Andrea Pirlo 'Sumber Kiamat', 3 Tanda Kehancuran Juventus Makin Dekat
INDOSPORT.COM - Juventus tak kunjung tampil konsisten di Liga Italia, sejumlah tanda kehancuran pun telah menghampiri mereka yang berpotensi menghentikan masa kejayaan.
Juventus harus melalui libur Natal dan Tahun Baru dengan perasaan menggantung. Raksasa Serie A Italia itu harus menelan kenyataan pahit usai dihancurkan Fiorentina 3-0 pada laga pekan ke-14 di Allianz Stadium pada laga terakhir di 2020 lalu.
Gol cepat Dusan Vlahovic membuat penampilan Juventus kacau hingga berujung kartu merah Cuadrado pada menit 18. Tampil pincang, Juventus harus rela dibobol dua gol lagi oleh Fiorentina.
Juventus asuhan Andrea Pirlo musim ini memang tampil angin-anginan. Setelah sembilan tahun yang dominan, kini Juventus harus terjerembab di posisi keenam klasemen pekan ke-14 Liga Italia dengan selisih 10 angka dari pemuncak klasemen, AC Milan. .
Bianconeri juga baru mencetak 25 gol berselisih 9 gol dari Inter Milan (34) dan AC Milan (32). Kondisi jelas menunjukkan pelemahan pada tim Juventus.
Situasi tersebut sangat mengkhawatirkan lantaran musim lalu (yang relatif lebih baik) Juventus hanya juara dengan selisih satu poin dari Inter Milan.
Maka cukup layak jika menyebut musim ini sebagai pengujung masa kejayaan Juve. Sejumlah tanda pun telah muncul yang menandakan kehancuran tim.
Barisan Belakang Keropos
Tanda pertama yang begitu mencolok adalah pada lini belakang mereka yang keropos. Berbeda dari musim-musim sebelumnya, lini belakang Juventus musim ini terlihat lebih ceroboh.
Meski masih menjadi tim dengan pertahanan terkuat kedua di liga setelah Napoli, Juventus jelas menunjukkan pelemahan. Dalam laga melawan Fiorentina hal itu begitu jelas terlihat.
Bagaaima seorang Leonardo Bonucci berkali-kali melakukan salah operan dan kehilangan bola dari kakinya. Bahkan, salah satu gol Fiorentina tercipta diawali dari kesalahan Bonucci.
Penggunaan empat bek memang membuat La Vecchia Signora tampil kurang maksimal. Maklum, selama satu dekade mereka sudah terbiasa menggunakan skema tiga bek.
Bukan cuma Bonucci yang melakukan kesalahan di laga melawan Fiorentina, Alex Sandro bahkan harus membuat gol bunuh diri pada babak kedua. Kondisi ini bisa dibilang sangat riskan bagi tim sebesar Juventus.
Selama ini Juventus terkenal dengan pertahanan yang solid. Jika kesalahan-kesalahan seperti ini masih terjadi, Juventus harus memikirkan untuk melakukan 'bersih-bersih' pada barisan belakang mereka.
1. Pirlo Masih Juga Bingung
Meski tampil baik di Liga Champions, hal tersebut tak menutup fakta bahwa Juventus musim ini tak sekuat musim sebelumnya. Menariknya, salah satu kontribusi penurunan performa Juventus tak lain karena andil Andrea Pirlo.
Sampai menjelang paruh musim, Pirlo belum juga menemukan formasi paten Juventus. Bianconeri di bawah Pirlo kerap berganti-ganti formasi, mulai dari 3-4-2-1, 3-5-2, 4-4-2, sampai 3-4-3.
Meski belakangan mulai sering menggunakan 4-4-2, nyatanya Juve tak selalu meraih hasil positif. Kedatangan sejumlah pemain bintang memang membuat pendirian Pirlo goyah.
Setelah tampil meyakinkan dengan formasi 3-4-2-1, Pirlo terpaksa harus mengubah formasi tersebut seiring dengan kedatangan Federico Chiesa dan Alvaro Morata.
Meski baru menelan satu kekalahan di Serie A, namun Juve sudah meraih enam hasil imbang. Sebuah catatan yang kontras dibanding sembilan musim belakangan pada periode yang sama.
Apalagi, hasil minor tersebut didapatkan dari tim-tim kecil seperti Crotone (1-1), Verona (1-1), dan Benevento (1-1). Pirlo pun kini dituntut untuk segera menemukan formula pasti dalam formasinya.
Jika memang 4-4-2 yang ia pilih, maka hal tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan hasil bagus di lapangan. Jika sampai paruh kedua Juve masih mengubah-ubah formasi dan mendapat hasil buruk, jangan harap mereka mampu merebut scudetto musim ini.
Paulo Dybala Tak Kunjung Bersinar
Layak rasanya jika kita menyebut Paulo Dybala sebagai tanda ketiga kehancuran Juventus musim ini. Pemain berbakat asal Argentina ini tak juga kembali ke performa terbaiknya.
Dimainkan 13 kali di Liga Italia, ia cuma menyumbang satu gol. Begitu pun di Liga Champions di mana ia cuma membuat satu gol.
Kedatangan Alvaro Morata pun membuat segalanya lebih sulit bagi Dybala. Padahal, mantan pemain Palermo itu menjadi salah satu pilar penting dalam kejayaan Juventus di Serie A.
Ketika Dybala tak kunjung bersinar, Juventus praktis harus lebih ketergantungan kepada Ronaldo. Ketika Ronaldo menepi, maka hal tersebut jadi bencana bagi Si Nyonya Tua.
Betul bahwa Alvaro Morata mampu mencetak gol. Namun empat gol di Serie A tak cukup untuk membuatnya masuk dalam daftar top skorer.
Paulo Dybala yang diharapkan bisa menutup celah yang ditinggalkan Ronaldo, atau peluang-peluang yang lepas dari Alvaro Morata, ternyata tidak bisa menjalankan perannya.
Maka tak heran Juventus harus menelan tiga hasil imbang dari tim yang notabene jauh kualitasnya di bawah mereka. Kurangnya daya 'bunuh' lini depan Juventus menjadi tanda kehancuran dominasi tim di Liga Italia musim ini.