Keras Kepala Chelsea yang Tak Mau Belajar dari AC Milan dan Man United
INDOSPORT.COM – Gaya manajemen Chelsea yang gemar pecat pelatih menjadi bukti keras kepalanya mereka tak mau belajar dari AC Milan dan Manchester United.
Dua laga sudah kita melihat bagaimana Thomas Tuchel mencoba untuk membangun kembali Chelsea yang baru saja porak-poranda akibat ulah Frank Lampard. Hasil sekali menang dan sekali imbang menjadi rangkuman bagaimana perjalanan awal Tuchel di Chelsea.
Melihat kontrak yang diberikan kepada Tuchel oleh Chelsea hanya 18 bulan saja, jelas sang pelatih Jerman harus bekerja dengan cepat. Dengan meminjam slogan Presiden Joko Widodo, kerja.. kerja.. kerja, itu akan menjadi kata penyemangat Tuchel setiap harinya di London.
Tapi tentu Tuchel harus merasa was-was, pasalnya Chelsea sudah terkenal dengan budaya gemar memecat pelatih. Tak terhitung lagi berapa banyak pelatih yang silih berganti menangani Chelsea di era kepemimpinan Roman Abramovich.
Taipan asal Rusia itu tak segan-segan langsung memecat pelatih ketika peforma tim anjlok tanpa pandang bulu. Coba tengok betapa kejamnya Chelsea saat memecat Luiz Felipe Scolari, padahal ia adalah juara Piala Dunia 2002.
Tak perlu jauh-jauh, sang legenda yang dianggap sebagai pangeran di kerajaan bernama Chelsea yaitu Frank Lampard pun tak lepas dari hobi manajemen The Blues. Padahal di musim lalu, dengan kondisi segala terbatas, Lampard mampu membawa Chelsea melebihi ekspektasi orang-orang.
Tapi di musim ini, begitu mendapat sokongan dana transfer dan Lampard gagal memanfaatkannya, sang legenda pun langsung dipecat. Ironisnya, Lampard tak diberikan kesempatan untuk pamit dengan para pemain Chelsea.
Sejumlah laporan yang berhembus di Inggris menyebutkan, Lampard memang sudah tidak mendapatkan dukungan dari para pemain, mereka tampak bingung dengan taktik Super Frank. Parahnya lagi, Lampard juga disebut bertengkar hebat dengan direktur Marina Granovskia.
Tentu, pada akhirnya Chelsea punya alasan tersendiri mengapa mereka dengan tega memecat sang legenda. Tapi satu sorotan utama tetap tak bisa lepas dari Chelsea yaitu, betapa kejamnya tradisi memecat pelatih dengan sangat terburu-buru.
Memang di sepak bola modern saat ini, sangat sulit untuk melihat ada pelatih yang bisa bertahan lama di sebuah klub seperti Sir Alex Ferguson. Tapi klub-klub seperti AC Milan dan Manchester United, seharusnya bisa jadi teladan bagi Chelsea tentang kepercayaan pada pelatih.
1. Kepercayaan yang Berbuah Hasil
Jauh-jauh hari sebelum Lampard diisukan bakal dipecat Chelsea, pelatih Stefano Pioli dan Ole Gunnar Solskjaer sudah merasakan goyangan itu sejak 2019. Bagaimana tidak, tim yang mereka pimpin yaitu AC Milan dan Manchester United memang tampil sangat buruk.
Sempat ada isu jika Mauricio Pochettino sudah bertemu dengan Ed Woodward tentang peluangnya gabung Manchester United. Lalu di Milan, mantan pelatih RB Leipzig, Ralf Rangnick juga sudah jauh-jauh hari dibocorkan oleh media Jerman kalau akan melatih Setan Merah.
Bahkan bisa dikatakan, badai pemecatan yang menerpa Pioli dan Solskjaer saat itu lebih kencang ketimbang Lampard. Tagar seperti #PioliOut dan #OleOut terasa begitu nyata ketimbang #LampardOut.
Tapi AC Milan dan Manchester United akhirnya mengambil tindakan anti mainstream dalam dunia sepak bola modern yaitu mencoba percaya pada pelatih. Pelan tapi pasti, isu pemecatan Pioli dan Solskjaer pun mereda seiring meningkatnya peforma Man United dan AC Milan.
Lihat saja bagaimana saat ini, AC Milan dan Manchester United sekarang tengah bersaing dalam jalur perebutan gelar Serie A Italia dan Liga Inggris. Mencoba percaya pada pelatih merupakan salah satu kunci sukses AC Milan dan Manchester United bangkit seperti sekarang.
Sayangnya budaya percaya pada pelatih tak ada di dalam kamus Roman Abramovich. Bahkan pelatih Tuchel pun hanya diberi kesempatan melatih satu setengah tahun, yang artinya sewaktu-waktu ia bisa langsung dipecat juga.
Rekam jejak Tuchel yang kerap bertengkar dengan manajemen dan kekhawatiran ia tak bisa mengontrol ruang ganti tim, tampaknya menjadi pertimbangan utama mengapa Chelsea tak mau berikan kontrak jangka panjang. Dari sini saja sudah terlihat kalau Chelsea tak begitu percaya dengan Tuchel.
Tapi bagi Tuchel, apa boleh buat, mengambil pekerjaan jadi pelatih Chelsea, akan menaikan nama dan reputasinya setelah dipecat PSG. Namun satu catatan khusus untuk Chelsea, kebiasaannya yang memecat pelatih juga patut menjadi sorotan.
Entah sampai kapan manajemen Chelsea meneruskan tradisi langsung ganti pelatih begitu peforma tim menurun. Padahal sudah ada contoh seperti AC Milan dan Manchester United yang tetap percaya pada Pioli dan Solskjaer, mau sampai kapan Chelsea keras kepala?