Krisis Pemain, Bagaimana Strategi Double Pivot AC Milan Kontra Lazio Dimainkan?
INDOSPORT.COM - Mengalami krisis pemain di posisi gelandang bertahan, raksasa Liga Italia, AC Milan, harus putar otak dalam menjalankan strategi Double Pivot kontra Lazio.
AC Milan dalam situasi sulit jelang laga penting melawan Lazio pada laga pekan ke-14 Liga Italia di Stadion San Siro, Kamis (24/12/20) dini hari WIB.
Bagaimana tidak, I Rossoneri harus ditinggal banyak pemain pilarnya di laga tersebut. Stefano Pioli dibuat pusing dengan absennya empat pemain andalan Milan.
Keempatnya adalah Zlatan Ibrahimovic, Simon Kjaer, Franck Kessie, Sandro Tonali, dan Ismael Bennacer. Kecuali Kessie yang terkena akumulasi kartu, semuanya harus menepi karena cedera.
Sebelumnya, Milan harus ditinggalkan Zlatan Ibrahimovic yang cedera di laga melawan Napoli. Kemudian, disusul oleh Simon Kjaer yang menepi saat melakoni laga lawan Celtic.
Meski begitu, kehilangan keduanya masih bisa atasi dengan cukup baik oleh Stefano Pioli dengan memainkan pemain pelapis maupun sedikit perubahan posisi. Namun, situasi tersebut makin berat setelah Franck Kessie dan Sandro Tonali ikutan absen.
Dengan begitu, Milan yang terbiasa main dengan 4-2-3-1 harus kehilangan tiga pemain kunci mereka sekaligus di posisi gelandang bertahan/double pivot. Kondisi ini tinggal menyisakan seorang Rade Krunic di posisi gelandang bertahan.
Secara alami, AC Milan cuma memiliki Krunic di posisi tersebut saat ini. Padahal, selama ini Milan memainkan dua orang gelandang bertahan.
Posisi ini pun memainkan peranan kunci dalam keberhasilan Milan tampil tak terkalahkan di Serie A. Duet Franck Kessie-Ismael Bennacer mampu memberikan keseimbangan di lini tengah AC Milan dalam bertahan maupun menyerang.
Bintang belia Milan, Sandro Tonali, juga memainkan peran cukup baik sebagai pengganti Bennacer meski belum begitu maksimal. Kini, ketiga pemain tersebut absen. Lalu, bagaimana Milan berstrategi dengan hanya menyisakan Rade Krunic?
Setelah sempat mencoba sejumlah formasi, pelatih AC Milan, Stefano Pioli, akhirnya menemukan kecocokan pada formasi 4-2-3-1. Formasi ini ternyata sanggup memaksimalkan potensi para pemain AC Milan.
Perekrutan Sandro Tonali pada bursa transfer musim panas lalu juga tak terlepas dari misi Milan dalam mematenkan formasi ini. Tak peduli siapa yang cedera, Milan akan tetap memainkan formasi ini.
Beruntung, di lini depan mereka memiliki pemain-pemain yang sanggup berperan di sejumlah posisi seperti Rafael Leao (sayap kiri-striker) dan Ante Rebic (sayap kiri-striker).
Namun lain ceritanya dengan posisi gelandang bertahan. Duet Franck Kessie-Ismael Bennacer plus Sandro Tonali sebagai pelapis ternyata tak tergantikan.
Mereka begitu vital dalam memainkan peran sebagai perebut bola. Duet gelandang bertahan di AC Milan juga bertanggung jawab dalam menginisiasi serangan balik.
Sialnya, jelang laga lawan Lazio, Milan harus ditinggal ketiga pemain kuncinya. Alhasil, I Rossoneri tinggal menyisahkan pemain pelapis, Rade Krunic, yang musim ini tak begitu sering dapat kesempatan tampil.
Stefani Pioli harus putar otak dengan situasi sulit ini. Meski begitu, pelatih asal Italia tersebut diyakini tak akan mengganti formasi 4-2-3-1.
Bagi Pioli, alangkah lebih baik baginya untuk menempatkan pemain lain sebagai pengganti Kessie/Bennacer/Tonali ketimbang mengubah formasi. Hal ini juga yang ia lakukan pada lini depan selepas ditinggal Ibrahimovic.
1. Bagaiman Line Up Darurat Double Pivot AC Milan Berjalan?
Dengan asumsi AC Milan tinggal menyisakan Krunic, maka Pioli butuh satu pemain lagi di posisi ini.
Jika melihat materi yang ada serta pengalaman mereka tampil, setidaknya ada dua pemain yang cocok untuk ditempatkan secara darurat di posisi ini.
Kedua pemain itu adalah Hakan Calhanoglu dan Davide Calabria. Hakan memiliki posisi natural sebagai gelandang serang atau playmaker. Ia juga sempat main sebagai penyerang sayap kiri di Milan.
Dengan melihat kebutuhan darurat saat ini, rasanya cukup masuk akal bagi Pioli untuk menarik Hakan Calhanoglu lebih mundur ke belakang. Meski belum teruji betul, namun ini adalah opsi terbaik sebab posisi Hakan sebagai gelandang tengah/playmaker sangat bergaris lurus dengan gelandang bertahan.
Setidaknya, ia bisa memainkan peran sebagai inisiator serangan balik. Sebab, di AC Milan Hakan adalah salah satu pendribel ulung.
Tugas beratnya kini adalah dalam tampil bertahan. Di lapangan, Hakan memang terlihat kurang kontributif dalam pertahanan. Namun, peran itu bisa dibebankan lebih banyak ke Rade Krunic.
Jika Hakan betul-betul dipilih Pioli untuk berduet dengan Rade Krunic, maka pos gelandang serang bisa diserahkan kepada Brahim Diaz.
Opsi kedua, Stefano Pioli bisa memainkan Davide Calabria. Pemain muda Italia satu ini memiliki insting kuat dalam bertahan.
Sebagai seorang fullback, ia adalah pemain dengan angka tekel sukses tertinggi di Liga Italia musim ini. Kondisi itu bisa dimanfaatkan Pioli untuk menempatkannya di posisi gelandang bertahan.
Meski tentu akan terasa canggung saat akan membantu serangan, setidaknya Milan memiliki pertahanan yang kuat di depan bek. Meksi begitu, melihat performa Davide Calabria akhir-akhir ini, rasanya ia cukup memiliki kepercayaan diri untuk memulai serangan balik dari lini tengah.
Selain itu, Davide Calabria juga unggul kemampuan dalam melepaskan umpan jauh. Sebagai bek sayap, ia terbiasa memberikan umpan silang kepada striker. Siapa tahu, kemampuan ini bisa diterpakannya dari tengah.
Menarik untuk menyaksikan bagaimana AC Milan akan tampil melawan Lazio di laga dini hari nanti. Apakah eksperimen Stefano Pioli kembali menuai kesuksesan, atau ini bisa menjadi pertanda kejatuhan Milan di Liga Italia musim ini.