Kisah Kuda Hitam, Ketika Hellas Verona Jadi Juara Serie A Italia 1985
INDOSPORT.COM - Serie A Italia musim 1985 akan terus dikenang sebagai musim spesial bagi klub Hellas Verona karena di musim itu mereka berhasil meraih scudetto, seperti apa kehebatan Hellas Verona kala itu?
Bulan Mei 1985 akan terus dikenang menjadi bulan penting bagi klub dan penggemar Hellas Verona. Sebab, di bulan dan tahun itu, Verona berhasil meraih scudetto pertamanya dalam sejarah keikutsertaan di sepak bola Italia.
Selama ini pencinta sepak bola Italia lebih akrab mendengar Verona sebagai klub yang sering naik-turun kasta. Namun, siapa sangka di masa silam, mereka pernah membuat keajaiban yang mengguncang sepak bola Italia.
Hellas Verona yang tak diunggulkan berhasil merebut scudetto Serie A Italia musim 1984-1985 setelah finis di posisi puncak dengan 43 poin hasil 15 menang, 13 seri, dan 2 kalah. Hasil imbang 1-1 melawan Atalanta memastikan gelar bergengsi itu berlabuh di kota Romeo & Juliet.
Sepak bola Italia awal tahun 1980-an dibuka dengan skandal Calcio Scommesse (judi) yang meliputi sejumlah peserta Serie A. Akhirnya, wasit-wasit ditugaskan secara acak guna mencegah terjadinya penyuapan atau pun pembuatan keputusan berat sebelah.
Hellas Verona baru promosi ke Serie A pada musim 1982. Verona langsung memasuki rimba Serie A Italia yang baru terkena ribut-ribut calcio scommesse.
Sebelum merebut scudetto, Verona memang sudah menunjukkan tanda-tanda kesolidan. Beberapa kali mereka tampil di final Coppa Italia, meski harus kandas dari lawannya.
Akhirnya, sampailah pada puncaknya pada musim 1984-1985 ketika mereka sanggup menjadi juara. Juventus, yang notabene diunggulkan malah finis di posisi keenam. Sementara Inter ada di posisi ketiga di bawah Torino.
Pada masa itu, Hellas Verona memang bermain dengan impresif bermodal pemain-pemain yang lumayan bertalenta.
1. Tampil Energik dan Impresif
Pada masanya, Hellas Verona memiliki skuad yang lumayan mumpuni. Di situ bertengger nama gelandang Jerman, Hans-Peter Briegel. Lalu ada pula bomber Denmark, Preben Elkjaer.
Keduanya mampu menyumbang 17 gol dari total 42 gol yang dicetak Verona. Salah satu gol berkesan dari Elkjaer adalah saat ia mampu membobol gawang Juventus dari luar kotak penalti dalam kemenangan 2-0.
Satu lagi sosok striker yang berjasa besar kala itu adalah penyerang Italia, Giuseppe Galderisi, yang mengakhiri musim sebagai top skor klub dengan 11 gol.
Galderisi merupakan mantan pemain Juventus yang pernah meraih scudetto sebelumnya. Pengalamannya pun sangat membantu Verona.
Sebagai catatan, kompetisi di musim itu baru dihuni 16 peserta, bukan 20 seperti saat ini. Jadi, jumlah poin total yang dikumpulkan Verona terkesan kecil (43) terlepas dari 13 hasil imbang yang diraih.
Di lini belakang, Verona juga cukup tangguh dengan hanya kebobolan 19 gol saja dari 30 laga tersebut. Ini menjadikan mereka sebagai tim dengan pertahanan terbaik.
Verona memang seperti ditakdirkan untuk scudetto di musim itu. Sebab, sang pelatih sendiri, Osvaldo Bagnoli, mengaku tak menerapkan strategi khusus untuk timnya.
Ia hanya menaruh pemain-pemain yang tepat untuk posisinya dan membiarkan mereka berkreasi hingga akhirnya berujung gol dan poin. "Sepak bola adalah permainan simpel. Konsep bermain seperti pressing atau zonal tidak diperlukan," kata Bognali. "Yang paling penting adalah menemukan pemain yang tepat, dan menaruhnya di posisi yang tepat, lalu biarkan dia bebas mengeskpresikan diri." ujarnya dikutip dari goal.
Sayang, kualitas tim milik Verona kembali memudar di medio 1990-an. Krisis finansial membuat mereka gagal menjaga masa keemasan di era 80-an.
Bahkan, pada 1991, mereka pernah dibekukan dan berganti nama menjadi Verona FC. Mirip-mirip seperti Parma beberapa tahun lalu.
Namun, pada 1995 mereka kembali menjadi Hellas Verona dan bermain di Serie B. Sinar Hellas Verona sempat bangkit pada 2000-an awal, kala menjadi batu loncatan bintang-bintang masa depan seperti Adrian Mutu, Alberto Gilardino, Massimo Oddo, sampai Mauro Camoranesi.
Di sisa era 2000-an sampai 2010-an, Verona lebih sering naik turun kasta. Justru, rival sekota mereka, Chievo Verona, yang lebih stabil.
Barulah dua musim terkahir ini Hellas Verona kembali menemukan kemapanan di Serie A Italia. Di bawah pelatih Ivan Juric, mereka tampil mengejutkan musim lalu dengan finis di posisi 9.
Pada musim ini pun mereka siap tampil kompak dan jadi batu sandungan tim-tim besar. Dari tiga pekan awal saja, mereka sudah memenangi dua kemenangan dan mengumpulkan 6 poin di klasemen Serie A Italia.