Eric Maxim Choupo-Moting: Degradasi Bareng Stoke, Berakhir di PSG dan Bayern Munchen
INDOSPORT.COM – Keberuntungan bisa didapatkan begitu saja ataupun didapatkan dengan niat. Dari kedua hal itu, entah keberuntungan dari mana yang didapatkan oleh penyerang berkebangsaan Kamerun, Eric Maxim Choupo- Moting.
Jelang penutupan bursa transfer musim panas 2020, jagat sepak bola Eropa dikejutkan dengan kabar Choupo-Moting bergabung dengan Bayern Munchen. Kepindahan ini sendiri sebelumnya tak diduga oleh banyak pihak.
Bahkan kabar-kabar yang menghiasi transfer ini pun terbilang begitu senyap karena memang pemain berusia 31 tahun ini bukanlah bintang besar. Setidaknya itu terlihat dari rekam jejaknya selama berkarier di lapangan hijau.
Berbicara soal Choupo-Moting, orang akan ingat betul sepak terjangnya di Paris Saint-Germain. Berkatnya, PSG mampu menembus final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.
Tentu aksi heroiknya memperindah Curriculum Vitae (CV) nya sebagai pemain. Wajar jika Bayern Munchen mau mendatangkan Eric Maxim Choupo-Moting usai dilepas oleh Paris Saint-Germain.
Namun di balik indahnya CV yang dimiliki Choupo-Moting, terdapat satu noda kotor di mana dirinya pernah merasakan degradasi bersama Stoke City.
Biasanya, pemain yang pernah merasakan degradasi akan dijauhi oleh tim-tim besar Eropa. Namun hal ini tak berlaku untuk Choupo-Moting. Entah jimat apa yang ia punya sehingga PSG memboyongnya pasca degradasi dengan Stoke.
Kembali ke musim 2017/18, Choupo-Moting harus merasakan dinginnya papan bawah Liga Inggris bersama Stoke dengan finis di posisi 19. Ia pun tak bisa berbuat banyak untuk The Potters. Sebab di musim itu, ia hanya mencetak 5 gol dan 5 assist saja.
Meski begitu, usai Stoke turun kasta, PSG lantas datang meminangnya. PSG yang saat itu merupakan tim papan atas Eropa mau mendatangkannya dengan status bebas transfer meski sebagai penyerang catatan golnya tak apik. Dari sini keberuntungannya dimulai.
Pada musim 2017/18, PSG dihuni oleh penyerang ganas seperti Neymar, Kylian Mbappe dan Edinson Cavani. Namun di akhir musim 2017/18, PSG mendatangkan Choupo-Moting sebagai pelengkap atau pelapis ketiga pemain ini.
Dari catatan gol dan nama saja, PSG bisa dibilang melakukan blunder. Tapi bagi Choupo-Moting, ini keberuntungan. Bagaimana bisa penyerang dengan catatan gol tak seapik dirinya dan pemain yang pernah terdegradasi bisa bergabung tim besar Eropa.
Rekam jejak memang tak bisa dibohongi. Selama dua musim di PSG, Choupo-Moting hanya mampu menggelotorkan 9 gol dan 3 assist saja dalam 51 penampilan. Kehadirannya sebagai pengganti atau pelapis tetap saja tak berpengaruh banyak.
Pada akhir 2019/20 usai aksi heroiknya di sejarah PSG, ia dilepas Les Parisiens berbarengan dengan Cavani. Di sini keberuntungan kembali berpihak ke Choupo-Moting.
Usai dilepas PSG, diyakini Choupo-Moting takkan mendapat klub besar lain. Berbeda dengan Cavani yang punya CV lebih mentereng dibandingkan dirinya.
Namun di Deadline Day, Choupo-Moting dengan CV yang biasa-biasa saja bisa mempecundangi Cavani. Ia dilirik oleh Bayern Munchen yang berstatus tim terbaik dunia saat ini. Sedangkan Cavani, hanya (tanpa mengurangi rasa hormat) bergabung dengan Manchester United.
Seharusnya dengan CV yang dimiliki Cavani, Bayern Munchen bakal meliriknya. Ia pantas untuk jadi pelapis Robert Lewandowski bila melihat catatannya. Sampai sini saja, pecinta sepak bola pasti setuju.
Tapi, entah apa yang dilihat Bayern Munchen dari Choupo-Moting sehingga mendapuknya untuk menjadi pengisi barisan penyerang The Bavarian bersama Lewandowski.
Memang tak ada yang tahu apa maksud Bayern Munchen. Tapi tetap saja, keberuntungan itu menaungi seorang Choupo-Moting, penyerang yang hanya bisa mencetak 74 gol dari 385 laga di sepanjang kariernya.
Mungkin ada benarnya kata Netizen di linimasa Twitter, bahwa Eric Maxim Choupo-Moting memiliki agen yang hebat dalam negosiasi sehingga mendapat tim-tim besar di penghujung kariernya dengan rekam jejak yang biasa-biasa saja.