Kilas Balik: Kala Chelsea Juara Liga Inggris dengan Kebobolan 15 Gol Saja
INDOSPORT.COM – Berbicara soal Liga Inggris, para pecinta sepak bola akan membicarakan bagaimana ketangguhan Arsenal kala meraih ‘Invicibles’ atau Manchester United kala meraih treble. Namun, semua itu nampaknya tak lebih hebat jika menilik torehan Chelsea di musim 2004/05.
Sejak format baru Liga Inggris diterapkan pada tahun 1992, gelar juara telah didapatkan sejumlah tim di mana Manchester United mampu menjadi peraih gelar terbanyak dengan 13 gelar.
Raihan Man United ini membuat klub berjuluk Setan Merah ini dicap sebagai klub terbaik dalam format baru Liga Inggris. Wajar jika melihat sepak terjang anak asuh Sir Alex Ferguson baik di era 1990 an hingga 2000 an.
Namun, sehebat apapun torehan Man United yang mampu meraih 13 gelar dianggap tak ada apa-apanya jika dibandingkan trofi bermahkotakan emas yang didapat Arsenal pada musim 2003/04.
Pada musim tersebut, The Gunners secara perkasa mampu meraih gelar dengan status tak terkalahan dalam 38 laga dengan rincian 26 kemenangan dan 12 kali hasil imbang.
Raihan bertajuk ‘The Invicibles’ itu membuat Arsenal duduk dipuncak klasemen dengan total 90 poin. Hingga saat ini, torehan The Gunners itu tak dapat disamai tim Liga Inggris lainnya.
Akan tetapi, torehan apik Arsenal dengan ‘The Invicibles’-nya yang ternyata hampir saja dipatahkan oleh Chelsea satu musim setelahnya saat Jose Mourinho tiba.
Musim 2004/05 menjadi musim penuh rekor di Liga Inggris. Catatan 90 poin Arsenal mampu dipatahkan oleh Chelsea yang keluar sebagai kampiun dengan torehan 95 poin.
Sejatinya, Chelsea bisa saja menyamai atau bahkan melebihi catatan ‘The Invicibles’ Arsenal. Sayang, satu gol dari titik putih hasil eksekusi Nicolas Anelka menghancurkan mimpi The Blues.
Namun, pembahasan bukan soal kegagalan Chelsea menyamai atau melebihi ‘The Invicibles’. Karena kegagalan itu mampu ditutupi oleh The Blues dengan catatan hebat lainnya, yakni kebobolan 15 gol saja dalam satu musim Liga Inggris.
1. Tembok Kokoh Itu Bernama John Terry, Ricardo Carvalho, dan Petr Cech
Kebobolan 15 gol dalam satu musim penuh liga sejatinya pernah dibuat oleh AC Milan pada era Fabio Capello di musim 1993/94. Namun torehan itu dibuat hanya dalam 34 laga saja dalam satu musim Serie A Italia.
15 gol yang bersarang di gawang AC Milan di musim itu juga dibarengi dengan fakta bahwa Serie A Italia memainkan pola Catenaccio atau permainan bertahan yang membuat setiap tim jarang melakukan serangan.
Sedangkan apa yang dilakukan Chelsea bisa dibilang sangat luar biasa, setidaknya di era sepak bola modern. Dalam 38 laga Liga Inggris yang saat itu dikenal dengan permainan cepat atau 'Kick n Rush'-nya, The Blues hanya menerima 15 gol saja dalam satu musim penuh.
Apa yang diraih Chelsea saat itu tak lepas dari tangan dingin Jose Mourinho. Secara jenius, pria asal Portugal yang baru datang ke Liga Inggris kala itu, mampu menyulap lini pertahanan The Blues dalam waktu singkat.
Kunci Mourinho sendiri tak lepas dari sosok John Terry selaku kapten dan pemain asli binaan Chelsea dan dua penggawa anyar The Blues yang ia datangkan, Ricardo Carvalho dan Petr Cech.
Carvalho didatangkan dari FC Porto, klub yang dilatih Mourinho sebelum bergabung Chelsea. Sedangkan Cech diboyongnya dari Rennes usai ditolak oleh Arsenal kala itu.
Mourinho yang paham dengan skuatnya, tahu betul bahwa Terry yang terkenal lugas dan tak kompromi dalam bertahan membutuhkan duet sepadan yang mampu membaca permainan dengan baik seperti Carvalho.
Sejatinya di awal musim 2004/05, duet antara Terry-Carvalho belumlah padu. Namun lama kelamaan, Carvalho yang mulai paham dengan gaya sepak bola Inggris yang cepat mampu beradaptasi dan menciptakan duet kokoh dengan Terry.
Bisa dikatakan, baik Terry dan Carvalho saling melengkapi satu sama lain. Jika Carvalho tak handal dalam duel bola atas, ia akan ditutupi dengan kehadiran Terry.
Duet maut ini pun lantas menjadi tembok kokoh yang sulit dilewati atau dijinakkan. Meski begitu, ketika keduanya mampu dilewati dalam sebuah skema serangan, Chelsea masih memilki tembok besar lain pada sosok Cech.
Sebagai gambaran betapa hebatnya Cech di musim 2004/05, kiper asal Republik Ceko mampu mencetak 24 Clean Sheets dan tak kebobolan selama 1024 menit atau 11 laga (kedua catatan itu masih menjadi rekor hingga saat ini).
Lalu catatan Cech musim itu kian diperindah dengan fakta menarik di mana ia hanya kebobolan 9 gol saja dari situasi open play dan mencetak 91 persen penyelamatan kala itu.
Segala fakta ini kian diperkuat dengan gaya pragmatis Mourinho yang berorientasi pada kemenangan atau tiga poin. Namun di musim perdananya, Mourinho tetap membuat Chelsea tajam.
Di musim itu, Chelsea mencetak 72 gol dan hanya kalah satu gol saja dari ‘The Inivicibles’ milik Arsenal. Catatan yang luar biasa tentunya.
Andai saat itu Paulo Fereira tak membuat kesalahan di markas Manchester City yang berujung penalti dan membuat The Blues tumbang, mungkin Chelsea akan membuat orang lupa dengan ‘The Invicibles’ Arsenal yang secara fakta tak seberapa dengan raihan klub asal London Barat tersebut di musim 2004/05.