Potensi Besar Juara Baru Liga Champions, 6 'Anak Bawang' di Perempat Final!
INDOSPORT.COM - Hanya tersisanya dua tim mantan juara di perempat final Liga Champions 2019-2020 pun mengundang prediksi menarik mengenai hadirnya sang juara baru.
Babak 16 besar Liga Champions 2019-2020 akhirnya telah usai digelar. Sebanyak delapan tim dipastikan lolos ke perempat final.
Kompetisi Liga Champions musim ini pun menghadirkan kejutan. Sebanyak enam dari delapan klub yang menancapkan kaki di perempat final adalah klub-klub yang belum pernah menjuarai trofi Si Kuping Besar.
Hanya Bayern Munchen dan Barcelona dua muka lama yang sudah menjadi langganan juara. Enam sisanya yakni Manchester City, Paris Saint-Germain, Atalanta, Olympique Lyon, RB Leipzig, dan Atletico Madrid.
Keberhasilan tim-tim kuda hitam ini tak terlepas dari melempemnya para raksasa Eropa seperti Juventus yang disingkirkan Lyon serta Real Madrid yang harus menyerah dari Manchester City.
Sementara Liverpool telah lebih dulu tumbang menyakitkan di Anfield oleh Atletico Madrid sebelum pandemi virus corona menghentikan sepak bola Eropa.
Dengan fakta bahwa enam dari delapan tim peserta perempatfinal Liga Champions merupakan tim yang belum pernah juara, itu artinya ada peluang sebesar 75 persen bahwa Liga Champions musim ini bakal menghasilkan juara baru.
Bersiap Sambut Juara Baru?
Enam klub yakni PSG, Manchester City, Olympique Lyion, RB Leipzig, Atalanta, dan Atletico Madrid, jelas bukan tim kacangan. Namun, bicara Liga Champions, tak banyak sejarah yang bisa mereka ukir.
Man City misalnya, sekuat apapun mereka saat ini, skuat asuhan Pep Guardiola baru lima musim terakhir dijagokan di kompetisi teratas Eropa tersebut. Begitu pula dengan PSG yang baru hampir satu dekade ini saja memiliki ambisi besar di Eropa.
Itu pun tak ada satu gelar yang mampir ke lemari trofi mereka. Jika dibandingkan dengan raksasa seperti Bayern Munchen (5 gelar) dan Barcelona (4 gelar), PSG dan Manchester City bagaikan 'anak bawang'.
Sementara Atletico Madrid sebetulnya hampir-hampir saja merebut trofi paling bergengsi di Eropa tersebut andai tak kalah oleh Real Madrid sebanyak dua kali pada 2014 dan 2016.
Sedangkan dua peserta terakhir, Atalanta dan RB Leipzig, bisa dibilang adalah perubahan paling mencolok di turnamen kali ini. Tampilnya mereka ke panggung Eropa memang bisa diprediksi lantaran keduanya konsisten bersaing di papan atas pada liga masing-masing.
Namun, untuk menginjak perempatfinal, hal tersebut merupakan prestasi besar bagi mereka. Ini adalah kali pertama kali bagi kedua tim merasakan tampil di perempatfinal Liga Champions.
Potensi munculnya juara baru pun sangat besar. Bagi sebagian pihak, hal ini dianggap sesuatu yang baik karena kekuatan sepak bola kini semakin merata di Eropa. Jarak antartim di Liga Champions semakin ketat.
Terakhir kali Liga Champions Eropa menghadirkan juara baru adalah pada 2011-2012 ketika Chelsea mengalahkan Bayern Munchen dalam drama adu penalti. Sebelum itu, juara baru lahir pada musim 1996-1997 silam ketika Borussia Dortmund merengkuh trofi pertamanya usai mengalahkan Juventus di final.
1. Pengalaman di Masa Silam
Situasi seperti 2019-2020 sebetulnya bukan pertama kali terjadi dalam sejarah Liga Champions/Piala Champions. Di masa silam, beberapa kali fase setara perempatfinal dihuni mayoritas tim-tim yang tidak memiliki tradisi juara.
Misalnya saja pada musim 1991-1992. Saat itu format kompetisi belum mengenal sistem penyisihan grup, babak gugur, dan final seperti sekarang.
Kala itu, sebanyak delapan grup terbaik yang lolos dari beberapa babak eliminasi dibagi ke dalam dua grup berisikan empat tim. Kedelapan tim tersebut adalah Sampdoria, Red Star Belgrade, Anderlecht, Panathinaikos (Grup A) dan Barcelona, Sparta Praha, Benfica, Dynamo Kyiv (Grup B).
Dari kedelapan tim tersebut, hanya dua yang merupakan mantan juara, yakni Benfica (2 kali) dan Red Star (1 kali). Sisahnya adalah tim-tim yang belum memiliki bintang Liga Champions.
Meski begitu, ada catatan khusus pada Barcelona. Meski belum pernah juara, Barcelona sudah sejak lama menjadi tim besar di Eropa dan masuk ke dalam beberapa final meski gagal juara.
Partai final pun mempertemukan antara Sampdoria vs Barcelona. Itu merupakan laga final antartim yang belum pernah menjuarai Liga Champions. Barcelona pun saat itu berhasil merengkuh gelar juara pertamanya lewat gol tendangan bebas Ronald Koeman.
Situasi mirip-mirip musim ini juga terjadi pada 2003-2004. Ketika itu hanya tiga tim mantan juara, yakni AC Milan (6 gelar) dan Real Madrid (9 gelar), dan FC Porto (1) yang tampil di perempat final. Sementara sisanya adalah Lyon, Deportivo La Coruna, AS Monaco, Arsenal, dan Chelsea.
Secara mengejutkan duo raksasa Milan dan Madrid tumbang oleh lawan-lawannya dalam laga tak terlupakan. Semifinal pun tinggal menyisahkan Porto, Deportivo, Monaco, dan Chelsea. Potensi juara baru sangat besar karena tiga tim yakni Chelsea, Monaco, dan Deportivo, belum pernah juara.
Namun, skuat FC Porto di tangan Jose Mourinho pada 2004 kala itu terlalu kuat bagi AS Monaco yang dihancurkan 3-0 di partai puncak. Porto pun merebut gelar keduanya sepanjang sejarah.
Lalu, apakah sejarah 1992 yang menghasilkan juara baru akan terulang pada Liga Champions 2019-2020? Atau malah duo mantan juara (Barca dan Bayern) membuktikan tajinya layaknya Porto pada 2004?