Juventus Gonta-ganti Formasi, Gaya Melatih Andrea Pirlo Dipertanyakan?
INDOSPORT.COM - Gaya melatih Andrea Pirlo mulai sorotan setelah ia terus bereksperimen bersama tim Serie A Italia, Juventus di awal musim ini sementara para rival telah mantap dengan formasinya.
Juventus sukses meraih kemenangan penting atas Dynamo Kiev dalam debut Andrea Pirlo di Grup G ajang Liga Champions musim 2020-2021 ini.
Meski dengan susah payah, dua gol dari Alvaro Morata pada menit ke-46 dan 84' cukup mengamankan tiga poin bagi Bianconeri. Namun bukan Morata yang menjadi sorotan dalam pembahasan kali ini.
Dalam laga tersebut, pelatih Juventus, Andrea Pirlo, kembali bereksperimen dengan menyusun formasi baru. Dilansir dari transfermarkt, pada laga tersebut Pirlo menggunakan formasi 3-4-1-2.
Eks gelandang AC Milan itu menempatkan duet Alvaro Morata dan Dejan Kulusevski berduet di lini depan dengan disokong oleh Aaron Ramsey sebagai penyerang lubang.
Sementara itu, penyerang sayap baru mereka, Federico Chiesa, terpaksa harus mundur sedikit ke belakang sebagai gelandang kanan. Melawan Dynamo Kiev, formasi ini terbilang ampuh meski harus diakui Juventus belum terlihat nyaman sepenuhnya.
Perubahan formasi bukan yang pertama kali dilakukan Pirlo di awal musim ini. Tercatat, ada tiga formasi yang diusung Pirlo pada starter awal pertandingan baik itu di Liga Champions maupun Serie A.
Formasi itu adalah 3-5-2 (vs Sampdoria) 3-4-2-1 (vs AS Roma, Crotone), dan 3-4-1-2 (Dynamo Kiev). Hasilnya, Juventus meraih dua kemenangan dan dua hasil imbang.
Jika menilik dari hasil akhir, bagi tim sekelas Juve, hasil ini terbilang belum memuaskan. Pirlo pun dalam sorotan sebab rival-rival mereka di Serie A italia seperti AC Milan, Inter Milan, dan Napoli telah memiliki gaya permainan yang kuat untuk perburuan gelar juara.
Imitasi Conte?
Andrea Pirlo memiliki hubungan erat dengan Conte. Ia pun mengaku terinspirasi oleh Antonio Conte dalam mengawali karier kepelatihannya sebagai juru taktik Juventus.
Itu sebabnya, ia tak segan langsung memakai formasi 3-5-2 di debut profesionalnya bersama Juventus. Hasilnya? Pirlo sanggup melumat Il Samp besutan Claudio Ranieri dengan tiga gol tanpa balas.
Saat itu Pirlo menduetkan Cristiano Ronaldo dan Dejan Kulusevski di lini depan. Formasi ini sendiri fleksibel dan menjadi 3-4-1-2.
Akan tetapi, gaya melatih Conte seakan berubah drastis semenjak Juve resmi mendatangkan Federico Chiesa. Andrea Pirlo terlihat keteteran untuk menyusun formasi yang cocok demi mengakomodir peran Chiesa.
Seperti diketahui, Chiesa adalah winger dengan posisi natural sebagai penyerang sayap kanan. Anak dari legenda Enrico Chiesa itu cocok bermain dalam formasi 4-3-3 atau pun 3-4-3.
Maka dari itu, apabila Pirlo menggunakan formasi 3-5-2, jelas peran Chiesa akan terpangkas. Sementara Pirlo enggan menggunakan formasi 4-3-3 yang selama ini digunakan Juventus di bawah Allegri dan Maurizio Sarri.
Untuk mengakali ini, Andrea Pirlo menggunakan formasi 3-4-1-2 dan 3-4-2-1. Ternyata, menggunakan dua formasi ini tetap tidaklah mudah. Sebab, akan ada pemain penting yang harus dikorbankan, bisa Chiesa atau pun Cristiano Ronaldo.
1. 'Beban' Chiesa dan Ronaldo
Formasi 3-4-1-2 dipiliih Andrea Pirlo kala melawan AS Roma (2-2) dan Dynamo Kiev (2-0), sementara 3-4-1-2 dipakai kala melawan Crotone (1-1). Saat melawan AS Roma, Juve memasang Ronaldo sebagai striker murni berduet dengan Morata.
Pada formasi ini, Ramsey menyokong di belakang sebagai penyerang lubang. Otomatis, permainan Juventus cenderung lebih ke tengah. Bagi Ronaldo, peran ini memang cukup canggung sebab ia biasa menari-menari di sayap kiri.
Namun, ini cara terbaik agar Chiesa bisa bermain. Meski saat itu sang pemain belum tiba di Juventus.
Andrea Pirlo baru bereksperimen dengan memasang striker tunggal dalam formasi 3-4-2-1 saat melawan Crotone. Federico Chiesa tampil starter ditampilkan mundur ke belakang sebagai gelandang kanan.
Posisi yang diemban Chiesa jelas kurang ideal. Tapi mau bagaimana lagi, sebab Pirlo memilih menumpuk dua pemain di belakang striker, yakni Kulusevski dan Portanova. Beruntung, Chiesa bisa memberikan assist didebutnya meski harus dikartu merah.
Pekerjaan rumah Pirlo bukan hanya soal Fecerico Chiesa. Ia juga masih dipusingkan dengan posisi Cristiano Ronaldo. Saat ini Ronaldo masih belum kembali setelah dua pekan lebih menjalani karantina mandiri karena COVID-19.
Jika Ronaldo bisa bermain, kemungkinan Pirlo akan mencoba memakai formasi 4-3-1-2 seperti mengalahkan Dynamo Kiev dan Chiesa akan mengisi spot gelandang kanan. Dengan begitu, Ronaldo kembali terpaksa jadi striker tengah dan berduet dengan Alvaro Morata.
Namun itu adalah opsi terbaik ketimbang harus menggunakan 4-3-2-1. Dengan formasi ini Pirlo pastinya akan menempatkan Morata sebagai ujung tombak ketimbang Ronaldo. Sementara Ronaldo tidak biasa main di belakang striker.
Andai saja Pirlo bisa tetap pada pendiriannya untuk menggunakan formasi 3-5-2, mungkin ia tak perlu mengutak-ngatik formasi yang ada. Kedatangan Chiesa merubah rencana Pirlo.
Kecuali, jika Andrea Pirlo mau menghilangkan gengsinya dengan kembali ke formasi 4-3-3 Juventus yang terdahulu. Duet duo sayap Ronaldo di kiri dan Chiesa di kanan adalah impian banyak klub.
Terakhir, Pirlo juga disoroti dalam penempatan posisi pemain. Pirlo kerap ekstrem memasang pemainnya di posisi tertentu.
Dejan Kulusevksi misalnya. Baru sejumlah laga awal musim bersama Pirlo di Juventus, ia sudah main jadi striker, second striker, dan gelandang. Ronaldo pun dibuat Pirlo menjadi striker tengah berduet dengan Morata.
Sesuatu yang hampir tak terlihat saat ia di Man United dan Real Madrid. Untuk itu kita tunggu saja, apakah Andrea Pirlo betul-betul jenius dalam berkreasi, atau hanya pelatih 'ingusan' Serie A yang sedang belajar melatih tim profesional pertamanya.