Andre Silva: Buangan AC Milan yang Jadi Berkah Eintracht Frankfurt
INDOSPORT.COM – Andre Silva perlahan mulai bangkit bersama Eintracht Frankfurt setelah menjadi pesakitan bersama AC Milan. Lama tak terdengar, kini ia menjadi elemen penting dari apiknya permainan Die Adler.
Pendukung AC Milan tentu masih ingat dengan nama Andre Silva. Pemain asal Portugal ini diboyong Rossoneri pada 2017 silam dari FC Porto dengan harga lumayan fantastis yakni 37 juta euro.
Mahar besar yang dikeluarkan AC Milan itu tak lepas dari penampilannya bersama FC Porto yang mampu mencetak 21 gol dalam 44 penampilan di segala ajang pada musim 2016/17.
AC Milan berharap dengan datangnya Silva maka lini depan Rossoneri yang tumpul bisa kembali tajam dan membawa tim kembali ke papan atas.
Sayangnya harapan tak berbuah kenyataan. Andre Silva seperti kehilangan ketajaman bersama AC Milan. Sehingga harga mahal untuknya pun seakan menguap bersama angin karena tak adanya kontribusi berarti darinya.
Di musim perdananya bersama AC Milan, Silva hanya mencetak 10 gol di segala ajang dari 40 penampilan. Catatan ini jauh berbeda dengan apa yang ia buat bersama FC Porto.
Lantas, keputusan bulat diambil AC Milan dengan meminjamkannya ke Sevilla dengan harapan ketajamannya kembali. Namun, ternyata hasilnya tak jauh berubah ketimbang saat bermain di Italia.
Lalu, di 2019/20 AC Milan meminjamkannya ke Bundesliga Jerman tepatnya ke klub Eintracht Frankfurt. Di sinilah ketajamannya mulai terasah kembali dengan torehan 16 gol dalam 38 laga.
Mengetahui adanya talenta besar pada diri Silva, Eintracht Frankfurt pun mempermanenkan status Silva pada akhir musim 2019/20. Harga 24 juta euro menjadi harga yang disepakati Die Adler dan AC Milan.
Siapa sangka, perjudian Eintracht Frankfurt berhasil karena Andre Silva seakan menjadi berkah besar bagi Die Adler. Berkah ini sendiri hadir dari keputusan AC Milan membuat pemain berusia 25 tahun tersebut.
1. Reinassance Andre Silva di Eintracht Frankfurt
Sejak mengawali kariernya di dunia sepak bola, Andre Silva hanya memiliki satu tekad besar yakni membantu timnya meraih kemenangan dan gelar.
“Sebagai bocah kecil, saya senang bermain sepak bola. Saya senang membantu timku dan merasa senang menjadi bagian penting tim yang membantu mereka menang,” ujar Silva dikutip dari laman Bundesliga pada 2019/20 lalu.
Sebagai striker, tugas Silva memang mencetak gol. Namun berkaca dari pernyataannya, kehadirannya bukanlah sebagai pencetak gol saja, melainkan sebagai pemain yang berkontribusi terhadap tim.
Mungkin tipikal Silva lah yang membuat perjalanannya bersama AC Milan tak mulus. Namun, karakternya justru sangat cocok dengan Eintracht Frankfurt.
Jelas bahwa sedari awal AC Milan mendatangkan Silva adalah sebagai penyerang yang hanya mencetak gol. Hal ini bertolak belakang dengan keinginannya yang ingin aktif membantu tim dan tak hanya berdiri diam di kotak penalti sembari menunggu peluang.
Bisa dikatakan, Silva adalah tipikal pemain yang mirip dengan Alvaro Morata. Gol akan tetap mengalir dari keduanya, namun kehadiran keduanya di lapangan lebih dari sekadar gol saja.
Baik Silva dan Morata bertipikal penyerang tengah modern yang andal dalam mengkreasi peluang tak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi rekan-rekannya.
“Pekerjaanku saat ini sebagai striker yakni untuk mencetak gol. Selain itu saya harus memenangkan duel udara dan menjaga bol di depan sehingga rekan setimku datang untuk menyerang. Itu tugasku saat ini,” ujar Silva.
Pernyataan ini mirip dengan penjabaran Silva dan Morata sendiri sebagai penyerang era modern yang tak hanya menunggu bola di kotak lawan dan selalu aktif ikut turun untuk membangun serangan.
Selama di Eintracht Frankfurt, kemampuan Silva dalam mengkreasi peluang terlihat jelas di mana dari segi xA (Expected Assist), ia memiliki nilai 0.20 xA per 90 menit atau selalu hampir membuat satu assist per laga di Bundesliga Jerman musim 2020/21 ini.
Selain itu dari segi umpan, Silva membuat umpan kunci senilai 0.94 per 90 menit dengan rata-rata umpan ke area kotak 16 lawan sebanyak 1.21 kali per 90 menit.
Angka-angka ini berbeda jauh dengan saat ia berseragam AC Milan di mana xA yang ia miliki hanya bernilai 0.12 disertai umpan ke area kotak 16 lawan yang memiliki rata-rata sebanyak 0.29 kali per 90 menit (data diambil dari laman FBref).
Meski andal dalam mengkreasi peluang untuk rekan-rekannya, ketajaman Silva juga meningkat drastis di Eintracht Frankfurt di mana ia mampu melesakkan 19 gol dan lima assist dalam 22 pertandingan di segala ajang.
Di Eintracht Frankfurt ia memiliki keleluasaan di lini depan untuk memainkan bola sekaligus menjadi pencetak gol, hal berbeda yang didapatkannya semasa bermain bagi AC Milan.
Tak ayal, nilai xG (Expected Goals) Silva meningkat drastis menjadi 0.83 per 90 menit di Eintracht Frankfurt bila dibandingkan nilai xG nya di AC Milan yang hanya mencapai 0.39 per laga.
Dari nilai xG ini bisa disimpulkan bahwa taktik yang dipakai AC Milan kala itu tak cocok dengan gaya bermain Silva. Atau bisa jadi, di Rossoneri ia tak punya pelayan yang sanggup memenuhi instingnya saat berada di kotak 16 lawan.
Terlepas dari hal tersebut, kini Andre Silva pantas kembali mendapat pengakuan atas kiprahnya. Tentu kembalinya performa sang pemain menjadi berkah bagi Eintracht Frankfurt dan (mungkin) menjadi sesal AC Milan yang terlalu cepat habis kesabaran terhadapnya.