Sejarah Prancis Kawinkan Piala Eropa dengan Medali Emas Olimpiade
INDOSPORT.COM - Piala Eropa dan Olimpiade merupakan dua hajatan akbar olahraga yang rutin berlangsung secara berbarengan sejak 1960. Biasanya, Piala Eropa terlebih dulu bergulir pada Juni-Juli baru kemudian Olimpiade pada Agustus-September atau September-Oktober.
Sejauh ini, hampir seluruh pemenang, baik Piala Eropa maupun cabang sepak bola Olimpiade, selalu berbeda-beda setiap tahun penyelenggaraan. Pengecualian terjadi pada edisi 1984, di mana satu negara berhasil mengawinkan kedua titel tersebut.
Adalah Prancis yang sukses menggondol medali emas berkat kemenangan atas Brasil di partai puncak Olimpiade Los Angeles, 11 Agustus 1984. Prestasi ini dicapai hanya berselang 45 hari selepas Michel Platini memimpin tim menjuarai Piala Eropa 1984.
Mengandalkan pemain-pemain buangan skuat Piala Eropa, seperti Albert Rust, Dominique Bijotat, Francois Brisson, Daniel Xuereb, dan Guy Lacombe, Perancis mampu meredam permainan Brasil yang kala itu telah diperkuat Carlos Dunga (20 tahun).
Prancis memastikan medali emas berkat sumbangsih gol Brisson pada menit ke-55 dan Xuereb (62â). Brasil sempat beberapa kali menciptakan peluang, tapi ketangguhan lini pertahanan dan kiper Les Bleus alias Si Biru menggagalkan seluruh upaya Dunga cs.
âKami bisa mengalahkan Brasil karena para pemain begitu kompak selama berada di atas lapangan," ujar pelatih Prancis di Olimpiade 1984, Henri Michel.
Kemenangan di final Olimpiade 1984 menjadi medali emas pertama dan satu-satunya buat Prancis sepanjang sejarah. Sebelumnya, prestasi terbaik mereka sebatas medali perak kala berstatus tuan rumah pada edisi 1900 di Paris.
Setelah 1900, Prancis pernah dua kali menembus semifinal (1908, 1920) serta empat kali melaju ke perempat final (1924, 1948, 1968, 1976). Kesuksesan Les Bleus kian lengkap karena berandil kembali mengangkat derajat Eropa Barat.
1. Final Olimpiade Paling Banyak Penonton
Berdasarkan laporan ESPN FC, Prancis meruntuhkan supremasi Eropa Timur yang begitu dominan di Olimpiade selama hampir setengah abad. Terakhir kalinya wakil Eropa Barat meraih medali emas sebelum Prancis adalah saat Italia mengalahkan Austria di final Olimpiade 1936.
Selain prestasi emas Prancis, cabang sepak bola Olimpiade Los Angeles 1984 rupanya juga meninggalkan catatan penting berupa antusiasme penonton di Amerika Serikat yang mencengangkan
Sekadar mengingatkan, sepak bola sesungguhnya bukan cabang olahraga yang populer di Amerika Serikat. Gaung lapangan hijau jauh berada di bawah cabang lain seperti basket, bisbol, hoki es, dan american football.
Namun, cabang sepak bola Olimpiade Los Angeles 1984 dilaporkan menyedot penonton sebanyak 1.421.627 orang dalam 32 partai (rata-rata 44.500 per laga) berdasarkan sebuah artikel di surat kabar New York Times.
Khusus final, Stadion Rose Bowl, Pasadena, tempat menggelar laga Prancis kontra Brasil disaksikan oleh 101.799 penonton. Jumlah ini bahkan melebihi pertandingan final Piala Dunia 1994 antara Brasil versus Italia yang cuma menyedot 94.194 penonton.
“Penonton memadati Stadion Rose Bowl dan bersorak sambil menikmati camilan hotdog. Namun, terdapat satu kejanggalan. Pertandingan yang mereka saksikan bukanlah american football, melainkan sepak bola," kata jurnalis New York Times, George Vecsey, yang meliput final sepak bola Olimpiade Los Angeles 1984.
Susunan Pemain
Prancis (3-5-2): 1-Rust; 2-Ayache, 3-Bibard, 8-Jeannol; 4-Bijotat, 16-Zanon, 9-Lacombe, 10-Lemoult, 11-Rohr; 15-Xuereb (6-Cubaynes 87'), 5-Brisson (7-Garande 79')
Cadangan: 17-Bensoussan, 12-Senac, 13-Thouvenel, 14-Toure
Pelatih: Michel
Brasil (4-3-3): 1-Rinaldi; 2-Ronaldo, 3-Pinga, 4-Galvao, 6-Andre Luis; 5-Ademir, 8-Dunga, 15-Tonho (17-Milton Cruz 58'); 9-Kita (16-Chicao 58'), 10-Popoca, 11-Silvinho
Cadangan: 12-Henrique, 7-Paulo Santos, 13-Winck, 14-Davi
Pelatih: Picerni
Stadion: Rose Bowl (101.799)
Gol: Brisson 55', Xuereb 60'
Wasit: Keizer (Bld)
Kartu Kuning: -
Kartu Merah: -