Ismael Bennacer, Terbuang di Arsenal hingga Jadi Sang Metronom di AC Milan
INDOSPORT.COM - Ismael Bennacer menjelma menjadi sosok tak tergantikan di klub Serie A Italia, AC Milan. Namun siapa sangka, dirinya pernah terbuang di Arsenal hingga terjerembab ke Serie B.
AC Milan meraih hasil memuaskan kala melakoni laga kedua Grup H Liga Europa kontra Sparta Praha di San Siro, Kamis (29/10/20) dini hari WIB. I Rossoneri sanggup menang dengan skor telak 3-0.
Andai bisa memanfaatkan lebih banyak peluang, mungkin Alessio Romagnoli dkk bisa menang dengan sekor lebih besar.
Penampilan gemilang juga kembali ditunjukkan I Rossoneri saat menaklukkan Udinese dalam laga sulit di Dacia Arena pekan lalu di Serie A Italia.
Dari dua laga tersebut, ada satu perbedaan yang mencolok yang ditampilkan AC Milan, yakni pemilihan skuad oleh Stefano Pioli. Pada laga melawan Sparta Praha, Pioli menurunkan mayoritas pemain pelapis seperti Diogo Dalot, Brahim Diaz, Sandro Tonalo, Rade Krunic, sampai Tatarusanu.
Namun, ketika laga melawan Udinese, Stefano Pioli memainkan pemain starter seperti Hakan Calhanoglu, Franck Kessie, Theo Hernandez, Gianluigi Donnarumma, sampai Alexis Saelemaekers.
Hanya ada beberapa pemain yang tak tergantikan di posisinya. Selain sang kapten Romagnoli dan Ibrahimovic, Milan juga selalu menurunkan sosok bernama Ismael Bennacer di lini tengah.
Sang Metronom
Ismael Bennacer benar-benar membawa perubahan besar pada kualitas permainan AC Milan. Perannya begitu vital bagi Milan sejak kedatangannya musim lalu.
Kedatangan Stefano Pioli semakin membuatnya menjadi tak tergantikan. Hal ini tak terlepas dari formasi 4-2-3-1 yang ditemukan oleh Pioli untuk mengeluarkan potensi terbaik skuad AC Milan.
Dengan formasi ini, ia bermain sebagai double pivot berduet bersama dengan Franck Kessie. Tugasnya begitu sentral dalam merebut bola, menahan bola, dan memberikan umpan-umpan kunci baik itu mendatar atau pun lambung.
Pada musim lalu menjadi pemain reguler dengan tampil di 31 laga Serie A Italia. Dan pada musim ini, ia sudah tampil di enam laga Serie A dengan 1 assist.
Jika ditotal, ia telah bermain di 11 laga resmi awal musim ini. Itu artinya, ia tak pernah absen memperkuat AC Milan.
Dalam dua laga Serie A terakhir Benancer mencatatkan persentase operan yang sangat baik, yakni 92,2 persen (Roma) dan 93,2 persen (Udinese).
Bennacer memiliki keunggulan dalam mendribel bola untuk menerobos lini tengah lawan. Ia juga unggul dalam memotong aliran bola lawan. Terlihat berulangkali bagaimana ia sanggup memotong operan lawan dalam serangan balik.
1. Terbuang dari Arsenal
Kehebatan Ismael Bennacer sampai-sampai membuatnya diincar oleh klub raksasa Liga Inggris, Manchester City, yang sempat menawarnya dengan biaya 50 juta euro. Namun,
tak banyak yang tahu bahwa pemain Aljazair satu ini ternyata pernah menjadi buangan klub Arsenal.
Pada 2017 ia bergabung bersama akademi Arsenal. Bennacer yang saat itu berusia 19 main semusim dengan catatan 24 penampilan.
Namun, Arsenal memutuskan untuk tak mempertahankannya. Alasannya cukup kejam, Bennacer dinilai tak memiliki postur ideal untuk persaingan di Liga Inggris.
Apalagi, saat itu memang Bennacer lebih sering bermain di posisi sayap. Namun sebelum itu, ia dipinjamkan terlebih dulu di tim Ligue 2.
Penampilan di Ligue 2 membuatnya dilirik oleh klub Serie B, Empoli. Di sinilah Bennacer menemukan jati dirinya sebagai seorang gelandang bertahan sejati.
Ia membantu Empoli menjuarai Serie B dengan tampil sebanyak 39 laga dan mencetak 2 gol serta 4 assist. Pada musim pertamanya di Serie A, ia juga mampu tampil menjanjikan meski gagal membawa timnya selamat dari degradasi.
Beruntung, ada kejelian seorang Paolo Maldini dan Federico Massara yang melihat potensi Ismael Bennacer. Milan yang ingin membangun pemain dengan pondasi pemain muda tertarik untuk merekrut Bennacer yang saat itu masih berusia 21 tahun.
Para milanisti pun bersorak sorai ketika tak lama diresmikan, Bennacer dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Afrika 2019 usai membawa negaranya, Aljazair, menjadi juara.
Setelah itu, kisah indahnya di AC Milan pun berlanjut hingga akhirnya bisa seperti sekarang ini. Tentu saja potensi dari Ismael Bennacer masih bisa terus ditingkatkan mengingat usianya yang masih 22 tahun.