Tamparan Halus Philippe Coutinho untuk Barcelona
INDOSPORT.COM - Penampilan gemilang Philippe Coutinho untuk Bayern Munchen pada kemenangan telak 8-2 atas Barcelona di Liga Champions 2019-2020 menyisakan sebuah ironi.
Hasil buruk menimpa klub LaLiga Spanyol, Barcelona, usai dibantai tanpa ampun oleh Bayern Munchen di Liga Champions. Untuk pertama kalinya mereka mengalami kekalahan paling telak di fase gugur.
Bagaimana tidak, Barcelona harus menerima kenyataan dibantai 2-8 oleh Bayern Munchen dalam babak 8 besar Liga Champions. Selain Messi, dalam laga ini, Philippe Coutinho mungkin jadi pemain bintang yang paling dapat sorotan.
Ya, berstatus sebagai pemain pinjaman dari Barcelona, Philippe Coutinho turut membantu Munchen memenangi laga dengan kontribusi dua gol dan dua assist. Meski tak merayakan golnya tersebut, tentu ada rasa puas tersendiri yang ada di hati Cou.
Pelatih Hans-Dieter Flick memasukkan Coutinho pada menit ke-75 ketika kedudukan 5-2 untuk keunggulan Bayern Munchen. Meski tampil sebagai pemain pengganti, eks bintang Liverpool itu menampilkan performa kelas dunia.
Coutinho memberikan assist bagi gol Robert Lewandowski pada menit ke-82 sehingga mengubah skor menjadi 6-2. Tak berhenti di situ, pemilik nomor 10 di Munchen itu membuat dua gol pada menit ke-85 dan 89.
Merayakan gol dengan secukupnya, Philippe Coutinho secara tidak langsung menampar halus pipi Barcelona dalam salah satu laga tak terlupakan di sejarah Liga Champions Eropa itu.
1. Dibeli Mahal Hanya untuk Dibuang
Kisah perjalanan karier Philippe Coutinho penuh lika-liku. Memiliki skill mumpuni, namun ia tertolak di dua klub besar Eropa.
Philippe Coutinho memutuskan untuk meninggalkan klub yang membesarkan namanya, liverpool, pada Januari 2018 untuk bergabung dengan raksasa Catalan, Barcelona. Berita transfer Coutinho menjadi tajuk utama media olahraga dunia saat itu.
Tujuannya meninggalkan Anfield dan bergabung dengan Barca adalah agar bisa mendapatkan gelar-gelar besar. "Saya benar-benar ingin memenangkan gelar besar, itu adalah salah satu alasan yang membuat saya menandatangani untuk klub (Barcelona). Saya ingin memenangkan sebanyak yang saya bisa," ujar Coutinho dikutip dari Daily Star.
Philippe Couitnho tidak yakin dengan kapabilitas Liverpool saat itu yang dinilainya sulit untuk menjadi penguasa di Inggris dan Eropa.
Bersama bintang-bintang seperti Sergio Busquet, Lionel Messi, Luis Suarez, dan lainnya, Coutinho berharap dapat merasakan puncak kejayaan.
Namun apa daya, meski benar ia merasakan gelar juara LaLiga dan Copa del Rey, namun ia gagal mendapatkan tempat utama. Justru di waktu bersamaan Liverpool berjaya dengan merengkuh gelar Liga Champions Eropa yang gengsinya jauh lebih tinggi.
Selama dua musim di Barcelona, Coutinho mencatatkan 76 penampilan di semua kompetisi dengan sumbangsih 21 gol dan 11 assist. Jumlah ini sebetulnya tak buruk-buruk amat.
Apalagi, Coutinho juga lebih sering dibangkucadangkan dan masuk sebagai pemain pengganti. Entah apa yang ada di pikiran pelatih Barca saat itu tak memberi banyak kesempatan bagi pemain seharga 160 juta euro.
Namun perlakuan itulah yang harus diterima Coutinho di Camp Nou. Bahkan, tak cuma menjadi pemain pengganti, ia juga harus terdepak alis dipinjamkan ke klub lain.
Adalah Bayern Munchen raksasa Bundesliga yang tertarik meminjam Philippe Coutinho dengan opsi permanen di akhir musim. Coutinho yang mendapat nomor 10 diharapkan bisa menjadi tulang punggung masa depan Munchen.
Namun, lagi-lagi meski menunjukkan statistik yang baik, ia tak cukup memuaskan bagi manajemen Munchen untuk dipermanenkan. Barca di sisi lain, tak mau menyambut Coutinho kembali dan memutuskan untuk menjualnya di bursa transfer musim panas ini.
Beruntung, di pengujung masa pinjaman, ia sempat memberikan luka kepada klub yang telah menyia-nyiakannya, Barcelona, berupa dua gol dan dua assist.
Philippe Coutinho bahkan berpeluang merasakan gelar Liga Champions yang ia idamkan bersama Bayern Munchen musim ini. Sementara Barcelona hanya bisa menonton dan sibuk mencari klub untuk menjual dirinya di musim panas.
Barcelona musim ini tengah berada di titik terendah. Untuk pertama kalinya sejak 2008, Lionel Messi dkk mengakhiri musim tanpa gelar.
Barcelona mulai mendekati akhir era setelah sebagian besar pilarnya memasuki masa senja. Manajemen yang buruk juga memperparah keadaan.
Kondisi finansial yang sulit, serta kebiasaan klub 'menghancurkan' karier pemain-pemain mahal menjadi sorotan. Pemain seperti Philippe Coutinho tidak sendirian di Barcelona.
Ousmane Dembele dan Antoine Griezmann juga merasakan hal yang sama. Dibeli dengan harga fantastis, namun tak dipakai secara maksimal oleh Barcelona karena alasan taktik dan sebagainya oleh pelatih minim reputasi yang mereka tunjuk seperti Quique Setien.