x

Misi Tuchel dan Chelsea Hapus Trauma yang Diberikan Solskjaer Bersama Man United

Sabtu, 27 Februari 2021 10:00 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya

INDOSPORT.COM – Thomas Tuchel dan Chelsea memiliki kesempatan untuk menghapus trauma dari Manchester United dan Ole Gunnar Solskjaer pada pekan ke-26 Liga Inggris 2020/21, Minggu (28/02/21) malam WIB.

Pekan ke-26 Liga Inggris 2020/21 akan mempersembahkan laga Big Match antara Chelsea vs Manchester United di Stamford Bridge.

Membaca atau mendengar nama kedua tim saja, pecinta sepak bola yakin bahwa nantinya duel akan berlangsung menarik mengingat kapasitas Chelsea dan Man United.

Baca Juga
Baca Juga

Baik Chelsea dan Man United dihuni oleh pemain-pemain bernama besar di dunia sepak bola. Terlebih, kedua tim mengusung misi untuk terus berada di papan atas Liga Inggris.

Di laga ini, Chelsea bertekad kembali ke empat besar Liga Inggris 2020/21 setelah pekan lalu terlempar usai bermain imbang 1-1 lawan Southampton. Sedangkan Manchester United ingin mempertahankan tempat kedua sekaligus menjaga asa juara liga.

Khusus bagi Chelsea, laga melawan Man United akan menjadi laga awal sebelum memasuki pekan berat di mana setelah melawan Setan Merah, The Blues akan menghadapi Liverpool, Everton dan Leeds United.

Baca Juga
Baca Juga

Tentu deretan laga berat ini akan menjadi ujian nyata Tuchel yang tengah berada dalam bulan madunya bersama Chelsea usai tak terkalahkan di delapan laga terakhir di seluruh ajang.

Namun, ujian nyata yang akan dihadapi Tuchel dan Chelsea bukan dihadapi pasca laga melawan Man United. Justru, Setan Merah lah yang akan menjadi ujian sebenarnya.

Pasalnya, laga ini menjadi semacam laga untuk menghapus trauma yang dimiliki Thomas Tuchel dan Chelsea terhadap Manchester United dan Ole Gunnar Solskjaer.


1. Trauma Tuchel dan Chelsea pada Sosok Solskjaer

Thomas Tuchel dan Ole Gunnar Solskjaer

Thomas Tuchel dalam pengakuannya menyebutkan bahwa dirinya masih dibayangi trauma atas kekalahan menyesakkan dari Manchester United dan Ole Gunnar Solskjaer kala masih menukagi Paris Saint-Germain.

“Saya bisa jujur bahwa usai laga itu (melawan Man United tahun 2019), saya berada di tempat tergelap selama dua hari. Saya bisa katakan saya tak berbicara dengan orang lain selama dua hari dan tak memikirkan apapun terkecuali kekalahan dari Man United,” tutur Tuchel kepada Goal Internasional.

“Itu (kekalahan dari Man United 2019) mungkin kekalahan terburukku karena itu datang entah dari mana,” imbuhnya.

Pada 2019 lalu, Tuchel yang menukangi PSG menjamu Man United di Parc des Princes. Saat itu, Les Parisiens diunggulkan menang karena telah mengantongi dua gol tandang di babak 16 besar Liga Champions 2020/21.

Namun, keunggulan gol tandang tersebut harus pupus di Parc des Princes setelah Man United yang diasuh Solskjaer menang 3-1 atas PSG.

Lalu di tahun 2020, Tuchel bersama PSG kembali menghadapi Solskjaer dan Man United di babak grup Liga Champions 2020/21. Lagi dan lagi, ia harus merasakan kekalahan di kandang dari pria asal Norwegia tersebut.

Tuchel dan PSG harus dibuat tumbang Solskjaer dengan skor 1-2. Beruntung di pertemuan selanjutnya, ia mampu membalas kekalahan dengan meraih kemenangan 3-1 di Old Trafford.

Sejauh ini, Tuchel dan Solskjaer telah bertemu sebanyak empat kali. Uniknya, kedua sosok ini memiliki jumlah dua kemenangan yang didapat masing-masing di markas lawan.

Tuchel paham betul bahwa sejarah membuktikan dirinya melempem saat menghadapi Solskjaer dan Man United di kandang.  Kini usai berganti klub dari PSG ke Chelsea, pria asal Jerman ini bertekad menghapus trauma tersebut.

Namun sayangnya, Chelsea juga memiliki trauma berkepanjangan dengan Solskjaer yang ditunjuk sebagai pelatih pada akhir tahun 2018 silam.

Chelsea telah bertemu Solskjaer yang melatih Man United sebanyak tujuh kali dan hanya meraih satu kemenangan. Kemenangan itu pun di dapat di Piala FA. Di Liga Inggris? The Blues tak pernah menang.

Sedangkan Man United bersama Solskjaer punya catatan mentereng dengan empat kemenangan atas Chelsea di segala ajang di mana tiga kemenangan di antaranya didapat di Stamford Bridge (di Liga Inggris 2 kali, di Piala Liga Inggris 1 kali).

Dengan buruknya catatan Chelsea di kandang yang selalu dibuat tak berdaya oleh Solskjaer, Tuchel pun tak bisa banyak mengharapkan tuah Stamford Bridge

Tuchel harus menyiapkan strategi yang matang setidaknya untuk menghapus catatan tak pernah menang di kandang dari Solskjaer. Kesempatan itu ada kini bersama Chelsea yang punya catatan yang sama.

Solskjaer dan Man United selalu mengusung taktik Counter-Attack saat menghadapi tim-tim besar dengan mengandalkan pertahanan berlapis di skema 4-2-3-1 dengan memasang dua gelandang jangkar di lini tengah.

Solskjaer dan Man United selalu mengandalkan transisi dari bertahan ke menyerang secepat kilat dengan mengandalkan para pemain sayapnya, terutama Marcus Rashford yang memiliki catatan apik sebagai Ball Carriers yang kemudian ia transformasikan sebagai peluang dengan jumlah 36 kali di Liga Inggris.

Kecepatan para pemain Man United dalam transisi akan menjadi ujian berat bagi Tuchel dengan skema Counter-Pressing nya.

Sebab, Counter-Pressing akan membuat para pemain bertahan naik hingga setengah lapangan dan membuat adanya ruang di belakang bek yang bisa diekploitasi dengan baik oleh Man United.

Apalagi, taktik Counter-Pressing hanya berfungsi ketika para pemain mampu dengan baik menutp gerak bola dan gerak pemain lawan. Sedangkan Solskjaer benar-benar mengandalkan skill individu pemain dan kecepatan yang dimilik anak asuhnya di Man United.

Bisa dikatakan, Man United tak bisa leluasa memainkan transisi tersebut saat menguasai pertandingan. Berkaca dari pertemuan pertama musim ini, Chelsea saat masih bersama Frank Lampard lebih memilih bermain defensif agar Setan Merah tak bisa mengandalkan transisi tersebut.

Tuchel diyakini memahami hal tersebut dan akan sedikit realistis untuk mematahkan transisi Setan Merah tanpa melupakan strategi Counter-Pressing nya. Apalagi, ia mampu membuat PSG meraih kemenangan dua kali atas Man United di bawah arahan Solskjaer.

Dengan catatan dan strategi keduanya, akankah Thomas Tuchel mampu menghapus traumanya dan Chelsea sekaligus mematahkan catatan tak pernah kalah di laga tandang beruntun Ole Gunnar Solskjaer dan Manchester United? Ataukah malah sebaliknya?

Manchester UnitedChelseaParis Saint-GermainOle Gunnar SolskjaerThomas TuchelIn Depth SportsLiga InggrisUlasan TaktikSepak Bola

Berita Terkini