Eric Maxim Choupo-Moting, La Remontada, dan Kutukan Liga Champions PSG
INDOSPORT.COM – Setelah kegagalan demi kegagalan yang mereka alami, kekecewaan serta kesedihan yang datang selama puluhan tahun, PSG akhirnya memutuskan kutukan dan berhasil melaju ke semifinal Liga Champions musim 2019/20 ini.
Masih lekat dalam ingatan betapa mereka begitu menderita dan mungkin jutaan hati penggemar harus hancur berkeping-keping usai PSG dikandaskan Barcelona lewat comeback manis yang terjadi di Liga Champions edisi tahun 2017.
Salah satu laga paling ikonik yang terjadi di gelaran Liga Champions yang di Spanyol sana disebut sebagai La Remontada atau yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai The Comeback.
Atau malam pahit ketika mereka harus tertunduk lesu dan jutaan penggemar di seluruh dunia sekali lagi melihat mereka harus gagal melaju ke babak perempatfinal Liga Champions usai comeback apik yang dipertontonkan oleh Manchester United di Parc des Princes.
Namun dini hari tadi, Kamis (13/08/20) PSG melakukan La Remontada ala mereka. Giliran mereka yang membuat jutaan penggemar sepak bola di seluruh dunia harus kecewa usai 2 gol yang mereka ciptakan pada menit ke-90 mengantarkan Atalanta pulang ke Italia.
Kedua gol tersebut tercipta lewat kaki Marquinhos pada menit ke-90 dan sontekan manis Eric Maxim Choupo-Moting di menit ke-90+3. Dua gol yang sangat dinantikan kehadirannya oleh Thomas Tuchel yang langsung berteriak kegirangan di pinggir lapangan. Dua gol yang membuat placing ciamik Mario Pasalic di menit ke-26 menjadi sia-sia.
Tak ada yang mengira jika PSG berhasil lolos ke babak semifinal, apalagi setelah penampilan yang ditunjukkan oleh Atalanta sepanjang musim 2019/20 ini, khususnya pada pertandingan tersebut.
Dan tak ada yang mengira jika pahlawan PSG pada laga tersebut adalah Eric Maxim Choupo-Moting, sosok pemain gurem yang kebintangannya jauh di bawah Neymar, Kylian Mbappe, atau bahkan Mauro Icardi.
1. Eric Maxim Choupo-Moting Pemecah Kutukan PSG di Liga Champions
Eric Maxim Choupo-Moting layak disebut sebagai salah satu kunci keberhasilan PSG melaju ke semifinal Liga Champions musim ini, semifinal pertama sejak terakhir kali mereka lolos ke 4 besar kompetisi paling elite seantero Eropa ini pada tahun 1995 lalu.
Choupo-Moting bukanlah seorang pemain reguler di PSG. Keberadaannya bahkan sering dilupakan dan hanya dianggap pelengkap saja. Bahkan beberapa pihak menyebutkan jika kehadirannya di Parc des Princes hanya agar membuat PSG tidak terlalu terlihat superior karena masih menyisakan pemain yang biasa-biasa saja.
Pemain kelahiran Jerman Barat yang memutuskan untuk membela Timnas Kamerun di ajang internasional ini bergabung bersama PSG dengan status bebasr transfer usai kontraknya dengan Stoke City tak lagi di perpanjang.
Masuk menggantikan Mauro Icardi yang bermain di bawah harapan pada menit ke-79, Choupo-Moting tahu jika para pemain Atalanta telah habis dan bermain di babak kedua dengan kondisi fisik yang sangat lelah.
Seakan ingin berterima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Tuchel, dirinya bergerak liar dan gila. Setiap pemain Atalanta yang berada dalam jangkauan wilayahnya dia berikan press ketat dan tidak diberikan waktu hanya untuk sekadar bernapas.
Kegilaan yang Choupo-Moting tunjukkan di atas lapangan mungkin adalah akumulasi dari kesempatan yang hilang percuma, kekecewaan atas kesalahan-kesalahan yang dirinya buat, dan menjadi pembuktian jika dirinya bukan hanya pelengkap dari skuat PSG yang bertabur bintang.
Hasilnya Choupo-Moting berhasil melahirkan gol yang meminjam istilah dari fotografer legendaris asal Prancis, Henri Cartier Bresson, sebagai decisive moment. Momen yang tepat dan tak akan pernah bisa terulang lagi.
Momen yang ditunggu-tunggu oleh jutaan warga Prancis dan jutaan penggemar PSG lainnya di seluruh penjuru dunia. Momen yang lahir dari kesabaran, keefektifan tim, dan semangat pantang menyerah yang telah berhasil ditanamkan dengan baik oleh Thomas Tuchel.
La Remontada yang mereka ciptakan di gelaran Liga Champions musim ini adalah kado terindah yang diterima oleh PSG yang baru saja merayakan ulang tahun mereka ke-50.
Laga ini tentu saja akan selalu tercatat di dalam daftar 10 laga terbaik PSG dan kemungkinan besar akan menjadi dongeng yang diceritakan oleh para orang tua pada anak-anak mereka.