RB Leipzig, Klub Paling Dibenci di Bundesliga Jerman yang Kini Berjaya
INDOSPORT.COM - Meski dibenci dan dicaci di negaranya, RB Leipzig semakin ditakuti di Bundesliga dan kini berhasil menembus babak semifinal Liga Champions.
RasenBallsport Leipzig (RB Leipzig) tampil sensasional di Liga Champions Eropa musim 2019-2020. Tim kuda hitam dari Jerman ini sanggup tembus sampai ke semifinal setelah menyingkirkan Atletico Madrid 2-1 di perempatfinal.
Tak diunggulkan di turnamen ini, Leipzig asuhan Julian Nagelsmann sanggup menyingkirkan tim-tim kuat. Sejak babak penyisihan grup, RB Leipzig sudah dominan dengan memimpin klasemen usai mengoleksi 11 poin hasil 3 menang, 2 seri, dan 1 kalah.
Di babak 16 besar mereka tampil eksplosif dengan menyingkirkan klub papan atas Inggris, Tottenham Hotspur. Tak tanggung-tanggung, mereka menang di dua laga (kandang dan tandang) dengan agregat 4-0.
Lawan pun jadi waspada pada kemampuan tim asal Jerman Timur itu. Apalagi di liga domestik mereka memberikan tekanan kepada Bayern Munchen dan Borussia Dortmund di papan atas.
Sebagai tim kuda hitam, keberhasilan Leipzig menggilas Tottenham ternyata bukan kebetulan semata. Sebab, pada laga perempatfinal Liga Champions pertama mereka sepanjang sejarah, Marcel Sabitzer dkk sanggup mengalahkan tim kuat dari Spanyol, Atletico Madrid.
Melawan peringkat tiga LaLiga tersebut, Leipzig tidak bermain pragmatis, melainkan tampil dominan atas skuat asuhan Diego Simeone. Tiket semifinal pun menjadi hal yang pantas untuk didapatkan oleh Leipzig.
RB Leipzig memang sebuah fenomena di Eropa. Terbentuk pada tahun 2009 silam, mereka hanya memerlukan waktu selama lima tahun untuk bisa bermain di kasta tertinggi Liga Jerman.
Musim 2017-2018 menjadi pertama kalinya mereka bermain di kompetisi Liga Champions setelah tampil konsisten di papan atas Bundesliga. Siapa sangka, dua tahun berselang, mereka sudah menginjak semifinal menghadapi Paris Saint-Germain.
Sungguh sebuah pencapaian yang fantastis. Namun, tahukah Anda jika banyak orang Jerman yang tak suka dengan kesuksesan Leipzig? Bahkan, di kalangan suporter, RB Leipzig dicap sebagai tim yang paling dibenci. Apa sebabnya?
1. Dinasti Red Bull Kuasai Dunia Sepak Bola, Kontroversi dan Prestasi
Perjalanan Red Bull menguasai sepak bola bisa dilacak lebih dari satu dekade lalu, sebuah kisah yang penuh kontroversi dan prestasi.
Austria (Red Bull Salzburg) bukan satu-satunya sasaran Red Bull dalam menancapkan pengaruhnya di sepak bola. Dan di waktu relatif bersamaan pula, mereka mengincar level tertinggi sepak bola dunia, yakni ke liga tetangga, Bundesliga Jerman.
Penjanjakan Red Bull dengan sepak bola Jerman sudah dimulai dari tahun 2006. Atas saran legenda hidup Jerman, Franz Beckenbauer, Red Bull akhirnya memutuskan berinvestasi di Kota Leipzig.
Beckenbauer yang merupakan karib akrab Dietrich Mateschitz (pemilik Red Bull) memang tak asal pilih. Di kota itu memang ada sebuah klub potensial yang tengah sekarat, FC Sachsen Leipzig.
Red Bull pun berinvestasi 50 juta euro di klub kasta keempat Liga Jerman itu. Memiliki klub di Jerman memang tak sesimpel yang dibayangkan. Maklum tradisi 'klub kaya baru' seperti Man City di Inggris tidak lazim terjadi di Bundesliga.
Hal ini segera menjadi batu sandungan bagi Red Bull. Investasi klub di FC Sachsen Leipzig akhirnya batal terwujud karena adanya penolakan dari otoritas sepak bola Jerman dan suporter klub.
Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB), menentang proposal klub baru dengan nama FC Red Bull Sachsen Leipzig karena mereka takut pengaruh kental perusahaan Austria itu menelan identitas klub.
Peraturan DFB tidak memungkinkan untuk mengubah nama klub untuk tujuan iklan atau investor eksternal untuk mendapatkan suara terbanyak. Aturan ini sendiri berlaku dari mulai Bundesliga 1 sampai kasta keempat di bawahnya.
Klub Baru Jerman yang Dibenci
Red Bull pun mulai menjajaki sejumlah klub di Jerman Barat seperti Fortuna Dusseldorf serta St. Pauli. Namun seperti halnya FC Sachsen Leipzig, rencana tersebut mengalami kesulitan hukum.
Walau begitu, Red Bull tak kehabisan akal. Seakan tak bisa menolak saran Beckenbauer, Red Bull kembali melakukan penjajakan di Leipzig, Jerman Timur.
Namun kali ini mereka tak mengakuisisi klub kasta keempat. Alih-alih mengakuisisi klub profesional, mereka berniat membuat klub baru yang benar-benar didesain menjadi milik Red Bull.
Aturan di Jerman memperbolehkan pembentukan klub baru dengan syarat harus bermain dari kasta kelima alias liga paling rendah.
Red Bull pun segera membeli klub amatir di barat Leipzig bernama SSV Markranstädt. Aturan DFB soal kepemilikan klub cuma berlaku untuk Bundesliga sampai kasta keempat.
Itulah sebabnya Red Bull tak menemui hambatan saat membeli SSV Markranstädt. Bisa dibilang, SSV Markranstädt adalah klub profesional baru milik Red Bull.
Pada 19 Mei 2009, klub RasenBallsport Leipzig pun lahir di Leipzig. Red Bull segera mempekerjakan orang-orang terbaik di level manajemen seperti Andreas Sadlo (chairman) dan Joachim Krug (direktur teknik).
Penggunaan RasenBallsport (Lawn Ball Sports) sendiri merupakan 'plesetan' dari RB (Red Bull). Hal ini untuk mengantisipasi masalah di masa depan antara mereka dengan DFB terkait penggunaan nama sponsor di klub.
Pada 2009, RB Leipzig resmi menjadi klub sepak bola kelima yang dimiliki Red Bull setelah Red Bull Salzburg, Red Bull Brasil, New York Red Bulls, dan Red Bull Ghana.
Meski begitu, sebagian suporter Bundesliga tak suka dengan RB Leipzig karena dianggap telah mengakali regulasi dan merusak tradisi sepak bola Jerman yang anti terhadap investasi asing serta belanja pemain gila-gilaan.
Skuat RB Leipzig beberapa kali mendapatkan perlakuan tak mengenakkan seperti pada 2016 ketika mereka dilemparkan kepala banteng oleh klub sesama Jerman Timur, Dynamo Dresden. Meski begitu, saat ini RB Leipzig tengah berjuang di Liga Champions membawa kehormatan Jerman dan Bundesliga.