Mengenang Piala Kemerdekaan, Trofi Terakhir yang Dimenangi Timnas Indonesia Senior
INDOSPORT.COM - Digelar untuk memperingati hari jadi Indonesia, Piala Kemerdekaan menjadi turnamen sepak bola antarnegara satu-satunya yang mampu didominasi oleh Timnas Indonesia senior.
Tepat hari ini, 17 Agustus 2020, Republik Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-75 tahun. Perayaan hari kemerdekaan ini diperingati dengan berbagai macam hal, mulai dari upacara bendera, lomba-lomba, dan sebagainya.
Tak cuma masyarakat Indonesia secara keseluruhan, dunia olahraga, khususnya sepak bola juga memiliki turnamen khusus untuk memperingatinya. Turnamen sepak bola tersebut bernama Piala Kemerdekaan.
Turnamen ini pertama kali diadakan oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1985. Sepanjang sejarah, turnamen ini digelar sebanyak delapan kali.
Setelah pertama kali digelar pada tahun 1985, turnamen Piala Kemerdekaan sempat konsisten digelar setiap tahunnya. Awalnya, turnamen Piala Kemerdekaan ini dibentuk meniru Djakarta Anniversary Football Tournament (DAFT) yang diselenggarakan tiap tahun dari 1970 hingga 1981.
Turnamen Perdana
Pada turnamen pertama tahun 1985, Indonesia mengirimkan dua tim nasional sekaligus, yakni Tim Garuda dan Tim Rajawali. Sementara empat negara tamu yang diundang adalah Korea Selatan, Chile, Malaysia, Singapura, plus satu klub Cina, Tianjin.
Timnas Garuda sendiri adalah tim yang dihuni para pemain senior, sementara Timnas Rajawali merupakan tim U-23. Sayangnya, di edisi perdana ini Timnas U-23 gagal lolos grup. Timnas Garudalah yang berhasil meraih peringkat ketiga.
Pada turnamen itu, Chile keluar sebagai pemenang pertama. Di partai final, Chile mengalahkan raksasa Asia, Korea Selatan, dengan skor tipis 1-0. Gol Chile masa itu dicetak oleh Carlos Pblete yang main di klub Cruz Azul.
Timbul Tenggelam
Edisi berikutnya dari Piala Kemerdekaan digelar pada tahun 1986, 1987, dan 1988. Piala Kemerdekaan sempat absen pada tahun 1989 dan baru diselenggarakan lagi pada tahun 1990.
Edisi berikutnya kembali digelar dengan tempo 2 tahun, yaitu pada tahun 1992 dan 1994. Namun, tanda-tanda turnamen ini mulai tak konsisten digelar pun muncul.
Piala Kemerdekaan absen cukup lama dan baru digelar kembali pada tahun 2000. Sedangkan edisi terakhir dari Piala Kemerdekaan sendiri berjeda delapan tahun dari turnamen sebelumnya.
Piala Kemerdekaan kembali akhirnya kembali digelar pada tahun 2008, dan hingga tahun 2020 ini masih absen dan belum ada tanda-tanda akan dihidupkan kembali.
Sejak pertama kali diselenggarakan tahun 1985, Piala Kemerdekaan pernah diikuti negara-negara besar. Contohnya adalah Chile dan Korea Selatan yang di edisi perdana bertanding di partai final.
Selain dua negara tersebut, ada juga Aljazair, China, Australia, Thailand, Malaysia, Myanmar, hingga Irak pernah mengikuti turnamen Piala Kemerdekaan di Indonesia.
1. Kontroversi dan Juara 'Ilegal'
Secara prestasi, Timnas Indonesia adalah tim paling sukses di Piala Kemerdekaan. Skuat Garuda meraih 3 kali gelar juara, 2 kali runner up, dan 2 kali peringkat ke-3.
Pada edisi kedua atau pada 1986, Indonesia mencapai posisi runner-up setelah dikalahkan oleh Aljazair. Timnas Indonesia akhirnya menjuarai Piala Kemerdekaan pertama kali pada tahun 1987 usai menang 2-1 lewat babak extra time atas Aljazair.
Gelar kedua dimenangkan Timnas Indonesia pada tahun 2000 saat menang 3-0 melawan Libya U-23. Sedangkan gelar terakhir diraih di turnamen terakhir pada tahun 2008.
Sayangnya, gelar terakhir ini sempat diwarnai kontroversi. Pada saat pertandingan, Libya sebenarnya unggul 1-0 atas Timnas Indonesia yang diperkuat Markus Horison, Charis Yulianto, Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman, Elie Aiboy, dkk.
Sayangnya, gelar ini sempat diwarnai kontroversi. Pada saat pertandingan, Libya U-23 sebenarnya unggul 1-0 atas Timnas Indonesia yang diperkuat Markus Horison dkk.
Tetapi Libya yang mengkritik kepemimpinan wasit, memilih untuk walk out dan tak mau melanjutkan pertandingan babak kedua.
Meski begitu, secara keseluruhan Timnas Indonesia di Piala Kemerdekaan 2008 tampil baik dengan mencetak 11 gol di bawah asuhan Benny Dollo. Karena Lybia yang mogok bertanding, wasit yang memimpin laga tersebut, Shahabuddin Mohd Hamiddin pun memutuskan memberikan kemenangan Walk Out (WO) 3-0 kepada Indonesia atas Libya.