Edmundo Alves Si Bengal dari Brasil yang 'Benci' Italia
INDOSPORT.COM - Nama Edmundo Alves de Souza Neto mungkin tak terlalu ternama jika dibandingkan dengan beberapa pemain sepak bola Brasil lainnya, macam Ronaldo, Romario, atau Ronaldinho.
Tetapi, jangan ragukan soal kemampuan sepak bolanya. Sebagai penyerang, Edmundo dikenal punya kecepatan, kekuatan, kemampuan yang hebat, dan kecerdasan.
Yang mesti ditelisik lebih jauh ialah bagaimana sikapnya di dalam dan di luar lapangan, mengingat Edmundo dikenal sebagai sosok yang ringan tangan, dengan beberapa kasus, seperti menampar lawan, berkelahi dengan rekan setim,.
Selain itu, perilaku temperamental Edmundo membuatnya sampai ditahan di sebuah hotel yang terletak di Ekuador karena membanting sebuah kamera televisi usai gagal mencetak gol dari titik penalti.
Dengan aksinya ini, komentator kenamaan Brasil, Osmar Santos sampai menyebutnya sebagai binatang.
Di balik perilaku ini, ada masa emas yang bisa diceritakan dari karier Edmundo. Seperti dilansir dari Planet Football, inilah ceritanya.
29 Gol dan Tujuh Kartu Merah
Pengalaman dipinjamkan ke sebuah klub besar Brasil, Corinthians pada 1996 adalah salah satu yang terbaik bagi Edmundo.
Ia mampu mengemas 32 gol, sebelum tertangkap melakukan aksi kekerasan dengan bek Brasil, Cris menjadi korbannya.
Kemampuan mencetak golnya seolah kembali ketika bergabung ke klub besar lain di Brasil, Vasco Da Gama yang membawanya mengemas 29 gol dari 28 pertandingan.
Namun, Edmundo juga menghiasi performa menawannya ini dengan kartu merah.
Bukan hanya satu atau dua, melainkan tujuh kartu merah dalam semusim, yang catatan ini sungguh aneh untuk seorang penyerang.
Kala itu, Vasco dan Gama mampu memenangi Liga Brasil, dengan Edmundo mampu mendapatkan sepatu emas untuk gelar pencetak gol terbanyak.
Prestasi ini berbuah pemanggilan ke timnas Brasil untuk Copa America 1997, dengan mengemas dua gol, termasuk gol pembuka di laga final.
Namun, bukan Edmundo namanya jika bermain dengan bersih. Ia sempat memukul lawan yang untungnya tak diketahui wasit.
Performa menawan inilah yang membuatnya kemudian hijrah ke Italia, dengan Fiorentina sebagai klub tujuan berikutnya.
La Viola harus menggelontorkan dana tak kurang dari enam juta pound pada Mei 1997, jauh lebih murah daripada apa yang dikeluarkan Inter Milan untuk mendapatkan Ronaldo, yakni 25 juta pound.
Tak Betah di Italia
Meskipun dikenal sebagai penyerang yang tajam, Edmundo juga diketahui punya kisah soal ketidak betahannya saat bermain di Italia.
Di bawah asuhan pelatih Italia, Alberto Malesani, sang pemain kesulitan mendapat menit bermain dalam skuat yang kala itu diisi Manuel Rui Costa, Luis Oliviera, sampai Gabriel Batistuta, yang terhitung sudah menjadi pemain bintang.
Selain itu, ada pemain muda yang sedang bersinar, Domenico Morfeo di dalam skuat yang sama, sehingga membuat Edmundo tak bisa mendapatkan kesempatan.
Meskipun demikian, Edmundo sempat mampu beraksi dengan baik di beberapa pertandingan, misalnya kala Fiorentina mampu menghajar Napoli dengan skor 4-0.
Aksi menawan ini dilanjutkan dalam laga menghadapi Lazio beberapa waktu selanjutnya, tetapi ini tak cukup membawanya ke skuat Timnas Brasil di Piala Dunia 1998.