Jangan Terburu-buru Menilai Kai Havertz
INDOSPORT.COM - Bintang baru Liga Inggris, Kai Havertz, belum berhasil menampilkan apa yang diharapkan pada dua laga awal Chelsea musim ini, tetapi pantaskah ia langsung dicap gagal?
Pemain bintang klub Chelsea, Kai Havertz, mendapat sorotan dari publik sepak bola dunia pada dua pekan awal liga musim 2020-2021 ini.
Sebabnya, penampilan Kai Havertz belum memuaskan dalam dua laga Chelsea tersebut. Dalam debutnya bersama Chelsea melawan Brighton & Hove Albion, Havertz gagal melepaskan satu tembakan pun ke gawang lawan.
Padahal dirinya ada 80 menit di atas lapangan. Beruntung Chelsea menang 3-1 di laga tersebut.
Ketika turun melawan Liverpool, Kai Havertz tampil selama 45 menit dengan hanya membuat 23 sentuhan dan 14 operan tanpa melepaskan tembakan ke gawang. Tentu saja hal ini belum memuaskan sekaligus mengkhawatirkan bagi Chelsea.
Sebab, Kai Havertz didatangkan dengan mahar 72 juta poundsterling musim panas ini dari Leverkusen. Fans pastinya mengharapkan hal yang lebih kepada Havertz musim ini.
Meski begitu, kami menganggap penilaian publik sepak bola terlalu berlebihan dan terburu-buru terhadap dirinya. Sebab faktanya, bintang Jerman ini baru bermain di dua laga.
Mereka yang mengolok-olok Havertz mungkin patut diingatkan terlebih dahulu sehebat apa pemuda 21 tahun itu di Leverkusen dan Bundesliga beberapa musim belakangan.
Lahir di Achen, Jerman, Kai Havertz diberkahi bakat luar biasa sebagai pemain sepak bola. Havertz adalah paket komplet di lini serang. Ia bisa ditugaskan mengkreasi serangan, mengacak-acak pertahanan lawan, dan pastinya mencetak assist dan gol.
Bersama Bayer Leverkusen, ia total mencetak 46 gol dan 31 assist dari 150 laga. Hal itu digapainya sampai usia 21 tahun saja.
1. Isu Kebugaran dan Adaptasi
Tak bisa dipungkiri, jika menyaksikan permainan Havertz, terlihat jelas bahwa ada masalah serius pada kebugaran dirinya. Kondisi fisik Kai Havertz jelas tengah menurun.
Hal ini pun sudah diakui langsung oleh sang pelatih, Frank Lampard. Lampard mengakui tim pelatih Chelsea kini tengah berkonsentrasi membuatnya kembali fit dan dengan begitu, Havertz bisa dimainkan dengan maksimal.
"Kai merupakan talenta besar untuk tim ini, kami cuma perlu membuat dia fit dan lebih siap, lalu kami bisa putuskan lebih jelas posisi bermainnya," ujar Lampard dikutip dari Metro.
Yang dibutuhkan Kai Havertz saat ini adalah pemulihan kondisi fisik. Haveertz juga harus beradaptasi dengan formasi Chelsea di bawah Lampard.
Memiliki tim serba baru di lini depan bukanlah hal mudah bagi The Blues. Jadi, menilai Havertz dalam dua laga awal bukanlah hal yang bijak.
Masalah di Posisi Bermain?
Ada satu isu lagi yang mungkin patut disoroti dari penampilan Kai Havertz. Frank Lampard tampaknya belum menemukan posisi yang tepat untuk dirinya.
Harap diketahui, gaya bermain Leverkusen dan Chelsea sangatlah berbeda. Maka tak heran Havertz belum bisa langsung menyatu.
Benar jika Havertz bisa bermain dalam banyak posisi seperti penyerang tengah, striker, dan penyerang sayap kanan. Namun di laga perdana, ia dimainkan sebagai gelandang kanan.
Posisi ini sebetulnya bukanlah posisi ideal bagi Havertz apalagi dalam formasi 4-2-2-2 milik Lampard saat melawan Brighton.
Ia bermain tepat di belakang Loftus-Cheek. Dengan posisi ini, Havertz agak canggung untuk tampil menekan ke depan, atau pun lebih ke tengah.
Saat main di posisi kanan bersama Leverkusen, Havertz biasanya main sebagai penyerang, bukan gelandang. Ia biasa mendapat sokongan dari tengah. Selain itu, tak ada pemain di depannya sehingga ia bisa lebih leluasa menekan ke depan.
Di laga kedua melawan Liverpool, Lampard lebih tepat dalam menempatkan posisi Kai Havertz. Havertz dimainkan sebagai ujung tombak sebagai salah satu keahliannya.
Ia memang sering melakoni peran ini saat di Leverkusen sehingga mampu mencetak banyak gol di klub lamanya tersebut. Namun, apa yang ditampilkan di Leverkusen tak terlihat di laga melawan Liverpool.
Meski begitu, bukan berarti Havertz yang patut disalahkan, sebab sebagai ujung tombak, yang terpenting adalah ia mendapat supply atau tidak dari lapangan tengah.
Saat melawan Liverpool, Chelsea memang terlihat kewalahan di lini tengah sehingga Havertz terlihat seakan-akan tampil buruk. Sebetulnya, bisa saja Havertz memberikan perbedaan dengan kualitasnya, namun harap diingat, ia baru memasuki liga yang baru dan harus melawan tim sekelas Liverpool di Liga Inggris.
Frank Lampard kini dituntut untuk bisa mencari cara agar bisa mengeluarkan potensi terbaik dari anak asuhnya. Dan patut digarisbawahi, Chelsea saat ini masih dibekuk badai cedera.
Christian Pulisic dan Hakim Ziyech masih dalam pemulihan karena cedera. Jika melihat komposisi skuat yang ada, formasi 4-2-3-1 nampaknya adalah yang paling tepat untuk Chelsea dan Kai Havertz.
Lampard bisa mengandalkan trio Pulisic, Ziyech, dan Havertz di tengah. Sementara untuk ujung tombak, legenda The Blues itu bisa menempatkan Timo Werner.
Kebetulan formasi ini sama dengan yang sering dipakai Bayer Leverkusen musim lalu. Siapa tahu dengan begitu Chelsea bisa lebih mujur dan Kai Havertz lebih bagus di Liga Inggris dan Liga Champions musim ini.