Ramires: 'The Cult Hero' di Balik Gemerlap Deretan Bintang Chelsea

INDOSPORT.COM – Mengenang Ramires, ‘The Cult Hero’ Chelsea di balik keberhasilannya menjuarai Liga Champions perdananya pada musim 2011/12.

Layaknya tim-tim besar Eropa, Chelsea dihuni oleh banyak bintang ternama dengan nama besar di sepak bola setelah diakuisisi Roman Abramovich pada 2003 silam.

Abramovich yang merupakan bilyuner Rusia, mampu menyulap klub asal London Barat tersebut menjadi klub bermagnet trofi. Tercatat banyak gelar mampir sepanjang era kepemilikannya.

Namun, hanya satu gelar yang diinginkan Abramovich sendiri, yakni Liga Champions. Butuh kurang lebih delapan tahun bagi pria asal Rusia tersebut untuk menggenggam Si Kuping Besar.

Banyak yang mengatakan, Roman Abramovich harus berterima kasih kepada sosok Roberto Di Matteo (pelatih interim) dan Didier Drogba selaku penentu juara Chelsea. Namun, seharusnya pula ia tak lupa akan sosok Ramires.

Ramires adalah sosok pemain Underrated di Chelsea. Julukan ‘The Cult Hero’ pun mampir kepadanya mengingat sumbangsihnya dalam usaha The Blues meraih titel Liga Champions pertamanya.

Di balik nama besar di sektor gelandang seperti Frank Lampard, Juan Mata, John Obi Mikel, Raul Meireles kala itu, Ramires dianggap bukanlah siapa-siapa.

Ia hanya pemain kurus asal Brasil yang tak punya olah bola skill menawan bak Obi Mikel, sepakan keras bak Lampard atau Meireles, ataupun visi bak Juan Mata.

Namun, Ramires menjadi sosok pembeda dalam perjalanan Chelsea di Liga Champions. Wajar jika sematan The Cult Hero, Underrated, ataupun The Unsung Hero mampir kepadanya.

1. Ramires: The Unsung Hero Chelsea di Liga Champions

Ramires diboyong Chelsea pada awal musim 2010/11 saat era kepelatihan Carlo Ancelotti. Sebagai gelandang, pemain asal Brasil ini tak menawarkan banyak kemampuan selain kegesitan dan kemampuannya masuk secara tiba-tiba ke kotak 16.

Secara kontribusi nyata seperti gol atau assist, Ramires tak memiliki catatan apik. Dikutip dari Transfermarkt, pemain yang kini berusia 34 tahun tersebut menorehkan 34 gol dan 25 assist dalam 251 laga.

Catatan itu masih kalah jauh bila dibandingkan Juan Mata yang menurut situs yang sama menorehkan 32 gol dan 58 assist hanya dalam 132 penampilan.

Tak ayal, nama Ramires kerap terlupakan. Dari sinilah sematan Underrated (diremehkan) diberikan kepadanya. Apalagi sepanjang pagelaran Liga Champions 2011/12 lalu.

Jika Drogba dikenal sebagai ‘Big Game Player’, maka Ramires pun pantas diberikan julukan tersebut. Tanpa keduanya, Chelsea takkan bisa meraih titel Liga Champions perdananya.

Kontribusi Ramires terlihat sejak leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2011/12 kala ia memberi assist kepada gol Drogba yang membuat Chelsea memperkecil agregat menjadi 3-2 dari Napoli sebelum melakukan comeback luar biasa.

Lalu, Ramires menunjukkan status ‘Big Game Player’ nya kala Chelsea berjumpa Barcelona di dua leg semifinal Liga Champions.

Di leg pertama, Drogba kembali mencetak gol lewat assist Ramires. Gol tunggal tersebut cukup untuk membuat Chelsea mengantongi keunggulan satu gol jelang leg kedua.

Di leg kedua di Camp Nou, harapan Chelsea melaju ke final hampir pupus setelah Barcelona mencetak dua gol lewat Sergio Busquets di menit ke-35 dan Andres Iniesta di menit ke-43.

Namun, Ramires muncul sebagai pahlawan lewat golnya. Tak tanggung-tanggung, gol yang ia cetak begitu indah dan sama sekali tak menunjukkan tekanan untuknya ataupun timnya.

Ramires mencetak gol dengan cara men-chip bola ke atas kepala Victor Valdes usai menerima umpan Lampard. Gol tersebut pun membuat moral 10 pemain Chelsea di atas lapangan meningkat sebab mereka hanya perlu tak kebobolan satu gol lagi.

Ramires memang tak melegenda bila dibandingkan bintang-bintang Chelsea lainnya. Tapi perannya tak bisa dikesampingkan, terutama dalam banyaknya gelar yang diraih The Blues di satu dekade terakhir.