Hansi Flick, Thomas Muller, dan Bayern Munchen yang Kembali Superior
INDOSPORT.COM – Estadio do Sport Lisboa e Benfica atau da Luz menjadi saksi bisu berakhirnya sebuah era sekaligus menandai lahirnya kembali superioritas Jerman di kancah Eropa.
Dini hari tadi, Sabtu (25/8/2020), kita sekali lagi melihat Lionel Messi tertunduk lesu setelah Barcelona dihabisi oleh Bayern Munchen dengan skor 8-2.
Wajah keheranan Quique Setien di pinggir lapangan bersanding dengan wajah-wajah muram laskar Catalan. Sebuah pemandangan yang menyedihkan, mengingat Barcelona pernah menjadi penguasa Eropa bahkan dunia beberapa tahun yang lalu.
Skor akhir di luar nalar yang tercipta dalam pertandingan tersebut bahkan membuat papan skor tak cukup menampung daftar pemain Bayern yang berhasil mencetak gol.
Skor tersebut juga membuat Hansi Flick, sosok di balik pembantaian Lisbonazo, sampai bingung untuk melakukan selebrasi saking terlalu sering tim asuhannya mencetak gol.
Flick sendiri tak asing dengan pembantaian semacam ini. Enam tahun yang lalu, tepatnya pada gelaran Piala Dunia 2014, dirinya yang kala itu masih menjabat sebagai asisten pelatih Timnas Jerman turut andil dalam kesuksesan Der Panzer mempencundangi Brasil yang berlaga sebagai tim tuan rumah dengan skor telak 7-1.
Dan kali ini dirinya kembali membuktikan kejeniusannya dengan membuat Barcelona babak bundhas di babak perempatfinal Liga Champions musim 2019/20.
Turun dengan skuat yang berisi 3 pemain—Thomas Muller, Manuel Neuer, dan Jerome Boateng—yang bermain dalam Tragedi Mineirazo di Brasil 6 tahun silam, Hans-Dieter 'Hansi' Flick seakan sudah tahu jika mereka akan melaju ke babak semifinal Liga Champions dengan skor di luar nalar.
Pembantaian ini sendiri bukan sepenuhnya salah Barcelona yang disebut-sebut gagal melakukan regenerasi pemain dan usangnya taktik Setien dalam menghadapi gempuran serangan hasil racikan taktik Flick yang lebih fluid dan tentu saja lebih modern itu.
Lebih dari itu, hasil 8-2 yang didapatkan oleh Bayern Munchen pada laga ini adalah murni kejeniusan seorang Flick dalam meramu taktik yang dipadukan dengan filosofi blitzkrieg ala Jerman yang mencoba melakukan serangan sekilat mungkin kala bola telah berada dalam kendali mereka.
Ini juga bukan salah Sergio Busquets yang dalam pertandingan tersebut tampil bak bocah ingusan yang gagap bertahan dan mengatur serangan dari lini tengah Barcelona. Ini adalah murni tanda lahirnya kembali superioritas Bayern Munchen di kancah Eropa.
1. Thomas Muller dan Lahirnya Kembali Superioritas Bayern Munchen
Bermain dengan formasi 4-2-3-1, Flick menempatkan Thomas Muller di belakang Robert Lewandowski yang menjadi ujung tombak Bayern Munchen. Sebuah peran yang telah lama dirinya jalani baik saat bermain bersama Timnas Jerman maupun saat bermain bersama FC Hollywood.
Muller yang terkenal sebagai sosok yang melahirkan peran raumdeuter ini mampu mengaplikasikan kelihaiannya dalam menafsirkan ruang dalam laga dini hari tadi.
Dirinya mampu memprediksi sebuah momen sekaligus membaca permainan dan melahirkan peluang yang membuat Bayern Munchen begitu mendominasi laga tersebut.
Pergerakan-pergerakan yang Muller lakukan dalam laga tersebut tak ada yang sia-sia. Praktis hampir seluruh gol yang Bayern Munchen ciptakan dalam laga itu lahir dari kelihaiannya menafsirkan ruang.
Para pemain Barcelona seakan dibuat bingung dan tak bisa memprediksi ke mana Muller akan bergerak. Dirinya dengan apik mampu memanfaatkan setiap jengkal lapangan dan membuat peluang demi peluang agar timnya bisa mencetak gol.
Dalam salah satu wawancara yang dilakukan oleh Joachim Low, pelatih Timnas Jerman tersebut secara singkat mampu menyederhanakan kejeniusan Muller di atas lapangan. Dirinya menyatakan jika Muller merupakan sosok pemain modern yang selalu mencari cara agar dirinya bisa mencetak gol.
“Thomas (Muller) adalah pemain yang jauh dari kata ortodoks. Kita benar-benar tidak bisa memprediksi ke mana dirinya akan berlari dan bergerak. Di dalam kepalanya, hanya ada satu tujuan: bagaimana saya bisa mencetak gol?” ujar Joachim Low pada media Jerman.
Kegemilangan Muller dan racikan jenius Flick yang didukung oleh skuat penuh determinasi membuat para pandit setuju mengatakan jika Bayern Munchen berada dalam trek yang benar untuk bisa kembali menguasai Eropa.
Lolosnya Bayern ke semifinal Liga Champions musim 2019/20 ini membuat kans mereka untuk menambah perolehan gelar di kompetisi paling elit seantero Eropa ini terbuka sangat lebar.
Mereka terakhir kali berhasil menjadi kampiun Liga Champions saat Jupp Heynckes memutuskan untuk turun gunung dan kembali ke Bayern yang kala itu diisi oleh dua nama fenomenal: Arjen Robben dan Franck Ribery.
Saat ini di bawah arahan Hansi Flick, Bayern diprediksi bakal kembali mengulangi kesuksesan mereka bersama Heynckes 7 tahun silam dan menjadi kandidat terkuat untuk merengkuh trofi Liga Champions yang telah lama tak mampir ke tanah Bavaria.
Dan bukan tak mungkin jika mereka bisa mempertahankan performa apik seperti yang ditampilkan dalam laga kontra Barcelona dini hari tadi maka superioritas Bayern Munchen akan awet untuk setidaknya 3-4 musim ke depan.