Mikel Arteta Tepat, Mesut Ozil Tak Lebih dari Kemewahan Mahal di Emirates Stadium
INDOSPORT.COM - Kabar dibuangnya Mesut Ozil oleh Arsenal di Liga Inggris mengejutkan banyak pihak, tetapi jika berpikir dengan jernih, keputusan Mikel Arteta bisa jadi tepat.
Pemain Arsenal, Mesut Ozil, tengah galau setengah mati. Bagaimana tidak, dirinya tak disertakan ke dalam skuad yang didaftarkan Arsenal untuk Liga Primer Inggris dan Liga Europa.
Kabar tersebut memang cukup mengejutkan, bahkan untuk Ozil sekali pun. Tak ada yang mengira Arsenal mengambil langkah sejauh itu terhadap salah satu pemain termahalnya.
Dengan tak mendaftarkan Mesut Ozil, itu artinya Ozil bakal makan gaji buta sebesar 18,2 juta pound (Rp349 miliar) per musim atau 359 ribu pound (Rp6,7 miliar) per pekan.
Meski begitu, uang bukanlah alasan utama Ozil bergabung dengan Arsenal. Sang diketahui merasa kecewa berat dengan keputusan klub yang telah dibelanya selama hampir delapan musim tersebut.
Melalui akun resmi media sosial twitternya, Ozil memberikan pernyataan terbuka yang isinya menegaskan kesetiaannya pada Arsenal serta kekecewaan yang ia rasakan kala diperlakukan tak adil.
Ia juga berjanji akan tetap memperjuangkan tempatnya di Arsenal dan tak ingin mengakhiri musim ke-8 atau musim terakhir dalam kontraknya dengan kesan buruk. Kebetulan, ada kesempatan bagi Ozil untuk bisa kembali ke skuad Arsenal pada bulang Januari nanti.
Ozil datang ke Arsenal pada 2013. Pemain berpaspor Jerman itu tampil reguler dan menjadi bintang selama lima musim di bawah kepelatihan Arsene Wenger.
Namun, kariernya mandek saat Unai Emery dan Mikel Arteta mengambil alih kepelatihan. Jumlah assist Ozil dan gol yang dicetaknya menurun drastis, terutama di bawah Arteta.
Namun untuk membuang pemain bergaji semahal Ozil dibutuhkan sebuah alasan sangat kuat di balik itu. Apakah Ozil memang layak dikucilkan? Atau apakah klub turut campur tangan dalam memengaruhi Arteta mengambil keputusan?
1. Keputusan Arteta Tepat?
Satu hal yang pasti, performa Mesut Ozil terlihat menurun dibanding saat masih dibesut Wenger. Perubahan posisi yang dirasakannya membuat dirinya gagal mengeluarkan potensi terbaik.
Namun, di balik itu semua, ada alasan-alasan lain yang diyakini begitu kuat sebagai penyebab dirinya tercoret dari tim. Tak bisa dipungkiri, penilaian bagi seorang pemain sepak bola tak hanya diukur dari segi skill, tetapi juga dari attitude atau tingkah laku.
Dan Ozil telah kehilangan keduanya. Secara penampilan, Ozil tak sanggup menjaga level permainannya, bahkan untuk level pemain rata-rata di Liga Inggris sekali pun.
Sementara di luar lapangan, Ozil menjadi public enemy bagi publik Arsenal. Jika disadari, banyak kontroversi dilakukan Ozil di kala dirinya tengah berjuang untuk merebut tim utama.
Seperti salah satunya menolak pemotongan gaji serta tak mau mengambil bagian dalam pertemuan via zoom. Selain itu, ia pernah merugikan nama Arsenal baik secara image maupun komersial.
Hal itu terjadi ketika dirinya mengritik pemerintahan China terhadap kekerasan yang dilakukan terhadap Muslim Ughur. Gara-gara komentar ini, segala siaran tentang Arsenal di China dilarang.
Tak ingin merugi, Arsenal pun segera melakukan klarifikasi dengan menyebut bahwa pernyataan Mesut Ozil merupakan opini pribadi dan bukan berasal dari klub yang berprinsip menjauhi ranah politik.
Tak berhenti di situ, Ozil kembali membuat kontroversi dengan berfoto bersama presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Bahkan, ia menjadikan Erdogan sebagai best man dalam pernikahannya.
Sebagai warga negara Jerman, tindakan Ozil dianggap tidak etis karena saat itu hubungi Turki dan Jerman tengah memanas.
Terlepas dari niatan Ozil, bagi Arsenal hal-hal tersebut jelas merugikan. Karena, bagi seorang pemain yang tengah berjuang memperebutkan tempat, lebih baik bagi Ozil untuk fokus dalam berlatih ketimbang bertingkah yang mengundang perhatian di luar lapangan.
Apalagi sampai merugikan Arsenal. Mirip dengan Messi, baru-baru ini Mesut Ozil menjadi 'batu sandungan' bagi Arsenal dalam keputusan pemotongan gaji di masa pandemi lalu.
Dan lagi-lagi, Mesut Ozil secara tidak langsung mempermalukan Arsenal dalam kasus maskot klub, Gunnersaurus. Saat itu, Ozil mengritik keras pemecatan yang dilakukan Arsenal terhadap Jerry Quy yang sudah 27 tahun menjadi maskot The Gunners.
Ozil bahkan menawarkan agar gajinya dipotong untuk menggaji Jerry Quy agar tak dipecat dari Arsenal. Jelas tindakan semacam ini makin menambah keruh suasana di internal Arsenal.
Maka, sangat wajar rasanya jika pada akhirnya Arteta memutuskan untuk tak menyertakan Mesut Ozil ke dalam tim. Karena selain tak sesuai dengan taktik utama Mikel Arteta, Ozil juga sering jadi duri dalam daging bagi Arsenal. Hal ini dikhawatirkan dapat memengaruhi kondisi tim.
Mungkin lain ceritanya jika Ozil tak sering melakukan tindakan kontroversial. Sebab, meski tak masuk skema Arteta sekali pun, adalah sebuah keputusan bodoh untuk menyisihkan pemain ber-skill tinggi dan bergaji mahal seperti Mesut Ozil.