1-0, namun penggawa PSM mati-matian untuk menjegal.
"Pertandingan sudah selesai, tapi kita punya satu pertandingan tunda lawan PSM. Laga itu bagi PSM tidak ada kepentingan, mereka nggak akan lolos, yang punya kepentingan adalah Gelora Dewata Bali, dia punya ambisi lolos ke delapan besar," kenang Dasrul Bahri.
"Kalau kita dengar dari kawan di PSM waktu itu, mereka dibiayai Gelora Dewata tiket buat ke Gresik, dikasih bonus kalau bisa kalahkan Barito."
"Apalagi kita ini kan musuh bebuyutan, mereka mikirnya tak apa tim lain yang lolos, asal jangan Barito. Kita jadi bulan-bulanan, disikut, ditendang, tapi kita tetap fokus."
Puncaknya, Barito Putera kebobolan satu gol. Skor imbang 1-1 membuat Dasrul dkk gelisah, namun masih ada waktu untuk mengejar poin penuh, guna meraih tiket menuju semifinal Ligina 1994/95 di Senayan.
"Akhirnya gol yang dinanti-nanti tiba, berkat aksi kelas Sear Yusuf Huwae. Dia belakangi gawang di kotak penalti, terima umpan lalu balik badan."
"Dia tendang ke gawang, tapi dijangkau kiper sampai jatuh, bola rebound refleks saya kejar, saya tendang masuk ke gawang tanpa ada yang menghalangi lagi," lanjut Dasrul Bahri.
1. Suporter Jadi Motivasi
Skor akhir 2-1 memastikan Barito Putera berangkat ke Senayan, Jakarta. Dukungan suporter yang luar biasa, membuat Dasrul Bahri tak ingin mengecewakan mereka.
Ia selalu meraih poin di laga kontra Bandung Raya, PKT Bontang dan Pelita Jaya, hingga sukses ke semifinal bersua Persib Bandung.
"Salah satu kunci sukses kita di Senayan, karena kita sudah nggak ada beban, kita main lepas. Ada kabar kita terima, suporter datang ke Senayan dengan kapal laut."
"Rasa bangga saat dengar itu, gimana susahnya suporter untuk mendukung Barito. Itu bikin kita mikir, jangan sampai mereka kecewa."
Ya, kala itu Dasrul Bahri kembali menjadi penentu kemenangan Barito Putera atas Pelita Jaya, lewat dua gol ciamik miliknya. Alhasil, Barito meraih poin tertinggi di grup, dan mencetak sejarah sebagai tim underdog yang lolos ke semifinal Ligina 1994/95.
"Pertandingan terakhir penyisihan grup itu lawan Pelita Jaya. Frans Sinatra begitu dapat bola, dia cari striker, antara saya atau Joko Hariyanto, katanya duo kijang."
"Pemain Pelita serang terus, sudah kadung naik, tapi dari sayap kiri saya ambil bola dari Frans, dan terciptalah dua gol penentu," tutup Dasrul.
Laga semifinal Ligina 1994/95 juga tercatat dalam sejarah, di mana Barito Putera merasa dicurangi karena dua gol dianulir oleh wasit Khairil Agil. Namun, Dasrul Bahri tetap legawa, dan masih setia dengan dunia sepak bola. Saat ini ia menjadi pelatih akademi usia muda di tim PSMS Medan.