x

Fiorentina vs AS Roma: Tangisan Batistuta dan Akhir Era Magnificent Seven Serie A

Rabu, 3 Maret 2021 11:22 WIB
Editor: Subhan Wirawan
Selebrasi Gabriel Batistuta usai mencetak gol kemenangan AS Roma dalam pertandingan Serie A Italia kontra Parma, 3 Februari 2001.

INDOSPORT.COM – Cerita menarik jelang partai sengit Fiorentina vs AS Roma di Liga Italia malam nanti, mulai dari dari tangisan Gabriel Batistuta hingga berakhirnya era Magnificent Seven Serie A yang sempat gemerlap di Eropa.

Dalam laga lanjutan pekan ke-25 Liga Italia hari Rabu (03/03/21) ini, terdapat beberapa pertandingan seru yang terjadi dan salah satunya adalah duel Fiorentina vs AS Roma.

Bertanding di Stadion Artemio Franchi, Fiorentina sebagai tuan rumah bakal kembali sulit meraih poin saat jumpa AS Roma. Apalagi dalam lima laga terakhir, rapor La Viola terbilang cukup buruk dengan cuma raih satu kemenangan.

Baca Juga
Baca Juga

Sementara AS Roma sedikit lebih baik dengan catatkan dua kemenangan, termasuk pesta tiga gol tanpa balas kontra Udinesse pada 14 Februari lalu.

Secara rekor head to head, Fiorentina juga tak punya cukup daya untuk menahan laju pemain AS Roma. Total dari lima pertemuan terakhir, AS Roma mampu tiga kali menang dan sekali imbang.

Walau belakangan duel Fiorentina vs AS Roma tak lagi menarik perhatian, namun gengsi serta kenangan masa lalu kedua kesebelasan tetap mampu memantik api persaingan kala bertemu.

Dari sekian banyak duel yang terjadi, pertandingan Fiorentina vs AS Roma pada musim 2000/01 mungkin jadi laga paling ikonik dan terus dikenang bagi para penggila Serie A.

Sebab pada masa itu, terdapat dua momen sulit dilupakan yakni tangisan legenda Timnas Argentina, Gabriel Omar Batistuta hingga hilangnya gemerlap Magnificent Seven Serie A yang melegenda.

Dimulai dari tangisan Gabriel Batistuta. Bagi fans Liga Italia era 90 hingga awal 2000-an, nama striker kelahiran Santa Fe, 52 tahun silam ini pasti sudah sangat familiar bahkan tak jarang menjadikannya sebagai idola.

Dikenal sebagai pahlawan AS Roma dalam meraih scudetto musim 2000/01, namun dalam sejarahnya Batistuta jauh lebih terkenal kala berseragam Fiorentina tahun 1991 hingga 1999.

Batistuta saat merayakan gol bersama Fiorentina

Selama kurang lebih sembilan musim di Stadio Artemio Franchi, penyerang berjuluk Batigol ini mampu menorehkan beberapa prestasi buat La Viola serta penghargaan individu buat dirinya sendiri.

Didatangkan dari Boca Juniors pada usia 22 tahun, Batistuta langsung unjuk gigi dengan mencetak 14 gol dalam 30 pertandingan di semua kompetisi buat Fiorentina pada musim debut.

Sempat terdegradasi ke Serie B musim 1993–94, namun kesetiaan Batistuta bersama Fiorentina tetap terjaga, bahkan sang pemain turut andil dalam membawa I Gigliati promosi setahun berselang.

Kembali naik kasta ke Serie A, Batistuta makin menggila. Torehan 26 gol dari 32 pertandingan Serie A musim 1994/95, menjadikannya sebagai top skor di akhir kompetisi mengalahkan attaccante AS Roma, Abel Balbo (22 gol).

Total selama memperkuat Fiorentina, peraih dua kali top scorer Copa America ini berhasil mempersembahkan masing-masing satu trofi Serie B, Coppa Italia dan Supercoppa Italiana, serta mencetak 207 gol dari 333 laga.

Gemilang bersama Fiorentina, godaan klub besar pun datang apalagi Batistuta belum pernah menjuarai Serie A dan juga Liga Champions. Melihat situasi ini, AS Roma pun datang dan berikan jaminan untuk bisa membantunya raih dua gelar tersebut.

Pada 2000/01, mimpi buruk Fiorentina terjadi saat dana sebesar 36,2 juta euro dari AS Roma untuk memboyong Batistuta tak mampu ditolak oleh manajemen La Viola.

Baca Juga
Baca Juga

Di musim debut bersama AS Roma, Batistuta tampil nyetel dengan Francesco Totti dan Vincenzo Montella. Berbekal torehan 20 gol, Batistuta berhasil wujudkan mimpi untuk meraih scudetto pertama dalam kariernya.


1. Batistuta dan Fiorentina

Gabriel Batistuta memberikan salam kepada pendukungnya usai menentukan kemenangan Fiorentina atas Arsenal di Liga Champions, 27 Oktober 1999.

Namun bukan trofi Serie A yang jadi perhatian, melainkan laga Fiorentina vs AS Roma pada pekan ke-8 yang paling ditunggu. Dalam pertandingan ini, Batistuta untuk pertama kalinya menghadapi Fiorentina, tim yang telah ia perkuat selama 9 tahun.

Mirisnya, Batistuta yang sempat dikeluhkan para tifosi Fiorentina justru jadi biang kekalahan Si Ungu lewat gol semata wayang dari sepakan jarak jauh. Usai menjebol jala Fiorentina, Batistuta tampak tak kuat menahan haru dan cuma terlihat menunduk sambil menahan air matanya.

“Saya minta maaf untuk Fiorentina. Itu (gol) penting, karena saya ingin menang untuk Roma jadi saya berusaha keras tetapi saya tidak bisa melupakan masa lalu saya,” ucap Batistuta selepas laga.

Tak cuma tangis Batistuta, kekalahan Fiorentina kontra AS Roma 20 tahun silam juga jadi pertanda pudarnya era Magnificent Seven Serie A yang dulu sempat merajai Eropa.

Sebagai informasi, Magnificent Seven Serie A merupakan rujukan buat tujuh tim Italia yang paling sering bertengger di papan atas. Mereka terdiri dari Inter Milan, Juventus, AC Milan, AS Roma, SS Lazio, Fiorentina dan Parma.

Namun setelah musim 2000/01, satu persatu tim Magnificent Seven Serie A mulai kehilangan taji. Dimulai dari Fiorentina yang bangkrut dan terdegradasi ke Serie C, kemudian Juventus ke Serie D akibat skandal Calciopoli serta Parma yang juga alami kebangkrutan hingga terlempar ke Serie D.

Serie A ItaliaAS RomaFiorentinaGabriel Omar BatistutaGabriel BatistutaLiga ItaliaAS Roma vs FiorentinaBerita Liga Italia

Berita Terkini