Mengenang Lee Roche, Wonderkid Man United yang Berakhir Jadi Tukang Bangunan
INDOSPORT.COM – Manchester United kerap melahirkan pemain-pemain bertalenta dari akademinya. Salah satunya adalah Lee Roche yang diyakini memiliki talenta hebat namun malah berakhir menjadi tukang bangunan saat ini.
Tak banyak pecinta sepak bola ataupun pendukung Man United yang mengenal nama Lee Roche, meski ia digadang-gadang akan menjadi penggawa Setan Merah.
Roche mengawali kariernya di akademi Man United. Berposisi sebagai bek kanan, ia pun menjalani kariernya dengan mudah dari level akademi hingga promosi ke tim utama bersama dengan Luke Chadwick dan John O’Shea.
Ia merupakan pendukung Man United sejak kecil. Roche mampu menarik perhatian Setan Merah kala bermain di tim lokal yang mampu membuat Harry McShane (pencari bakat MU) terpesona.
Pada akhirnya, Lee Roche menandatangani kontrak bersama Manchester United pada saat usianya 16 tahun. Ia pun mengenang bagaimana rasanya berada di akademi Setan Merah yang selalu dekat dengan pemain utama.
“Seluruh pemain, dari tim utama hingga akademi biasanya makan di tempat yang sama. Pertama kali, saya melihat Roy Keane dan Ryan Giggs. Saya merasa terpukau tapi lambat laun terasa biasa,” kenangnya dikutip dari Planet Football.
Awal kariernya pun terbilang cukup berat. Pasalnya, usai lulus dari akademi, Roche lantas dipinjamnkan ke Wrexham di musim 2000/01 di mana ia bermain bersama anak Sir Alex Ferguson.
Setelahnya, ia pun berhasrat menembus tim utama Man United untuk membuktikan kapasitas dirinya sebagai jebolan akademi Setan Merah.
“Saya berhasrat bermain untuk tim utama. Tapi saya paham itu aka sulit dengan bek (saingan) seperti Wes Brown, Ronny Johnsen dan Lauren Blanc di depanku,” tuturnya.
Hasrat Roche pun membuatnya terus mencoba untuk menatik perhatian Sir Alex Ferguson. Pada akhirnya, di November 2001, ia mendapat debutnya di Worthington Cup ronde ketiga melawan Arsenal.
1. Berakhir Menjadi Tukang Bangunan
Lee Roche menjalani debutnya bersama tujuh pemain akademi lainnya. Dan bisa ditebak, Man United tumbang dengan skor 0-4 dari Arsenal di mana laga itu menjadi mimpi buruk bagi Roche.
“Slyvain Wiltord (Arsenal) mencetak Hattrick dan saya ingat saya tak bisa menahan laju Kanu. Dalam satu kesempatan, ia mem-Flick bola di atas kepalaku. Untungnya sepakannya melambung,” ujarnya.
Roche sadar apa yang dilakukan Kanu akan membuatnya mendapat amarah dari Sir Alex Ferguson. Namun, ternyata ia tak mendapat kecaman dan malah mendapat nasihat untuk belajar dari laga tersebut.
Setelahnya, Roche mulai mendapat impiannya. Ia bermain di tim utama saat masuk menjalani debut di Liga Inggris kala menghadapi Newcatsle United.
Kembali, ia pun mendapat nasihat dari Sir Alex Ferguson setelah kalah dalam duel udara dari Alan Shearer di laga itu. Nasihat ini nyatanya menjadi bentuk rasa sayang sang pelatih kepadanya.
Empat bulan kemudian, Roche mendapat kesempatan tampil. Kali ini di panggung yang lebih besar yakni Liga Champions kala Man United bertandang ke markas Deportivo La Coruna.
Saat itu, ia menjadi starter termuda Man United sepanjang sejarah di Liga Champions. Ia bermain di posisi tiga bek kala itu bersama Lauren Blanc dan John O’Shea dalam duel yang tak menentukan tesebut.
Sepanjang laga, Roche bermain melawan Albert Luque dan tampil cemerlang membatasi pergerakan Luque selama 45 menit laga.
Namun, penampilan apiknya nyatanya malah membuat dirinya ditarik keluar lapangan oleh Sir Alex Ferguson. Ia pun tak paham alasan sang pelatih menariknya.
“Saya melawan Luque dan berpikir sudah tampil apik. Tapi saya tak begitu saja mau keluar dan mulai berdebat dengan Sir Alex. Giggs meyakinkanku bahwa saya bermain apik.
“Sir Alex tak memberi tahuku alasan mengapa saya diganti. Tapi saya tak mau terlalu larut memikirkannya,” ujar Roche.
Siapa sangka, laga melawan Deportivo La Coruna menjadi akhir dari perjalanannya bersama Man United saat ia dikembalikan ke tim cadangan dan akhirnya memutuskan hengkang dan bermain di klub lainnya hingga cedera parah menerpanya di tahun 2005.
Usai cedera itu, di tahun 2007 atau saat usianya 27 tahun, Roche kehilangan minatnya terhadap sepak bola.
“Saya kembali ke rumah dan tak ingin melihat sepak bola di TV,” tuturnya.
Setelah tak bermain lagi, PFA (Professional Footballers Asociation) menawarinya pendampingan untuk menjalani karier di luar sepak bola.
Kini, Roche bekerja sebagai tukang ledeng dan tukang bangunan. Terkadang, di sela-sela pekerjaannya, banyak rekan kerjanya bertanya tentang pengalamannya bersama Man United.
“Saya punya beberapa rekan kerja di bangunan bertanya soal Man United dan bagaimana saya bisa berakhir di sini,” ucapnya.
Perjalanan Roche pun membuatnya menyadari satu hal. Ia pun lantas memberi nasihat kepada para pemain muda agar belajar mengenai kehidupan lain di luar sepak bola agar tak bernasib sama sepertinya.
“Saya berpikir para pemain muda saat ini seharusnya berlatih sesuatu, agar mereka tahu bagaimana kehidupan dunia sebenarnya.
“Kebanyakan dari mereka mungkin tak punya rencana jika mereka gagal menjadi pemain profesional,” pungkasnya.