Mengenang Willy Ta Bi: Wonderkid Atalanta Rekan Kulusevski dan Amad Diallo yang Meninggal karena Kanker
INDOSPORT.COM – Dunia sepak bola kembali menerima kabar duka setelah wonderkid Atalanta, Willy Braciano Ta Bi atau yang biasa disapa Willy Ta Bi, meninggal dunia karena kanker hati.
Willy Ta Bi merupakan pemain muda Atalanta berusia 21 tahun yang berasal dari Pantai Gading. Ia sendiri semasa hidupnya digadang-gadang sebagai salah satu talenta terbaik milik La Dea.
Willy Ta Bi pertama bergabung Atalanta pada Januari 2019 silam dari ASEC Mimosas. Sejak saat itu, ia mampu menjadi bagian utama tim muda La Dea termasuk saat menjuarai Liga Primavera (liga pemain U-19 di Italia).
Ia pun digadang-gadang sebagai pemain masa depan Atalanta dan Timnas Pantai Gading karena talenta hebatnya saat bermain.
Namun sayang, takdir berkata lain. Tumor telah menyerang hati Willy Ta Bi sehingga impian Atalanta melihat pemain mudanya berkembang dan menjadi bintang harus turut terkubur seiring meninggalnya pemain berusia 21 tahun tersebut.
Willy Ta Bi sendiri sejatinya telah lama mengidap kanker hati ini. Sejak September 2020 lalu, muncul pemberitaan bahwa sang pemain tinggal bersama sang Ibunda di Yopougon, salah satu daerah di Abidjan, Pantai Gading.
Bahkan karena kanker hatinya tersebut, Willy Ta Bi tak bisa menggerakkan kakinya dan dicampakkan oleh pacar serta rekannya seperti yang dikutip dari laman Super Sport.
“Willy tak bekerja lagi. Dia tak lagi memikirkan sepak bola. Hidupnya tinggal hitungan hari. Untuk operasinya, dokter menyebutkan angka 5 juta franc Afrika Tengah (Rp130 juta).
“Nilai tersebut tak bisa dipenuhi sang Ibunda. Untuk itu, kami meminta bantuan,” ucap seorang narasumber yang dekat dengan keluarga Willy Ta Bi.
Namun sayangnya, Willy Ta Bi harus meninggal dunia lebih cepat karena kanker hati yang ia idap. Kepergiannya pun membawa luka bagi sepak bola dunia, Atalanta, Pantai Gading dan mantan rekannya, Amad Diallo serta Dejan Kulusevski.
1. Willy Ta Bi: Permata Pantai Gading
Perjalanan Willy Ta Bi sebagai pesepak bola terbilang tak mudah. Sama seperti mayoritas para pemain hebat asal Afrika, ia memulai karier dari klub lokal bernama AS Adjame.
Pada 2015, Willy Ta Bi hijrah ke Moossou FC dan tak sampai dua tahun berselang bergabung dengan tim papan atas Pantai Gading, ASEC Mimosas pada 2017.
Kepindahan itu membuat dirinya mendapat perhatian, termasuk saat membela Pantai Gading U-20 di ajang Francophone Games pada 2017 silam di kampung halamannya.
Dalam ajang tersebut, ia mampu membawa tanah kelahirannya melaju ke final sebelum ditumbangkan lewat drama adu penalti melawan Maroko di mana Willy Ta Bi menjadi salah satu eksekutor yang berhasil mencetak gol.
Kemampuannya di ajang tersebut membuat Atalanta tertarik memboyongnya. Kepindahannya ke Italia pada 2019 pun tak ayal membuka jalannya untuk menjadi salah satu pemain terbaik Afrika di panggung sepak bola dunia.
Di Atalanta, Willy Ta Bi merajut mimpi sebagai pesepak bola ternama. Tekad kuat tersebut ia buktikan di lapangan kala membawa Atalanta menjuarai Primavera di musim 2018/19 di mana ia bermain 9 kali dengan melesakkan tiga gol dan satu assist.
Saat itu, Willy Ta Bi bahu membahu bersama Dejan Kulusevski yang kini membela Juventus dan Amad Diallo yang kini membela Manchester United.
Setelah membawa Atalanta menjuarai Primavera, Willy Ta Bi pun diproyeksikan masuk tim utama. Namun, sebelum masuk tim utama, ia dipinjamkan terlebih dahulu ke Pescara untuk menambah pengalaman.
Namun, Willy Ta Bi tak sempat menjalani penuh peminjamannya. Hanya dua bulan setelah peminjaman, ia kembali dipulangkan ke Atalanta. Penyebabnya? Kanker hati yang ia idap sebelum merenggut nyawanya pada 23 Februari 2021 waktu setempat.
Selama bermain, Willy Ta Bi dikenal sebagai gelandang bertahan yang agresif dan solid. Selain bisa beroperasi di gelandang bertahan, ia juga mampu mengisi peran sebagai gelandang serang dan penyerang lubang.
Ia memiliki kemampuan yang apik dalam hal ketahanan fisik seperti stamina, kecepatan, dan Body Balance. Kemampuannya ini dibarengi dengan tekel dan pembacaan bola yang baik.
Selain itu, Willy Ta Bi juga andal dalam mengolah bola di mana ia memiliki kemampuan melepaskan tembakan keras dan teknik olah bola yang menawan.
Andai takdir berkata lain, mungkin Willy Ta Bi akan menjadi pemain besar yang merupakan perpaduan Michael Essien dan Yaya Toure.
Dan andai takdir berkata lain, mungkin Willy Ta Bi juga akan mengikuti jejak Kulusevski serta Amad Diallo menancapkan namanya sebagai pemain muda berbakat yang dilirik banyak klub besar Eropa seperti kedua mantan rekannya tersebut.
Selamat Jalan, Willy Braciano Ta Bi!