3 Alasan Mengapa Thomas Tuchel Adalah Pilihan Sempurna bagi Chelsea
INDOSPORT.COM – Nama Thomas Tuchel menjadi perbincangan setelah dipecat oleh Paris Saint-Germain. Bahkan, hingga PSG mendapat pelatih baru, namanya tetap menjadi perbincangan karena disebut sebagai kandidat kuat pengganti Frank Lampard di Chelsea.
Jelang Natal 2020 lalu, Tuchel mendapat kado Natal terburuk dalam hidupnya. Ia harus menerima kenyataan namanya dilengserkan dari jabatan sebagai pelatih PSG.
Pemecatan ini sendiri diduga diambil oleh manajemen PSG dikarenakan sikap Tuchel. Dikabarkan pria asal Jerman ini kerap berseteru dengan Leonardo, yang tak lain Direktur Olahraga Les Parisiens.
Bahkan dalam suatu kesempatan, Tuchel dianggap mempermalukan petinggi PSG sdalam sebuah wawancara bersama media Jerman. Alasannya, ia merasa tak dianggap kendati membawa Les Parisiens ke final Liga Champions untuk pertama kalinya.
Banyaknya konflik dengan petinggi Paris Saint-Germain pun membuat Thomas Tuchel harus hengkang dari Parc des Princes. Kini ia pun menganggur usai pemecatan tersebut.
Namun tak berselang lama, nama Tuchel disebut menjadi kandidat kuat pelatih Chelsea untuk menggantikan Frank Lampard. Hal ini sendiri tak lepas dari laju buruk The Blues di Liga Inggris.
Dalam enam laga terakhir, Chelsea tumbang sebanyak empat kali. Padahal, The Blues dengan materi kuat diunggulkan menang setidaknya dalam lima laga di antaranya.
Sayangnya, buruknya strategi Lampard membuat Chelsea meraih hasil minor. Tak ayal isu pemecatan mampir kepada pelatih berusia 42 tahun tersebut di mana Tuchel yang menganggur menjadi kandidat kuat untuk menggantikannya.
Meski hanya sebatas rumor, namun tak ada salahnya membayangkan apa yang akan didapat Chelsea jika benar Tuchel menggantikan Lampard.
Dengan latar belakangnya, Thomas Tuchel pun bisa menjadi pilihan sempurna bagi Chelsea untuk menggantikan Frank Lampard. Kesempurnaan tersebut pun bisa dilihat dari beragam alasan yang INDOSPORT rangkum di bawah ini.
1. Pengalaman Segudang di Usia Muda
Thomas Tuchel merupakan salah satu pelatih muda berbakat dengan segudang pengalaman. Di usianya yang baru 47 tahun (lima tahun lebih tua dari Lampard), ia telah berkarier di dunia kepelatihan selama 11 tahun lebih (sejak menangani Mainz 05 pada 2009).
Selain itu, Tuchel memiliki presentase kemenangan mumpuni dengan beragam gelar. Dari 402 pertandingan yang ia jalani sebagai pelatih, ia memiliki presentase kemenangan sebesar 55,22 persen dengan torehan tujuh gelar.
Dengan catatan tersebut, Tuchel sudah memiliki CV mentereng yang bisa ia sodorkan ke Chelsea. Kebetulan pula, The Blues adalah klub yang menuntut gelar di tiap musimnya. Perpaduan yang sepadan bukan?
1. 2. Pelatih Progresif yang Cocok Tangani Tim Muda dan Tim yang Tengah di Fase Transisi
Thomas Tuchel mengawali karier kepelatihannya bersama tim U-19 Mainz 05. Dengan latar belakang tersebut, ia mampu membawa tim utama Mainz 05 dengan kombinasi pemain mudanya berjaya finis di tempat kelima Bundesliga Jerman 2010/11.
Hal tersebut membuat Borussia Dortmund meminangnya selepas Jurgen Klopp hengkang. Dortmund dengan latar belakang pemain muda dan dalam masa transisi kala itupun ia buat berjaya dengan meraih gelar DFB Pokal 2016/17.
Kedatangan Tuchel ke Dortmund sejatinya merubah banyak hal dalam klub tersebut, entah di dalam maupun di luar lapangan. Dari tangannya pula, Die Borussen melahirkan dan mendapat banyak pemain berbakat seperti Ousmane Dembele dan Christian Pulisic.
Dengan latar belakang tersebut, Tuchel pun menjadi pilihan sempurna bagi Chelsea yang juga tengah berada dalam masa transisi dan dihuni para pemain muda. Apalagi pemain muda yang bersinar bersama Tuchel di Dortmund, Christian Pulisic, juga berada di Stamford Bridge.
3. Kaya Ide dan Taktik
Sematan pelatih progresif ke Thomas Tuchel bukanlah isapan jempol belaka. Tuchel dikenal sebagai pelatih muda dengan ide segudang di dunia sepak bola.
Ide-ide tersebut ia terapkan dalam permainan dan menciptakan sebuah Pattern / pola. Tuchel di setiap strateginya memiliki pola permainan berbasis penguasaan bola disertai gegenpressing.
Hal tersebut terlihat saat dirinya melatih Borussia Dortmund. Dengan skema 4-3-3 atu 4-2-3-1, Tuchel terkadang merubahnya menjadi 2-3-5 atau 3-2-5 yang mengakomodir pemainnya bergerak bebas mencari ruang sekaligus memberi tekanan saat menyerang dan bertahan.
Dengan skema tersebut, Tuchel kerap memanfaatkan lebar lapangan. Dan skema ini ia teruskan bersama PSG di mana para pemain sayap selalu dimanjakan dengan taktik ini.
Jika bergabung Chelsea, Tuchel tentu akan memanfaatkan skema ini kembali. Kebetulan pula, The Blues memiliki amunisi mumpuni untuk mengaplikasikan ide Tuchel, hal yang belum bisa dilakukan oleh Lampard.
Bisa dikatakan, para pemain muda Chelsea yang enerjik seperti Kai Havertz, Callum Hudson-Odoi, Christian Pulisic dan juga dua full-back seperti Ben Chilwell dan Reece James akan dimanjakan dan mendapat kesempatan untuk berkembang pesat di skema Tuchel tersebut.
Tak ayal, Chelsea dan Tuchel akan menjadi perpaduan sempurna dalam proses The Blues menyelesaikan transisinya dan menjadi tim dengan permainan menyerang seperti keinginan sang pemilik, Roman Abramovich.