Luther Blissett dan Kisah Transfernya ke AC Milan yang bak Film Hollywood
INDOSPORT.COM - Karier Luther Blissett di AC Milan memang tidak mentereng. Akan tetapi, setidaknya ada satu kisah yang bakal ia ingat terus tentang klub Serie A Liga Italia tersebut.
Luther Blissett bisa dibilang salah satu pembelian gagal Rossoneri yang tidak bertahan lama di San Siro. Ia pun hanya bisa mencetak lima gol dari total 30 pertandingan.
Tentu saja, apa yang diraihnya di Italia tersebut tidak sebanding dengan prestasinya ketika bermain bersama Watford di Inggris, di mana ia dan rekan-rekannya berhasil memukau publik dengan tampil apik di kompetisi First Division musim 1982-1983.
Nah, saat itu pula tawaran dari AC Milan mendarat di meja Watford. Tidak tanggung-tanggung, Rossoneri berani menggelontorkan dana besar demi memboyong Blissett, yakni satu juta poundsterling pada tahun 1983.
Tentu saja tawaran menggiurkan tersebut sulit ditolak oleh Watford yang setuju menggelar pertemuan dengan AC Milan. Namun ternyata ada satu kejadian unik tentang agenda tersebut, yakni proses perundingan transfer Blissett yang mirip film Hollywood.
Pasalnya, presiden AC Milan saat itu, Giuseppe Farina, ingin menggelar pertemuan dengan Watford sambil bertemu musisi legendaris Inggris, Elton John.
Seperti diketahui, Elton John adalah penggemar setia Watford yang sempat menjadi chairman di klub tersebut. Momen yang diidam-idamkan Farina kemudian terwujud di pertemuan kedua antara klub pemilik Blissett dan AC Milan.
Akan tetapi, pertemuan ini terkesan tidak biasa lantaran digelar di ruang remang-remang milik sebuah tailor ternama di London, Savile Row. Lebih mirip adegan di film Hollywood The Godfather ketimbang pertemuan membahas transfer pemain.
“Kami bertemu di sebuah tailor yang terletak di Savile Row. Saya kemudian berpikir, benar-benar tempat yang aneh untuk menggelar pertemuan,” ujar Luther Blissett, seperti pernah diwartakan talkSPORT.
Pada waktu itu, Blissett ditemani sejumlah orang termasuk Elton John datang bertemu Giuseppe Farina. Untuk menuju ke ruang pertemuan, mereka pun harus menuruni lorong dan juga tangga sempit.
“Itu mengingatkan saya tentang adegan di film gangster. Anda pergi ke bagian belakang sebuah tailor dan ada beberapa orang sedang menunggu sambil membawa senjata dan menggunakan topi serta mantel besar, persis seperti itu,” ujar Blissett lagi.
Selain tangga turun yang sempit, rombongan Watford juga berjalan melewati rak berisi jas-jas mahal. Pada waktu itu, Blissett berkata pada diri sendiri bahwa pertemuan tersebut tidak ada bedanya dengan event jumpa penggemar.
“Itu salah satu momen luar biasa dalam hidup saya dan jelas semuanya karena sang presiden ingin bertemu Elton John. Mereka menyapa dan berjabat tangan,” kenang Blissett.
Blissett bahkan berseloroh, seandainya saja ponsel berkamera sudah ngetren pada waktu itu, pasti mereka akan melakukan hal-hal seperti berswafoto atau update status di media sosial.
Namun pertemuan bak film Hollywood itu berlangsung cukup singkat yakni sepuluh menit. Begitu pula masa bermain Blissett di AC Milan yang hanya sebentar.
Setelah satu musim, ia pun dilepas kembali ke Watford dengan nilai 550 ribu poundsterling. Meski tidak cemerlang, Blissett tidak pernah menyesali petualangannya di Italia bersama AC Milan.
“Saya masih mencintai setiap menit yang saya miliki di sana. Saya tidak pernah punya penyesalan atau semacamnya,” ujar pria yang kini berusia 63 tahun tersebut.
Luther Blissett memang gagal menjadi pemain sukses di AC Milan, tapi karier membawanya menjadi legenda Watford, predikat yang tentunya tidak buruk-buruk amat. Setidaknya, ia mendapat apresiasi yang layak ia dapatkan.
Ia tercatat tiga kali membela Watford dalam periode berbeda, menorehkan 503 penampilan di semua kompetisi dengan raihan 186 gol.