3 Dosa Ole Gunnar Solskjaer yang Bikin Man United Tersingkir dari Liga Champions
INDOSPORT.COM - Ole Gunnar Solskjaer dianggap sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas tersingkirnya Manchester United dari Liga Champions.
Manchester United harus menerima kenyataan pahit kala bertandang ke markas RB Leipzig, di Stadion Reb Bull Arena dalam laga lanjutan matchday ke-6 Grup H Liga Champions, Rabu (09/12/20) dinihari WIB.
Dalam laga tersebut, Man United takluk dengan skor 2-3. Mereka bahkan harus tertinggal lebih dahulu sebanyak 3 gol dari RB Leipzig.
Pada pertengahan babak kedua, Ole Gunnar Solskjaer melakukan sejumlah pergantian. Hasilnya positif, mereka sempat bangkit dan mengejar ketertinggalan lewat gol Bruno Fernandes dan Paul Pogba.
Namun sayang gol tersebut tidak mampu menyelamatkan Man United dari kekalahan, dan tersingkir dari Liga Champions.
Mereka mengakhir babak penyisihan grup H di peringkat ketiga, dengan 9 poin. Hasil itu membawa Paul Pogba dan kolega ke ajang Liga Europa.
Usai pertandingan, sosok Ole Gunnar Soslkjaer menjadi perhatian karena dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas hasil minor ini.
Apalagi pria asal Norwegia itu juga membuat banyak dosa dalam laga melawan RB Leipzig. Dosa apa saja? Berikut ulasannya:
1. Tak Bisa Kalahkan PSG
Hasil melawan RB Leipzig sejatinya tidak akan terlalu berpengaruh terhadap Man United untuk bisa lolos ke babak 16 besar Liga Champions, seandainya mereka mampu mengatasi perlawanan PSG di matchday ke-5.
The Red Devils yang seharusnya bisa memastikan tiket lolos di laga ini, justru malah dibuat bertekuk lutut oleh anak asuh Thomas Tuchel dan harus berjuang hingga laga akhir.
Padahal di pertemuan pertama di Parc de Princes, mereka bisa mengatasi perlawanan PSG dengan menang 2-1. Kesalahan itu terbukti fatal, karena di laga terakhir mereka harus menghadapi tim tangguh lain yakni RB Leipzig.
Meski di pertemuan pertama menang 5-0, namun performa Man United di laga dini hari tak menunjukan ingin bermain menyerang melainkan bertaha.
Alhasil, mereka takluk 2-3 dari Leipzig dan harus menerima kenyataan tersingkir di fase grup.
2. Mencadangkan Paul Pogba
Keputusan salah lainnya dari Ole Gunnar Solskjaer adalah ia tak lagi mau bergantung dengan Paul Pogba dan menaruhnya terus-terusan di bangku cadangan.
Termasuk di laga terakhir melawan RB Leipzig. Solskjaer lebih memilih Nemanja Matic untuk jangkar tengah sebagai starter.
Sayangnya, Matic yang sudah tidak lagi muda kewalahan mengatasi agresifnya para pemain muda RB Leipzig di lini tengah.
Solskjaer pun akhirnya dimasukan pada menit ke-61 menggantikan Matic saat tertinggal 0-2. Masuknya Pogba terbukti memberikan perubahan dan sang pemain bisa mencetak satu gol tetapi gol itu tidak cukup untuk membawa Setan Merah lolos ke 16 besar.
3. Tak Mau Lakukan Rotasi
Sejak menangani Manchester United tahun Desember 2018, Ole Gunnar Solskjaer dikenal sebagai pelatih yang tidak banyak mau melakukan rotasi pemain.
Hal itu dibuktikan sepanjang musim ini. Susunan pemain yang ia turunkan sejak menit awal, kebanyak pemain-pemain utama yang penampilannya sudah terbukti inkonsisten.
Tengok saja di lini belakang, kuartet Aaron Wan-Bissaka, Victor Lindelof, Harry Maguire, Luke Shaw dan kiper David De Gea selalu menjadi andalan hampir di semua pertandingan.
Padahal, di bangku cadangan terdapat sejumlah pemain-pemain berkualitas yang bisa dicoba untuk menutup kekurangan nama-nama di atas. Semisal ada De Gea bisa digantikan Dean Henderson, Eric Bailly menggantikan Lindelof atau Maguire dan Alex Telles untuk Luke Shaw.
Khusus untuk David De Gea, performa sudah semakin menurun. Bahkan penampilanya saat melawan RB Leipzig mendapat kritik dari legenda Man United, Paul Scholes.
Dilansir Daily Mail, Scholes mengecam penampilan De Gea. Shcoles menilai kiper asal Spanyol itu layaknya kriminal.
De Gea di mata Scholes tak mau berkorban dan tampil berani. Tiga gol yang bersarang ke gawangnya menunjukkan De Gea seorang kiper yang takut terluka.
Scholes mencontohkan gol ketika Leipzig yang diciptakan Justin Kluivert.
"David de Gea kemasukkan [gol ketiga], dia takut dirinya terluka," kata Shcoles.
"Wajahmu mungkin hancur dan kamu mungkin terluka, tapi dia [de Gea] memalingkan muka. Dia benar-benar membuat dirinya lebih kecil, yang merupakan kejahatan bagi kiper berpengalaman seperti itu," tambah Scholes.