Tendangan Kontroversial Zvonimir Boban: Percikan Nasionalisme dalam Sepak Bola
INDOSPORT.COM - Ketika muda dan masih aktif sebagai seorang pesepak bola, Zvonimir Boban pernah terlibat dalam ‘perang’ hebat di lapangan hijau.
Namun bukan sekadar keributan antarpemain, pria yang kini berusia 52 tahun tersebut sempat berurusan dengan aparat keamanan. Tepatnya saat ia masih berseragam Dinamo Zagreb pada tahun 1990 silam.
Ya, untuk diingat lagi, Zvonimir Boban sempat berulah dengan menendang seorang polisi bernama Refik Ahmetovic. Bagaimana kejadian bersejarah ini bisa terjadi? Putar sedikit mesin waktu kembali ke 13 Mei 1990.
Saat itu, Yugoslavia sedang di ambang perpecahan setelah kematian Josip Broz Tito, sosok pemersatu yang berhasil mempertahankan keutuhan federasinya dengan berbagai macam kebijakan yang ia ambil.
Kebetulan, pertandingan antara Dinamo Zagreb vs Red Star Belgrade di Stadion Maksimir pada 13 Mei 1990 digelar tidak lama setelah partai yang mendukung kemerdekaan Kroasia memenangi Pemilihan Umum (Pemilu).
Dengan tensi yang sedang menegang tersebut, duel dua tim yang biasanya sudah panas pun jadi semakin panas akibat perpecahan etnis yang tengah terjadi di Yugoslavia.
Perang antarsuporter pun seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Pasalnya, baik Dinamo Zagreb dan Red Star Belgrade sama-sama memiliki basis suporter fanatik yang sudah saling membenci sejak dulu.
Dinamo Zagreb dengan Bad Blue Boys-nya, sedangkan Red Star Belgrade punya Dalje. Benar saja, kerusuhan di pertandingan tersebut tidak dapat dihindari lantaran situasi di kedua kubu memang sulit dikendalikan.
Melihat kondisi ini, aparat keamanan yang bertugas pun berusaha meredam huru-hara yang terjadi, tapi jumlah Bad Blue Boys dan Dalje sangat banyak sehingga membuat para petugas kewalahan setengah mati.
Bagaimana tidak, dua kubu suporter garis keras ini sama-sama fanatik dengan latar belakang yang cukup mentereng.
Banyak penggemar Dinamo Zagreb, Bad Blue Boys, yang memang bergabung dengan militer Kroasia. Sementara itu, para Dalje yang menggandrungi Red Star Belgrade juga bagian dari pasukan bersenjata Serbia.
1. Nasionalisme Zvonimir Boban Lewat Sepak Bola
Kisah Zvonimir Boban dan tendangan bersejarahnya pun terjadi ketika para aparat keamanan sedang menertibkan kekacauan di pertandingan Dinamo Zagreb vs Red Star Belgrade tersebut.
Ia sempat melihat seorang oknum polisi yang menurutnya berusaha bertindak kasar kepada pendukung Dinamo Zagreb. Jiwa nasionalisme-nya pun terpanggil untuk menyelamatkan suporternya dari kekerasan aparat.
Langsung saja Boban melayangkan satu tendangan ke badan polisi tersebut, Refik Ahmetovic. Ia kesal bukan main lantaran merasa aparat seperti bertindak lebih kasar terhadap suporter Dinamo Zagreb ketimbang Red Star Belgrade.
“Hooligan dari Belgrade menghancurkan stadion kami. Polisi saat itu yang sudah jelas berasal dari rezim, tidak bertindak apa-apa,” kata Zvonimir Boban dalam sebuah tayangan dokumenter bertajuk The Last Yugolsav Football Team.
Akibat tendangan tersebut, Boban pun dijatuhi hukuman larangan bermain selama enam bulan oleh Federasi Sepak Bola Yugoslavia, yang menyebabkan dirinya harus absen di gelaran Piala Dunia 1990. Meski begitu, sang pemain tidak menyesal.
Selama tahun 1980-an, Yugoslavia memang dilanda situasi yang tidak menentu setelah meninggalnya Josip Broz Tito.
Bagi banyak penggemar sepak bola dari Kroasia, stadion kerap jadi tempat mereka meluapkan rasa frustrasi terkait kondisi politik yang sedang terjadi, dengan bernyanyi (chanting) dan mengibarkan bendera.
Akan tetapi, puncak kerusuhan yang terjadi di Stadion Maksimir pada 13 Mei 1990 tersebut akan selamanya tercatat dalam sejarah. Begitu pula Zvonimir Boban, yang menunjukkan bahwa dirinya saat itu lebih dari sekadar pesepak bola.
Ia adalah pahlawan bagi tim serta para suporter Dinamo Zagreb. Seorang kapten yang tidak segan-segan berjuang demi Kroasia.
Setelah kejadian itu, Perang Kemerdekaan Kroasia pun pecah, namun tidak menghalangi kelanjutan karier Zvonimir Boban yang kemudian merapat ke klub Liga Italia, AC Milan, pada tahun 1991.
Sempat menjadi bagian Timnas Yugoslavia, Boban pada akhirnya ‘pulang’ dan membela Timnas Kroasia setelah negara ini mendeklarasikan kemerdekaannya.