Kisah Aitor Elizegi Memadukan Gastronomi dan Sepak Bola di Athletic Bilbao
INDOSPORT.COM - Aitor Elizegi adalah sosok unik di LaLiga Spanyol. Berlatar belakang koki, kini ia memimpin salah satu klub bersejarah yakni Athletic Bilbao sebagai presiden.
Kompetisi LaLiga Spanyol seolah identik dengan dua klub raksasa, Real Madrid dan Barcelona. Hal ini terbilang wajar mengingat kedua klub tersebut merupakan penguasa kompetisi tersebut, dengan Los Blancos mengoleksi 44 gelar dan Blaugrana 24 gelar.
Meski demikian, di luar kedua klub tersebut, ada pula klub-klub lain yang memiliki sejarah yang tak kalah besar, salah satunya Athletic Bilbao.
Dalam hal perolehan trofi LaLiga Spanyol, Athletic Bilbao berada di tempat keempat di bawah Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid dengan 8 trofi. Selain itu, Bilbao juga merupakan satu-satunya tim di luar Madrid dan Barca yang belum pernah terdegradasi dari kasta tertinggi LaLiga.
Aitor Elizegi terpilih sebagai presiden klub sejak Desember 2018 lalu, menggantikan Josu Urrutia. Terpilihnya Elizegi pun terbilang menarik mengingat pria berusia 54 tahun ini sebelumnya lebih dikenal sebagai pengusaha di bidang gastronomi.
Apalagi, pesaingnya ketika itu adalah Alberto Uribe-Echevarría yang merupakan salah satu pengurus klub di bawah Urrutia.
Elizegi sendiri merupakan koki dan juga pemilik sejumlah restoran. Ia sempat memenangi Kejuaraan Koki Spanyol pada 1988 dan menjadi pengusaha restoran terbaik di ajang Penghargaan Gastronomi Basque tahun 2000 lewat restorannya, Gaminiz.
Dunia gastronomi yang lebih dulu ditekuni Aitor Elizegi tentunya sangat berbeda dengan sepak bola. Namun, pria yang terpilih menjadi presiden klub sejak Desember 2018 ini berhasil memadukannya dengan baik.
1. Paduan Gastronomi, Tradisi, dan Sepak Bola
Dalam wawancana bersama sejumlah media internasional yang juga diikuti oleh INDOSPORT beberapa waktu lalu, Aitor Elizegi mengungkapkan sejumlah pengalaman maupun ilmu yang ia dapatkan dari dunia gastronomi, yang kemudian ia terapkan saat memimpin Athletic Bilbao.
“Kami menggunakan referensi gastronomi Basque sebagai salah satu kunci untuk menentukan nilai-nilai yang kami pegang di klub ini. Misalnya, rasa hormat terhadap para pendahulu Anda, pada tradisi yang sudah ada, pada produk-produk lokal dan para kolega,” ungkap Elizegi.
“Kami juga terus mendengarkan dan mempercayai para koki, karena mereka memiliki pengetahuan absolut tentang dunia gastronomi. Saya rasa ini juga bisa diaplikasikan di dunia sepak bola, di dunia olahraga elite, sehingga kita bisa terus bertahan dengan referensi yang kita miliki.”
Pernyataan Elizegi ini tentunya sangat sesuai dengan filosofi Athletic Bilbao. Seperti diketahui, klub berjuluk Los Leones itu sepenuhnya mengandalkan pemain asal Basque, entah mereka yang memang lahir di wilayah itu, maupun punya garis keturunan Basque.
Meski demikian, filosofi tersebut nyatanya tidak memengaruhi kekuatan klub. Terbukti, Januari lalu mereka memenangi Supercopa de Espana alias Piala Super, dengan membekap Barcelona 3-2 di final.
Tak cuma itu, mereka juga melaju ke babak semifinal Copa del Rey musim ini. Di leg pertama pada 12 Februari lalu, mereka bermain imbang 1-1 dengan Levante. Leg kedua akan digelar pada 5 Maret 2021 nanti di kandang Levante.
Bilbao pun kerap menelurkan pemain-pemain berbakat yang kemudian membela sejumlah klub papan atas Eropa, misalnya Aymeric Laporte yang kini membela Manchester City, Javi Martinez di Bayern Munchen, maupun Fernando Llorente yang meraih 3 scudetto Serie A Italia bersama Juventus.
Di sisi lain, Elizegi juga mengungkapkan pentingnya rasa hormat terhadap lingkungan. “Ada satu lagi yang saya rasa harus kita semua lakukan bersama, yang juga sudah dilakukan di dunia gastronomi, yaitu rasa hormat terhadap lingkungan sekitar.”
“Pembangunan yang berkelanjutan adalah masa depan bagi kita semua, seperti dalam konsep slow food, dan saya rasa ini juga akan menjadi masa depan bagi sepak bola.”
Slow food sendiri adalah gerakan kembali ke makanan lokal, resep tradisional, mengeksplor potensi lokal yang berlimpah ruah, tetapi tak lagi dilirik.
Seperti diketahui, belakangan ini klub-klub sepak bola Eropa memang lebih gemar berbelanja mahal demi mendatangkan pemain baru, alih-alih mengembangkan bakat muda melalui akademi mereka sendiri.
Situasi inilah yang ingin diubah oleh Elizegi, yang telah membuktikan bahwa di masa kepemimpinannya, keputusan untuk mempertahankan tradisi tidak menghalangi Athletic Bilbao untuk tetap berprestasi, di tengah gempuran klub-klub superkaya yang mendatangkan pemain berbakat dari seluruh penjuru dunia.