Liga 1 dan Liga 2 Ditunda, PSMS Akui Rugi Miliaran Rupiah
INDOSPORT.COM - Ditundanya perhelatan Liga 1 dan Liga 2, diakui membuat salah satu klub Liga 2 2020, PSMS Medan, merugi hingga miliaran rupiah.
Sebagaimana diketahui, PSSI telah menetapkan menunda Liga 1 dan Liga 2 dari yang dijadwalkan digelar Oktober, kini diundur November mendatang. Hal ini tak lepas karena tak mendapat izin keramaian dari kepolisian.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Umum (Sekum) PSMS, Julius Raja, mengakui pihaknya turut mengalami kerugian hingga miliaran. Sebab klub berjuluk Ayam Kinantan itu sangat getol mempersiapkan tim untuk berlaga Liga 2, salah satunya perombakan tim.
"PSMS sudah miliaran rugi. Budgeting kita kan sekitar 10 miliar sampai selesai Liga 2 ini sampai Desember. Nah sampai sekarang ini sudah sekitar 7,5 miliar sudah habis termasuk untuk perombakan tim," kata Julius, Selasa (29/09/20).
Lanjut Julius, biaya miliaran yang sudah dikeluarkan klub melalui manajemen di antaranya yakni perekrutan pemain baru, gaji pelatih, gaji pemain dan ofisial, hingga biaya konsumsi pemain.
Maka dari itu, sesuai budget awal yang dihitung, manajemen masih harus menyiapkan dana sekitar Rp2,5 miliar untuk kebutuhan hingga Desember. Namun menurutnya anggaran biaya ini tentu juga akan berubah seiring dengan ditundanya kompetisi.
"Ini tentu kerugian yang sangat besar, yang tidak diantisipasi oleh PSSI atau PT LIB (operator kompetisi). Artinya kalau ini nanti terus berjalan, yang kita persiapkan sampai Desember sekitar 2,5 miliar saja dan itu hanya untuk gaji. Sisanya dicari lagi," ungkap Julius.
Maka dari itu, sambung Julius, pihaknya mengharapkan ada tindak lanjut dari PSSI dan PT LIB terkait penundaan ini. PSMS menunggu langkah PSSI dan PT LIB untuk kelanjutan liga yang diundur ini.
"Udah pada banyak kerugian ini. Apa langkah PSSI terhadap liga? Pasti kita menunggu," pungkas pria yang akrab disapa King itu.
Sebagaimana diketahui, meski dijadwalkan Liga 1 dan Liga 2 yang digelar Oktober 2020 tanpa penonton, namun Polri tidak memberi izin keramaian karena grafik kasus Covid-19 di negeri ini masih tinggi.