Soal Sanksi Berat dari FIFA, PSM Makassar Ingin Mediasi ke PSSI
INDOSPORT.COM – Chief Executive Officer (CEO) PSM Makassar, Munafri Arifuddin, ingin meminta ruang mediasi kepada PSSI untuk membahas sanksi berat dari FIFA.
Sebagaimana diketahui, klub kebanggaan publik Sulawesi Selatan ini dilarang mendaftarkan rekrutan anyarnya selama tiga periode transfer atau hingga awal 2023 mendatang.
Hukuman berat tersebut hadir setelah PSM Makassar dilaporkan ke FIFA oleh pemain asingnya musim lalu, Giancarlo Lopes Rodrigues, lantaran gajinya tertunggak selama 10 bulan.
Menyikapi hal tersebut, Munafri Arifuddin mengaku ingin melakukan pertemuan dengan PSSI untuk menjelaskan akar masalah sehingga gagal memenuhi hak para pemainnya.
Ia menyebut tertunggaknya gaji pemain disebabkan oleh minimnya pemasukan klub menyusul terhentinya kompetisi Liga 1 2020 akibat wabah pandemi Covid-19.
"Kami masih membahasnya karena ini kan diakibatkan oleh kondisi yang tidak biasa, alias extraordinary," ungkap Munafri kepada awak INDOSPORT, Sabtu (13/03/21).
"Bagaimanapun caranya kami akan terus berusaha untuk berbicara dan meyakinkan PSSI apa yang menjadi penyebab sehingga sanksi dari FIFA itu ada," kata Munafri, menambahkan.
Akibat sanksi berat tersebut, sejumlah pilar musim lalu seperti Ezra Walian, Ferdinand Sinaga, Osas Saha, Firza Andika, Bayu Gatra, dan Miswar Saputra memilih hengkang.
1. Optimis Sanksi Dicabut
Lebih lanjut, Munafri Arifuddun optimis sanksi berat dari FIFA itu dapat segera dicabut sebelum PSM Makassar bertarung di gelaran Liga 1 2021 pada Juni nanti.
Dia mengaku tidak hanya sekadar meminta ruang mediasi kepada PSSI tapi juga tetap akan melunasi gaji pemain musim lalu secara bertahap.
"Ini kan meyangkut pemain. Kalau persoalan hak dan kewajiban itu sudah selesai, saya pikir dengan serta merta PSSI akan bersurat ke FIFA untuk mencabut sanksinya," ujar Munafri.
Meski sedang menjalani sanksi FIFA, PSM Makassar masih dapat merekrut sejumlah pemain baru menjelang bergulirnya turnamen pramusim Piala Menpora 2021.
Hal tersebut terjadi lantaran turnamen pramusim yang digagas oleh PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) tersebut tak terdaftar dalam kompetisi resmi yang diakui oleh FIFA.