Penolakan yang Jadi Akar Rivalitas Tottenham Hotspur dan Chelsea
INDOSPORT.COM - Menjadi salah satu derby terpanas di London, pertemuan Tottenham Hotspur dan Chelsea selalu menciptakan tensi panas, bagaimana awal mula hal ini terjadi?
Bertanding di Tottenham Hotspur Stadium pada Jumat (05/02/21) dini hari WIB, Chelsea akan melakoni partai Derby London dengan tuan rumah Tottenham Hotspur. Baik Chelsea dan Tottenham musim ini menjalani musim yang sulit.
Setelah sempat naik ke tiga besar, kedua tim perlahan-lahan terlempar dari enam besar klasemen sementara. Chelsea bahkan sampai mengganti pelatih mereka dari Frank Lampard ke Thomas Tuchel.
Sementara Tottenham, meski belum mengganti pelatihnya, namun jelas tren buruk tengah menghantui mereka di mana Son Heung-min dkk kalah beruntun di dua laga terakhir Liga Inggris.
Meski kedua tim tengah tenggelam, bukan berarti pertemuan keduanya tak patut dinanti. Faktanya, laga antara Tottenham Hotspur vs Chelsea selalu dinanti-nanti banyak penggemar sepak bola di dunia.
Sebabnya apalagi kalau bukan kedua tim yang berasal dari kota yang sama, London. Julukkan Derby London Barat pun disematkan kepada keduanya.
Seperti layaknya laga derby, tensi panas pun kerap tercipta di antara kedua kubu. Namun begitu, laga Spurs melawan Chelsea memiliki keistimewaannya sendiri.
Sebab, kedua tim sudah saling tidak menyukai satu sama lain bahkan sebelum The Blues bergabung ke Liga Inggris. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Balas Dendam yang Jadi Akar Rivalitas
Selama ini kita lebih sering mengenal Derby London Utara antara Chelsea vs Arsenal. Namun, bergeser ke barat, laga derby tak kalah panas juga tersaji antara The Blues menghadapi Tottenham Hotspur.
Bahkan, kebencian antara kedua kubu suporter telah mengalir sampai ke sendi-sendi klub sehingga perjumpaan antara Tottenham Hotspur vs Chelsea selalu diliputi ketegangan.
Rivalitas antara keduanya bahkan sudah terpantik sejak tahun 1905 atau di tahun yang sama Chelsea berdiri. Kisah itu dimulai ketika The Blues didirikan sebagai klub baru di London.
Di tahun yang lama, Chelsea ingin mendaftarkan diri untuk ikut ke kompetisi sepak bola nasional atau Liga Inggris. Namun, langkah Chelsea mendapat penolakan keras dari komite liga.
Alasannya sendiri kurang jelas. Namun banyak pihak beranggapan bahwa ada keterlibatan dua klub London lain dalam keputusan itu. Klub itu tak lain adalah Tottenham Hotspur dan Fulham.
Fulham dan Tottenham Hotspur sebagai dua klub London yang telah lebih dahulu ada di Liga Inggris saat itu memberikan masukan agar komite liga tak menerima Chelsea yang juga sama-sama dari London. Kedua klub tersebut beranggapan bahwa cukup mereka saja perwakilan klub dari London.
Hal itu tentu sempat membuat Chelsea kecewa. Chelsea sendiri akhirnya tetap resmi bergabung ke Liga inggris menjelang akhir tahun.
Walau setelah itu bermunculan kembali klub-klub asal London, namun Chelsea tidak melupakan apa yang sudah dilakukan oleh Tottenham dan Fulham. Terutama sekali untuk Tottenham yang di tahun-tahun mendatang lebih sering bertemu dengan mereka di level teratas sepak bola Inggris.
Rasa benci yang didasari balas dendam atas perlakuan Spurs dan Fulham pun membekas terus di hati suporter Chelsea secara turun temurun. Akhirnya, rivalitas panas pun terbentuk, terutama antara Chelsea dan Tottenham Hotspur. Dibanding Fulham, Tottenham lebih sering bertemu dengan Chelsea di kasta teratas.
Sejumlah pertandingan panas pun pernah terekam terjadi antara kedua tim. Salah satu yang terjadi akhir-akhir ini adalah pada laga yang dijuluki 'Battle of The Bridge'.
1. Battle of The Bridge
’Battle of The Brigde’ adalah sebuah laga di Stamford Bridge yang memupuskan harapan The Lilywhites menjadi kampiun Liga Inggris.
Kembali ke musim 2015/16, saat itu Tottenham menjadi penantang gelar bersama Leicester City. Untuk pertama kalinya sejak 1961, Tottenham bisa kembali merasakan gelar juara.
Tottenham yang ada di tempat kedua klasemen saat itu bertandang ke markas Chelsea, Stamford Bridge pada 3 Mei 2016 WIB. Dalam kunjungannya, Spurs bertekad mencuri tiga poin untuk menjaga jarak dengan Leicester di puncak.
Harapan Tottenham untuk mengakhiri puasa gelar liga pun terbuka saat unggul dua gol di babak pertama lewat Harry Kane dan Son Heung-min. Keunggulan ini pun dirasa skuat Spurs bisa membuka peluang timnya menjadi juara dan mengakhiri kutukan tak pernah menang di kandang Chelsea.
Namun, Chelsea yang pada musim itu tengah terpuruk dan harus finis di peringkat 10 pun mampu bangkit di babak kedua. Gary Cahill memperkecil kedudukan pada menit ke-53. Usai gol tersebut, laga berjalan keras.
Mark Clattenburg selaku wasit yang memimpin laga ini bahkan menyebut duel keras tersebut sebagai drama. Banyaknya pelanggaran keras yang dilakukan para pemain Tottenham yang ingin mempertahankan kedudukan 2-1 pun tak berujung kartu merah.
Keinginan Tottenham yang kala itu mempertahankan kedudukan dengan bermain keras pun gagal terpenuhi. Tujuh menit menjelang bubaran, Eden Hazard mencetak gol yang mengubur mimpi Spurs meraih gelar Liga Inggris musim itu.
Kini keduanya kembali bertemu di pekan ke-21 Liga Inggris meski dalam situasi yang berbeda. Lalu, mampukah Chelsea asuhan Thomas Tuchel menunjukkan konsistensinya kembali? Atau malah Tottenham yang sanggup bangkit dari keterpurukan dengan mengalahkan Chelsea?