3 Dosa Terbesar AC Milan Usai Terlempar dari Persaingan Scudetto
INDOSPORT.COM - Apa saja dosa terbesar AC Milan yang membuat mereka terlempar dari persaingan gelar juara scudetto Serie A Italia 2020-2021? Berikut ulasannya.
AC Milan harus menelan pil pahit usai dipermalukan Napoli 1-0 di Stadion San Siro dalam lanjutan pekan ke-27 Liga Italia, Senin (15/03/21) dini hari WIB.
Gol tunggal dari Matteo Politano pada menit ke-49' mengubur dalam-dalam asa AC Milan untuk mendapatkan tiga poin di laga ini. Penderitaan Milan semakin menjadi-jadi setelah penyerang sayap Milan, Ante Rebic, harus terkena kartu merah pada masa injury time babak kedua.
Dengan hasil ini AC Milan pun semakin tertinggal jauh dari pemuncak klasemen, Inter Milan. Di laga lain Inter menang 1-2 melawan Torino.
Saat ini AC Milan tertahan di peringkat kedua klasemen dengan 56 poin. Milan tertinggal sembilan angka dari Inter Milan yang ada di puncak.
Posisi AC Milan bahkan terancam tergusur oleh Juventus. Bianconeri duduk di peringkat ketiga klasemen dengan 55 poin dan masih menyisakan satu tabungan pertandingan.
Kegagalan AC Milan mengalahkan Napoli seakan telah menutup kesempatan I Rossoneri untuk merengkuh gelar scudetto musim ini. Hal ini tak terlepas dari sejumlah dosa yang menimpa AC Milan di paruh kedua ini.
Apa saja dosa terbesar AC Milan yang membuat mereka terlempar dari persaingan gelar juara scudetto musim ini? Berikut ulasannya.
1. Cedera Pemain
Dosa pertama yang dilakukan AC Milan sehingga terlempar dari persaingan juara adalah badai cedera. Tak bisa dipungkiri semua tim peserta pasti mengalami persoalan cedera pemain.
Namun apa yang menimpa AC Milan berbeda. Dibanding tim penghuni empat besar saat ini, AC Milan adalah yang paling terparah terdampak masalah cedera pemain.
Sudah menjadi hal biasa bagi Milan sejak awal putaran kedua ini kehilangan 3-5 pemain inti di Starting XI. Parahnya, para pemain yang absen ini adalah benar-benar pemain kunci yang bisa mengubah jalannya pertandingan.
Berulangkali AC Milan harus ditinggal oleh Zlatan Ibrahimovic. Melawan Napoli pun bomber asal Swedia itu tak bisa diturunkan.
Lalu ada nama Ismael Bennacer, pemain kunci di sektor gelandang bertahan yang menderita cedera panjang. Bahkan, sejak menepi pada akhir putaran pertama hingga pekan ke-27 Ismael Bennacer cuma bermain satu kali saja.
Lalu menyusul sederet nama lain seperti Hakan Calhanoglu dan Ante Rebic. Coba bandingkan situasi ini dengan rival Milan, Inter dan Juventus.
Inter Milan hampir selalu bisa menurunkan Romelu Lukaku, Lautaro Martinez, dan Alexis Sanchez sepanjang musim ini. Begitu pun dengan Juventus yang jarang ditinggal oleh Ronaldo dan Chiesa.
Berdasarkan statistik yang dihimpun, rata-rata AC Milan mengalami tingkat cedera tiga kali lebih banyak dari dua rivalnya di Liga Italia, Inter Milan dan Juventus, pada musim ini.
1. 2. Perjudian Lini Depan
Jangan salah paham dulu, musim ini AC Milan memiliki penyerang-penyerang dengan kualitas bagus. Sebut saja Ante Rebic, Rafael Leao, dan Zlatan Ibrahimovic.
Namun, proporsi yang dimiliki Milan rupanya jauh dari kata ideal. Seperti diketahui, AC Milan cuma memiliki satu penyerang tunggal saja yang bisa diandalkan dan cocok untuk level Milan.
Sosok itu adalah Zlatan Ibrahimovic. Di luar itu, tidak ada pelapis striker tengah yang mendekati performa Ibra.
Milan sudah berusaha untuk mendatangkan Mario Mandzukic pada bursa transfer musim dingin lalu. Namun, eks striker Juventus itu tampil buruk. Ia tak mencetak satu gol pun dan malah harus menepi karena cedera.
Andai saja hal ini disadari sejak awal musim, AC Milan setidaknya bisa memiliki striker pelapis dengan pengalaman dan kemampuan yang bagus. Perjudian Stefano Pioli dengan mengandalkan striker belia, Lorenzo Colombo, sebelum kompetisi dimulai ternyata keliru.
Penyerang lainnya seperti Anta Rebic dan Rafael Leao tidak bisa memainkan peran striker tengah dengan kualitas mendekati bra.
3. Terbeban
Ada perbedaan yang terlihat dengan performa AC Milan pascaputaran kedua dan sebelum paruh musim. Di awal musim hingga pertengahan kompetisi AC Milan sanggup tampil gemilang dengan tak terkalahkan.
Para penggawa I Rossoneri bermain begitu lepas dan mencetak gol demi gol baik kandang maupun tandang. Namun, ketika Milan memimpin klasemen dengan selisih empat angka ada perubahan pada mentalitas pemain.
Para penggawa I Rossoneri seperti menjadi terbeban akan target juara. Meski manajemen menegaskan bahwa zona Liga Champions adalah target utama, tetapi tak bisa dipungkiri pelatih dan pemain menganggap ini sebagai persaingan gelar juara Liga Italia.
Sejak itu, AC Milan tidak bisa tampil lepas dan terbebani target tiap pertandingannya, termasuk saat melawan Napoli. I Rossoneri harus mengubah mentalitas ini dan menikmati pertandingan yang mereka jalani.